Pertemuan dan Perpisahan
Cerpen: Fauzia Alvino
Ghina seorang mahasiswa tingkat tiga yang memilki kebiasaan nongkrong di perputakaan umum di kotanya. Tapi kebiasaan ini sangat berbeda dengan sebelumnya, Ghina yang dikenal dengan kutu buku, pendiam dan tak mau berhubungan dengan siapapun, sekarang dia berdampingan dengan seorang laki-laki yang tak sengaja ia kenal didepan pintu perpustakaan.
Kisah ini berawal dari Ghina yang merupakan pelanganggan tetap perputakaan, hampir setiap hari duduk diruang baca paling pojok. Tanpa ia sadari ternyata ada sepasang mata yang selalu mengabsennya, sepasang mata itu milik laki-laki bernama Dino. Sama halnya dengan Ghina, Dino merupakan pelanggan tetap disan dari pertama kuliah sampai sekarang dia dalam tahap skripsi. Sayangnya Ghina tidak pernah peduli dengan kehadiran sosok Dino di perpustakaan itu.
Kerena risih selalu dipandangi, Ghina memilih untuk pindah tempat, tetapi bukannya merasa kembali nyaman Dino malah mendekatinya dan mengajaknya berkenalan.
“Hai, aku tidak bermaksud mengganggu kamu. Tapi aku sering melihatmu disini? Kamu pelanggan tetap juga disini?”
Entah karena tidak tertarik atau merasa risih, Ghina cuma menjawab dengan singkat semua pertanyaan Dino agar percakapan ini segera berakhir.
“Ya”
“Perkenalkan aku Dino, mahasiswa akhir dikampus kota ini”
“aku Ghina, mahasiswa tingkat tiga”
Perkenalan tersebut membuat semuanya sedikit berubah Ghina yang awalnya acu taka acu menjadi tertarik setelah beberapa kali bertemu dan berbicara. Awalnya hanya berbicara seputar perkuliahan dan hobi saja, sampai akhirnya tempat duduk yang biasa ghina duduki menjadi tempat duduk mereka.
Kebiasaan Dino selalu disana dari pagi sampai malam saat perpustakaan tutup dan sekali-kali datang kekampus untuk bimbingan. Sehingga membuat mereka selalu bertemu, dino maupun ghina akan saling menunggu dimeja paling depan agar mereka mengetahui siapa yang datang terlebih dahulu. Setelah itu mereka kembali ketempat duduk bagian pojok dan kembali keaktifitas masing-masing.
“kamu ada kuliah besok Ghin?”
“ada, kamu nggak mau bimbingan? Kapan wisudanya kalau nongkrong disini muluk” Ghina yang awalnya fokus membaca buku sekarang matanya teralih ke Dino yang duduk disampingnya.
“hahaha…., aman kalau itu Ghin, dua hari lagi aku bimbingan datangnya kesiangan kalau nggak sore, jadi kamu bisa gapain dulu. Jangan menunggu aku ya…. Nantik kangen’’
Mendengar perkataan Dino wajah Ghina berubah menjadi sangat jengkel jengkel. Tanpa aba-aba dino yang siap-siap mengeser kurinya agar tidak terkena pukulan Ghina. Karena meraka sudah mulai nyaman, Dino selalu menggoda Ghina karena baginya itu kesenangan tersendiri melihat wajah Ghina yang selalu jengkel jika digoda.
Hari yang berbeda pun datang………
Tepat hari ini Dinolah yang datang dahulu dan ia menunggu Ghina sambil membuat skripsi. Tapi hari ini ghina tidak datang dan tidak mengabari Dino lewat via whatsapp ataupun line, ditelepon pun tidak.
Dino mencoba menelpon Ghina, tanda berdering bertanda aktif ada tetapi tidak diangat. Dino mulai khawatir jika terjadi sesuatu padanya, Dino pun mengirim pesan ….
“Malam Ghin, kamu tidak datang hari ini?”
