Minggu, 29/6/25 | 18:26 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Senin, 12/5/25 | 08:22 WIB

Oleh: Muhammad Syaifuddin Aziz
(Mahasiswa Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya)

Kekuasaan merupakan konsep sentral dalam sosiologi politik yang menggambarkan kemampuan individu atau kelompok untuk memengaruhi, mengatur, bahkan mengendalikan tindakan pihak lain dalam suatu masyarakat. Dalam konteks Indonesia, kekuasaan tidak hanya dilihat dari sisi formal seperti jabatan politik atau struktur pemerintahan, tetapi juga dari cara kekuasaan tersebut dijalankan dan dilembagakan melalui budaya politik yang berkembang.

Budaya politik merupakan cerminan nilai, norma, dan perilaku politik masyarakat dalam merespons serta menjalani proses pemerintahan. Dalam sistem demokrasi ideal, kekuasaan seharusnya bersumber dari rakyat dan dijalankan secara partisipatif. Namun, realitasnya di Indonesia, kekuasaan kerap dikuasai oleh segelintir elite yang memiliki sumber daya ekonomi dan sosial untuk mempertahankannya. Budaya politik elite inilah yang kemudian mendistorsi makna demokrasi karena praktik kekuasaan tidak lagi berpihak pada kepentingan publik secara luas, melainkan lebih condong pada pelestarian kepentingan kelompok-kelompok elite itu sendiri.

BACAJUGA

No Content Available

Menurut Mills (2018), kelompok elite terdiri atas individu dari bidang politik, militer, dan ekonomi yang memiliki keterkaitan erat dan mendominasi proses pengambilan keputusan penting dalam masyarakat. Pandangan ini masih relevan dalam melihat praktik kekuasaan di Indonesia hari ini, di mana keterhubungan antara politisi, pengusaha, dan tokoh militer sering kali membentuk jaringan oligarkis yang mengendalikan arah kebijakan negara. Ini memperlihatkan bahwa sistem politik Indonesia meski demokratis secara prosedural, secara substansi masih mengalami defisit demokrasi.

Budaya Politik Elite: Konsep dan Karakteristik

Budaya politik elite merujuk pada pola perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok penguasa dalam menjalankan kekuasaan. Menurut teori elite yang dikemukakan oleh Gaetano Mosca dan Vilfredo Pareto, dalam setiap masyarakat terdapat kelompok minoritas yang memegang kekuasaan dan mayoritas yang dipimpin (Bahar, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan cenderung terpusat pada kelompok tertentu yang memiliki keunggulan dalam hal ekonomi, sosial, atau intelektual.

Di Indonesia, budaya politik elite ditandai dengan praktik patronase, di mana hubungan antara pemimpin dan pengikut didasarkan pada pertukaran kepentingan. Hal ini menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap elite, yang pada akhirnya menghambat partisipasi politik yang sehat. Selain itu, penggunaan simbol dan retorika oleh elite politik sering kali digunakan untuk mempertahankan legitimasi kekuasaan mereka, meskipun substansi kebijakan yang dihasilkan tidak selalu berpihak pada kepentingan publik (Yenrizal, 2003).

Studi Kasus: Pilkada Kota Medan dan Oligarki Politik

Fenomena dominasi elite politik dalam proses pemilu dapat dilihat dari studi kasus Pilkada Kota Medan tahun 2020. Dalam pemilihan tersebut, pasangan Bobby Nasution menantu Presiden Joko Widodo mencalonkan diri sebagai wali kota. Meskipun proses pencalonan berlangsung sesuai prosedur hukum, namun dinamika politik di baliknya menunjukkan bahwa faktor kekerabatan dengan tokoh nasional berpengaruh signifikan dalam menarik dukungan partai-partai besar dan elite lokal.

Penelitian yang dilakukan oleh Ananda Adhianugrah dan Djumadin (2023) menyatakan bahwa fenomena oligarki juga menjadi perhatian dalam studi tentang Pilkada Kota Medan 2020, di mana elite partai politik memainkan peran penting dalam proses seleksi dan pengusungan pasangan calon, menggambarkan interaksi kompleks antara kekuatan politik partai dan dinamika oligarki local. Praktik ini sejalan dengan argumen Naharuddin et al. (2024) bahwa di negara demokrasi, elite ekonomi, dan politik tetap dapat mempertahankan kontrol kekuasaan melalui jaringan patronase, keluarga, dan institusi. Dengan demikian, kendati prosedur demokrasi berjalan, hasil akhirnya tetap mereproduksi dominasi kelompok elite, bukan membuka ruang partisipasi politik yang lebih luas bagi rakyat.

Dampak Budaya Politik Elite terhadap Demokrasi

Budaya politik yang dikuasai oleh elite memiliki dampak signifikan terhadap kualitas demokrasi di Indonesia. Kekuasaan yang terpusat pada sekelompok kecil elite dapat menimbulkan kebencian sosial budaya terselubung di masyarakat, karena merasa terpinggirkan dari proses pengambilan keputusan politik (Budimansyah, 2016).

