Sabtu, 14/6/25 | 15:47 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KREATIKA

Wabah

Minggu, 03/7/22 | 08:54 WIB

Cerpen: Roma Kyo Kae Saniro

 

“Nak, apakah kau besok pulang dan dapat mengantarkan kartu keluarga (KK) kita kepada Pak RT? Kata Mpok Leha, kita harus mengumpulkannya agar mendapatkan BLT yang dielu-elukan oleh pemerintah di televisi.”

“Belum, Bu. Sepertinya aku tak bisa pulang. Bagaimana jika Ibu saja yang mengantarkannya?”

“Baiklah, Ibu antar besok”, sembari menutup telepon.

BACAJUGA

Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

The Day Before the Wedding (2023): Simbol Integral Kemerdekaan Perempuan

Minggu, 19/11/23 | 07:35 WIB
Penggambaran Perempuan Muda dalam Serial Hello, My Twenties! Season 1

Perempuan dan Kisah Tak Sampai pada “Gadis Kretek”

Minggu, 12/11/23 | 07:40 WIB

Kubaca pesan grup. Sorak-sorai temanku karena masuk daftar penerima BLT pemerintah. Padahal, hidupnya berkecukupan dan berpendapatan stabil sebagai karyawan perusahaan. Namun, tetap membusungkan dada dan mengulurkan tangan untuk sesuatu yang bukan haknya. Beberapa harinya, kutelepon ibuku dan kutanyakan mengenai kabar BLT tersebut karena di televisi sontak telah memberitakan wajah-wajah penguasa yang tersenyum lebar sedang memberikan sejumlah bantuan sebagai simbolik.

“Kita tidak dapat, Nak.”

Kutahu tarikan napas dan jeda yang ibuku sisipkan dalam perkataannya menyiratkan kekecewaan. Aku, pekerja lepas, sedangkan ibuku hanya ibu rumah tangga. Ayahku kabur entah ke mana. Kami hidup mengontrak di ruangan tiga kamar di pinggir kota karena wabah ini sudah dua bulan tak mendapatkan pemasukan, tetapi tidak berhenti untuk pengeluaran.

Kekesalanku membuncah ketika ibuku berkata Mpok Eva, istri polisi yang memiliki rumah mewah di RT kami mendapatkan empat BLT, untuknya, suaminya, dan kedua anaknya. Aneh, tidak sesuai dengan ucapan manis pemerintah. Semakin aneh, Mpok Jenab yang sudah berhaji dan suaminya memiliki lima swalayan lebah merah di kota kami pun mendapatkannya. Lebih aneh, si Ono, PNS di kantor kecamatan kami, tetapi mendapatkan BLT. Usut punya usut, kata Mpok Sape’i, seharusnya ibuku atau aku harus akrab dengan Pak RT agar mendapatkan BLT seperti mereka.

Ibu menolak seperti mereka dan tidak mau menjadi pengemis. Ternyata, akhirat lebih menggiurkan ibuku daripada godaan akibat wabah ini.

Keesokan sorenya, Markonah lewat di depan kamar kosanku.

“Konah, kau belum work from home? Bukankah semua instansi telah libur?”
“Ya, aku baru akan work from home mulai besok. Kau sendiri sudah?

“Tidak, aku hanya buruh lepas. Ya, aku tidak bekerja.”

“Oh, aku sih enak. Seminggu hanya masuk satu hari. Jadi, selama Senin sampai Jumat, aku hanya masuk hari Selasa.”

“Apakah ada pemotongan upah?”
“Tidak. Aku digaji penuh dong. Yang dipotong itu adalah PNS dengan jabatan akselon 3 ke atas”, sambil menunjukkan mata penuh kebanggaan dan senyum yang mengiris hati.

“Oh, ya? Kukira semuanya akan ada pemotongan.”

“Oh, jelas tidak dong. Bahkan, THR-ku diberikan penuh.”

Perempuan itu pergi dari hadapanku dan segera hilang ditelan jarak. Hatiku mendung, wajahku kutekuk, dan darahku mendidih. Wabah sialan. Seharusnya aku bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup ini. Untunglah, masih ada tabungan untuk dua bulan ke depan. Namun, aku tidak tahu bagaimana kisah ibuku dan diriku setelahnya.

Serasa tidak adil. Jujur, aku benci perempuan itu. Cih. Dia tidak pintar. Hanya bermodal wajah dan tubuh molek dan wangi. Pendidikan sebatas ijazah dasar. Cih. Merasa sudah paling di atas awan dan melupakan asal.

Minggu depannya, ibuku membangunkanku yang sedang tidur siang.

“Ndok, Ndok, bangun! Orang yang mendapatkan BLT tiba-tiba muntah darah dan belatung, apalagi di Markonah! Mereka sudah evakuasi dan segera akan dibawa ke rumah sakit.”

“Wabah memang adil, Bu. Biarkan saja. Aku ingin tidur berharap ketika kubangun, Wabah telah selesai.”

Bandung, 30 April 2020

 

Biodata Penulis:

Roma Kyo Kae Saniro merupakan Dosen di Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Memiliki ketertarikan terkait isu gender dan feminis. Tulisannya berfokus kepada studi kesusastraan, baik sastra tradisional maupun sastra modern.

Tags: #Roma Kyo Kae Saniro
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Novi Handra dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Sesudah

Perbedaan Kata “Tiap-Tiap” dan “Masing-Masing”

Berita Terkait

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 08/6/25 | 16:36 WIB

  Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara Alienasi Hidup Kita hanya seorang pelancong Yang mengembara segala tempat Lalu tinggal – termenung Di...

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 01/6/25 | 06:46 WIB

Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra Gambar Diri Ini gambar diri. Aku yang berjalan tak selalu lurus, kadang tersandung bayangan sendiri, cerobohku...

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Cerpen “Seberkas Titik yang Masih Tertinggal” Karya Arifah Prima Satrianingrum dan Ulasannya oleh Azwar

Minggu, 25/5/25 | 09:15 WIB

Seberkas Titik yang Masih Tertinggal Cerpen Oleh: Arifah Prima Satrianingrum   Siang itu, matahari dengan terik mengambang di Padang. Ruas-ruas...

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

Minggu, 11/5/25 | 07:10 WIB

Puisi-puisi Farha Nabila   Kanak-Kanak dalam Diri Tatkala kutemukan diriku dalam relung kesepian Yang disana takkan kutemukan dengungan sumpah serapah...

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Cerpen “Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat” karya Balqin Adzra dan Ulasannya oleh M. Adioska

Minggu, 04/5/25 | 08:40 WIB

Sejauh Apapun, Kau Akan Selalu Hebat Karya: Balqin Adzra   “Silahkan mampir! Kami mempunyai mochi varian baru!” teriak sang penjual...

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

Minggu, 27/4/25 | 16:31 WIB

Puisi-puisi Feiruzy Azzahra   Merindu Nagari Nan Jauh Tiap langkah yang menapak Meninggalkan rindu yang menjejak Risau nan gulandah memenuhi...

Berita Sesudah
Mengenal Perbedaan Partikel per dan Awalan per-

Perbedaan Kata “Tiap-Tiap” dan “Masing-Masing”

Discussion about this post

POPULER

  • Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

    Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Maling Sawit dan Getah Karet Marak di Dharmasraya, Petani Menjerit

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Elfa Edriwati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kata Penghubung dan, serta, dan Tanda Baca Koma (,)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keunikan Kata Penghubung Maka dan Sehingga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024