“Kok nggk ngabarin, aku nungguin lo”
“Kamu baik-baik saja kan?”
Dino selalu berharap ada balasan, tapi sia-sia saja sampai Dino mau tidurpun chatnya tidak dibalas-balas.
Keesokannya
Seperti biasa Dino kembali keperpustakaan itu setelah melakukan konsultasi dengan dosennya. Dengan berjalan santai sambil meminum kopi mata Dino melirik seseorang yang sangat familiar, sedang duduk dimejanya dengan Ghina. Ujung bibir Dino pun naik dan membentuk seukiran senyum, Dino berlari untuk menghampiri Ghina. Tapi naassss sangking senangnya Dino tidak melihat kiri maupun kanan saat menyeberangi jalan, sehingga membuatnya ditabrak mobil dan kecelakaan itu pun datang.
BRAAAAAAKKKKKKKKKKK…………………….
Suara tabrakan itu sangat keras, sehingga membuat siapapun yang mendengarnya terasa sangat ngilu, begitu pun Ghina yang awalnya fokus dengan novel yang ia baca teralihkan dengan bunyi yang sangat keras itu. Semua orang didalam maupun disekitar pepustakaan keluar termasuk Ghina. Ghina mulai menerobos kerumunan, setelah berhasil menerobos, Ghina terdiam ditempat dan terkejut dengan apa yang ia lihat sekujur badan Ghina terasa kaku.
“Dino………”
Hanya kata itu yang dapat ia ucapkan sebelum dino dibawah kedalam ambulan yang entah rumah sakit mana. Setelah berupaya menanyakan ke beberapa orang kerumah sakit mana korban kecelakaan tersebut dibawah, akhirnya Ghina pun menyusul Dino kerumah sakit yang dituju. Setelah sampai Ghina mencari ruang tempat Dino diobati, tetapi jalan Ghina berhenti karena tepat disamping ranjang Dino yang sedang ditangani dokter ada keluarga Dino. Ghina membalikkan badannya dan kembali berjalan keluar, ia tidak mau mendatangi dino bukan karena ia tidak pedulih melaikan disana ada keluarganya Dino, ghina tidak mengenali siapapun disana dan jiwa introvetnya kembali, sangat kaku rasanya jika Ghina menghapiri keluarga Dino disana.
Entah beberapa hari bahkan beberapa bulan telah berlalu sejak kejadian kecelakaan Dino, Ghina selalu datang keperpustakaan dan duduk ditempat mereka biasa dan berharap suatu saat nantik Dino datang menghapirinya. Informasi yang ia dapat saat datang kerumah sakit pada hari berikutnya, Dino dipindahkan kerumah sakit pusat kota sebelah dan keberangkatannya tadi pagi.
Apalah daya ghina yang hanya sekedar mengenali Dino di perpustakaan, Ghina tidak tau dima tempat tinggalnya, teman-temannya pun tidak tahu. Sekarang Ghina hanya akan menunggu sebagai bentuk penyesalannya tidak mengabari Dino karena tidak datang sehari sebelum Dino kecelakaan.
Setahun kemudian
Sekarang ghina berada ditingkat keempatnya kuliah dan ia sekarang dalam tahap menyusun skripsi. Perpustakaan ini masih menjadi tempatnya penunggu Dino dan sekarang tepat setahun Ghina tidak pernah lagi melihat Dino. Berhari-haripun berlalu, tetap tidak ada kabar.
Hingga ia mendapatkan kabar dari kasir yang berbicara dengan rekan kerjanya saat Ghina hendak meminjam bebrapa buku, perbincangan mereka sungguh membuat dada Ghina sesak. Mereka membicarakan korban kecelakaan didepan perpus meninggal dunia seminggu yang lalu.