Selain itu, praktik politik identitas yang digunakan oleh elite untuk mempertahankan kekuasaan dapat mengganggu ketahanan nasional dan kualitas demokrasi. Politik identitas yang mengedepankan golongan atau simbol tertentu guna mendapatkan pengaruh politik dapat menghambat transformasi masyarakat menuju masyarakat yang demokratis (I Putu Sastra Wingarta et al., 2021).

Upaya Membangun Budaya Politik Partisipatif

Untuk mengatasi dominasi budaya politik elite, diperlukan upaya untuk membangun budaya politik yang lebih partisipatif dan demokratis. Komunikasi politik yang demokratis, dengan pendekatan bottom-up dan prinsip “Saya Oke, Kamu Oke”, dapat menjadi solusi untuk mengubah kecenderungan budaya politik yang menonjolkan simbol-simbol ketimbang substansi (Yenrizal, 2003).

Pendidikan politik yang kritis dan penguatan masyarakat sipil juga penting untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam proses politik. Dengan demikian, kekuasaan tidak lagi menjadi alat kepentingan segelintir orang, tetapi benar-benar digunakan untuk kesejahteraan bersama.

Realitas kekuasaan dalam budaya politik elite di Indonesia menunjukkan bahwa demokrasi formal tidak selalu menjamin demokrasi substantif. Kekuasaan yang dijalankan secara eksklusif dan manipulatif oleh kelompok elite menghambat partisipasi politik masyarakat dan merusak kualitas demokrasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk membangun budaya politik yang lebih partisipatif dan egaliter melalui pendidikan politik, penguatan masyarakat sipil, dan reformasi institusi politik.

Referensi

Ananda Adhianugrah, M., Djumadin, Z. and kunci Politik, K. (2023) ‘NeoRespublica : Jurnal Ilmu Pemerintahan Dinamika Oligarki dalam Pilkada Kota Medan 2020: Analisis Pengaruh Elit Politik’, 5(1), pp. 380–391.

Bahar, S. (2001) ‘Komunikasi Politik Dalam Proses Integrasi Bangsa : Sebuah Tinjauan Dari Teori Elite’. Available at: https://doi.org/https://doi.org/10.22146/jkn.22057.

Budimansyah, D. (2016) ‘Kekuasaan Yang Terpusat Pada Sekelompok Kecil Elit Dan Munculnya Kebencian Sosial Budaya Terselubung Pada Masyarakat Indonesia Pasca Reformasi’, Jurnal Moral Kemasyarakatan, 1(1), pp. 1–14. Available at: http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JMK/article/view/1183.

I Putu Sastra Wingarta et al. (2021) ‘Pengaruh Politik Identitas terhadap Demokrasi di Indonesia’, Jurnal Lemhannas RI, 9(4), pp. 117–124. Available at: https://doi.org/10.55960/jlri.v9i4.419.

Mills, C.W. (2018) The Power Elite; in Inequality in the 21st Century. Available at: https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9780429499821-16.

Naharuddin, A. et al. (2024) ‘Analisis Relasi Kekuasaan Elit Dalam Konteks Pemilihan Umum  Di Indonesia’, Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (online), pp. 1499–1508. Available at: https://www.ojs.cahayamandalika.com/index.php/jcm/article/view/2887.

Yenrizal (2003) ‘Budaya “Politik Kulit” dan Komunikasi Politik Demokratis di Indonesia’, Mediator, 4.

Tags: #Muhammad Syaifuddin Aziz
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Berita Sesudah

Malam Puncak Festival Juadah di Pasar Cubadak Berakhir Meriah dengan Lelang

Berita Terkait

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Minggu, 15/6/25 | 10:52 WIB

Oleh: Mita Handayani (Mahasiswa Magister Linguistik FIB Universitas Andalas)   Cassirer (dalam Lenk, 2020) mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum,...

Metafora “Paradise” dalam Wacana Pariwisata

Frasa tentang Iklim dalam Situs Web Greenpeace

Minggu, 15/6/25 | 09:39 WIB

Oleh: Arina Isti’anah (Dosen Sastra Inggris, Universitas Sanata Dharma) Baru-baru ini kita disadarkan oleh fenomena kerusakan alam Raja Ampat yang...

Berita Sesudah
Hasil lelangan juadah isri Bupati dan Wakil Bupati Padang Pariaman. Mingggu, (11/05/2025) malam. [foto : sci yrp)

Malam Puncak Festival Juadah di Pasar Cubadak Berakhir Meriah dengan Lelang

POPULER

  • Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khairunnas Calon Tunggal, Musda Golkar Sumbar Dipastikan Berlangsung Aklamasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jadwal Tahapan Musda DPD Golkar Sumbar Telah Dirilis, Ini Rinciannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PT SAK Gerak Cepat Bantu Perbaiki Jembatan Rusak di Nagari Payubarangan Timpeh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terpilih, Sugiono Pimpin IPSI Dharmasraya 2025-2029

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khairunnas Resmi Daftar Jadi Bakal Calon Ketua DPD Golkar Sumbar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024