Oleh:
Ustadz Desembri Chaniago, SH, MA.
Ketua BAZNAS Lima Puluh Kota.
Dalam al-Qur`an, surat Al Baqarah ayat 155, Allah subhanahu wa ta`ala menyebutkan bahwa “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”
Judul tulisan ini memang agak terasa aneh, karena apapun bentuk ujian selalu saja menghadirkan rasa khawatir, was-wasa bahkan tekanan.
Seorang siswa atau mahasiswa yang akan menjalani ujian sekolah atau kampus, beberapa hari sebelum waktu pelaksanaan ujian telah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapinya.
Tak jarang, walaupun segala persiapan sudah dianggap cukup akan tetapi tetap saja ada rasa was-was dan khawatir kalau-kalau tidak lulus.Hal tersebut sangatlah lumrah dan wajar sekali, sangat manusiawi tentunya.
Sebaliknya, pada ayat yang dituliskan terjemahannya di atas, Allah subhanahu wa ta`ala justeru mendorong hambaNya untuk memandang ujian sebagai sesuatu yang memberikan harapan kebaikan.
Menjadikan berbagai cobaan, kesulitan, kekurangan, kehilangan, bahkan kematian sebagai suatu tahapan untuk menyempurnakan daya nalar seseorang, untuk membangkitkan kesadarannya bahwa kehidupan di dunia adalah gudangnya masalah, sehingga tak seorangpun yang akan luput dari masalah.
Sebagai hamba Allah yang beriman, kita dilarang untuk berprasangka buruk kepada-Nya, dan dengan menjauhkan prasangka buruk tersebut, akan hadir energi positif, yang akan mendorong kita untuk melihat sisi lain dari sebuah ujian.
Ujian atau cobaan tidak lagi dipandang sebagai beban yang menyengsarakan, tapi kemampuan seseorang menyikapi ujian dan cobaan secara baik akan membuatnya mampu menjadikan ujian tersebut sebagai kesempatan untuk mendulang kebaikan pula.
Dalam ayat di atas, bagi mereka yang mampu bersabar menjalani sebuah ujian, dikatakan bahwa mereka akan mendapat suatu berita yang menggembirakan. Mereka yang dianggap layak untuk mendapat berita gembira tersebut hanyalah mereka yang mampu bersabar dalam menjalani ujian tersebut.
Dan indikator orang yang sabar dalam ayat tersebut adalah orang yang mengucapkan kalimat istirja` ketika ditimpkan kepadanya ujian atau cobaan itu.
Kalimat istirja` yang lengkap sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW Dalam hadis dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, beliau pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} [البقرة: 156] ، اللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Apabila ada seorang muslim yang mengalami musibah, lalu dia mengucapkan kalimat seperti yang Allah perintahkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’ ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka Allah akan memberikan ganti untuknya dengan yang lebih baik. (HR. Muslim 918)
Kalimat ”Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’, Allahumma ajirni fii mushiibati, wa akhlufli khairan minha” (Sesungguhnya kita ini adalah milik Allah dan kepadaNya semua akan kembali, ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik dari padanya), sesungguhnya menunjukkan energi positif dan sikap optimis dalam menyikapi sebuah ujian.
Dimana orang yang sedang ditimpa musibah itu tidak larut di dalamnya, tapi segera menyadari untuk bersikap pasrah bahwa ada ketentuan Allah yang pasti akan menimpa setiap orang, dan saat yang sama juga berharap agar bisa segera bangkit menjadi lebih baik setelah musibah atau ujian tersebut.
Satu hal yang tak diragukan lagi keberannya adalah, bahwa setiap perintah, anjuran maupun larangan dari Allah SWT dan Rasulullah ﷺ pasti memiliki kandungan hikmah yang mendalam.
Hal tersebut harus menjadi keyakinan setiap orang yang beriman, yaitu yakin bahwa setiap perintah dan larangan pasti ada hikmahnya, baik yang diketahui, ataupun tidak diketahui, termasuk perintah untuk memberikan kabar gembira kepada orang yang bersabar menghadapi ujian.
Dalam konteks kesabaran menghadapi ujian ini ada beberapa kandungan hikmah yang dapat kita petik, antara lain; pertama, ujian merupakan tahapan uji kelayakan untuk mengukur pantas tidaknya seseorang untuk naik derajatnya di sisi Allah SWT.
Parameternya adalah kesungguhan dalam berjuang dan kesabaran dalam menjalani cobaan. Allah SWT mengatakan dalam al-Qur`an surat Muhammad ayat ke-31, yang artinya,
”Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”
Jika dianalogikan dengan para pelajar/mahasiswa yang sedang menuntut ilmu, ujian merupakan salah satu parameter ”kenaikan kelas”, ”kenaikan tingkat” atau ”lulus sekolah”.
Artinya, ujian menjadi sarana untuk melihat kesiapan mereka, untuk mengetahui apakah mereka pantas untuk menerima materi lanjutan, atau apakah mereka sudah dipandang cakap dan mampu untuk dilepas ke dunia usaha, dunia industri atau ranah kehidupan yang lebih komplek.
Bagi yang lulus ujian pada tahap ini, tentu mereka berkesempatan untuk meraih kesempatan yang lebih besar lagi. Sebaliknya mereka yang gagal, akan terpuruk, stagnan bahkan tertinggal oleh perputaran roda kehidupan.
Kedua, ujian dan cobaan mengandung makna peringatan, peringatan yang mengindikasikan si penerima peringatan telah melakukan suatu kekeliruan, dan peringatan tersebut tentunya ditujukan agar dia segera memperbaiki kesalahannya, mengintrospeksi diri, dan segera berbenah untuk menjadi yang lebih baik lagi, artinya cobaan harusnya menjadi pemicu untuk memacu diri menjadi lebih baik lagi.
Menyadari bahwa ujian ternyata merupakan suatu langkah atau tahapan untuk naik tingkat, atau ujian merupakan kesempatan untuk berbenah menjadi lebih baik, maka seyogyalah setiap orang menghadapi ujian sebagai sebuah kesempatan. Kesempatan untuk meningkatkan kualitas personal dan kelompok.
Karenanya, adalah wajar setiap orang bergembira ketika dihadapkan pada kesempatan untuk menjadi lebih baik. Laa tahzaan, wa laa takhaf, jangan sedih dan jangan takut menghadapi ujian, apalagi sampai menjadi panik dan putus asa. Saatnya kita jalani ujian ini dan memandangnya sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan kita.(*)
Discussion about this post