Perlahan Ghina memutar badannya melihat kesisi meja pojok yang menjadi tempat mereka, sekarang meja tersebut kembali menajadi miliknya sendiri, dengan memandangnya saja terasa kosong dan hampa seolah-olah kenangannya bersana Dino kembali terputar. Didalam hati Ghina merasa sangat sedeh dan kehilangan tapi apa daya tidak ada satupun cara yang bisa dilakukan anak introvert seperti dia. Ghina hanya berbisak dalam hatinya sambil berjalan keluar perpustakaan.
Ghina sangat berterimah kasih pada Dino telah datang dalam kehidupannya walaupun sebentar, mengajarkannya apa arti pertemanan dan apa artinya berinteraksi dengan banyak orang. Akibat dari sifatnya ini telah Ghina rasakan sendiri, tidak bisa disesali lagi semua telah terjadi. Dengan senyuman seadanya Ghina kembali menguatkan dirinya untuk memulai harinya tanpa kehadiran Dino lagi. (*)
Tentang Penulis
Fauzia Alvino atau nama pena yang sering dipakai Jungjien2808. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester akhir jurusan Tadris Fisika. Hobi menulis ini berawal dari suka membaca novel, dari hobi inilah saya tertarik untuk menulis. Pertama kali saya ikut membuat cerpen pada GC Kosalama (komunitas aksara dalam rasa) dalam kesempatan itu saya mendapatkan juara 1, walaupun itu bukan tingkat nasional tapi dari kesempatan itu memacu saya untuk mengikuti berbagai macam penulisan. Ig @fauzia_alvino08
Analisis Cerpen “Pertemuan dan Perpisahan” Karya Fauzia Alvino
Oleh: Azwar
(Dewan Penasihat Pengurus FLP Wilayah Sumatera Barat)
Karya sastra walaupun merupakan sebuah karya fiksi yang berakar dari imajinasi pengarangnya, namun tetap bisa dianalisis secara ilmiah. Salah satu pendekatan ilmiah yang bisa dilakukan dalam menganalisis karya sastra adalah analisis struktural. Menurut A Teeuw (1988) analisis struktural memiliki tujuan untuk memahami secara teliti, menyuguhkan, membongkar detail suatu isi dengan hasil makna yang dalam. Sementara itu menurut Suwondo (2018), salah satu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri, karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan.
Kreatika edisi ini menurunkan Cerpen “Pertemuan dan Perpisahan” karya Fauzia Alvino. Cerpen ini berkisah tentang Ghina, seorang mahasiswi introvert dan Dino seorang mahasiswa tingkat akhir yang sering bertemu di perpustakaan. Interaksi mereka yang awalnya kaku berkembang menjadi sebuah hubungan persahabatan yang perlahan mendalam. Meski hanya diwarnai dengan canda sederhana, kebersamaan mereka memberikan makna penting dalam hidup Ghina.
Tema utama cerpen ini adalah hubungan antar manusia dan perubahan internal. Melalui pertemuan dengan Dino, Ghina yang sebelumnya menutup diri mulai membuka diri terhadap orang lain. Cerpen ini menggambarkan perjalanan emosional Ghina dari seorang yang merasa nyaman dengan kesendiriannya, menjadi seseorang yang mulai merasakan arti pentingnya kebersamaan dan pertemanan.
Cerpen ini tidak hanya menyoroti keindahan dari sebuah pertemanan, tetapi juga memperlihatkan kepedihan yang datang saat kehilangan. Ketika Dino mengalami kecelakaan dan kemudian meninggal dunia, Ghina kembali terjebak dalam kesendiriannya, kali ini dengan rasa penyesalan karena tidak sempat memberi kabar kepada Dino sebelum kecelakaan itu terjadi. Tragedi ini membuat Ghina lebih menyadari pentingnya komunikasi dan keberadaan orang lain dalam hidupnya.
Alur cerita bergerak dari fase pertemuan yang berisikan interaksi yang menyenangkan, menuju fase perpisahan yang penuh dengan kesedihan dan penyesalan. Struktur cerpen ini dibangun dengan baik, memperlihatkan perkembangan hubungan karakter utama dari awal hingga akhir cerita. Karakter Ghina digambarkan secara mendalam sebagai seseorang yang pada dasarnya tertutup, tetapi pertemuannya dengan Dino memberikan kesempatan baginya untuk mengalami perubahan dalam dirinya. Sementara Dino, meski hanya muncul sebentar, berperan sebagai katalis yang mendorong perubahan ini.
Ghina sebagai karakter introvert menunjukkan kompleksitas dalam menghadapi perasaan dan interaksi sosial, terutama saat berhadapan dengan kehilangan. Konflik yang dihadapi Ghina lebih bersifat internal, antara perasaannya sendiri terhadap orang lain dan ketidakmampuannya untuk mengekspresikan perasaan tersebut secara terbuka.
Cerpen ini juga menunjukkan bahwa pertemuan singkat bisa memiliki dampak yang sangat mendalam. Meskipun Dino hanya hadir sebentar dalam hidup Ghina, pengaruhnya tetap terasa bahkan setelah kepergiannya. Ini menunjukkan bagaimana setiap interaksi manusia dapat membentuk siapa kita, dan bagaimana kepergian seseorang bisa meninggalkan bekas yang mendalam.
Pesan yang dapat diambil dari cerpen ini adalah pentingnya menghargai momen dan orang-orang di sekitar kita, karena kita tidak pernah tahu kapan pertemuan terakhir akan terjadi. Kelebihan cerpen ini adalah pertama tema yang populer. Cerpen ini mengangkat tema yang mudah dipahami oleh banyak pembaca, yakni pertemuan dan kehilangan. Pembaca dapat merasakan emosi karakter, terutama bagi mereka yang pernah mengalami kehilangan seseorang yang dekat.
Kedua, kelebihan cerpen ini adalah penggambaran karakter yang kuat. Karakter Ghina digambarkan dengan baik sebagai seorang introvert yang perlahan belajar membuka diri kepada orang lain. Perkembangan karakter ini menjadi kekuatan dalam cerpen, menunjukkan perubahan internal yang halus namun signifikan.
Ketiga, penyampaian emosi yang mendalam. Cerpen ini berhasil menyampaikan emosi dengan baik, terutama saat menggambarkan rasa penyesalan dan kesedihan Ghina setelah kehilangan Dino. Pembaca bisa merasakan kesedihan Ghina dan memahami perjalanan emosinya dari awal sampai akhir cerita.
Keempat, alur yang terstruktur dengan baik. Alur cerita memiliki ritme yang jelas, dimulai dari pertemuan, berkembangnya hubungan, hingga klimaks kecelakaan Dino dan berakhir dengan perpisahan yang menyesakkan. Cerita ini mengalir secara alami, tanpa terkesan dipaksakan.
Terakhir, keunggulan cerpen ini adalah pesan moral yang menyentuh. Cerpen ini memberikan pesan penting tentang arti pertemanan dan menghargai momen-momen kecil bersama orang lain. Penyesalan Ghina memberikan pelajaran tentang pentingnya komunikasi dan keterbukaan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Sebagai sebuah karya imajinatif, tentu saja cerpen ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan Cerpen “Pertemuan dan Perpisahan” adalah pertama cerpen ini berisi dialog yang kurang variatif. Beberapa dialog dalam cerpen ini terkesan kurang dinamis dan cenderung sederhana, sehingga interaksi antara Ghina dan Dino kurang terasa mendalam. Hal ini bisa diperbaiki dengan memperkaya dialog yang lebih beragam dan menunjukkan lebih banyak emosi atau karakteristik unik dari masing-masing tokoh.
Kedua, penyelesaian yang terlalu terburu-buru. Akhir cerita terasa agak tergesa-gesa, terutama setelah Dino meninggal. Emosi yang muncul pada bagian ini terkesan sedikit datar, dan bisa diperkuat dengan lebih mengeksplorasi perasaan Ghina dalam menghadapi kenyataan kehilangan tersebut. Pembaca mungkin mengharapkan penutup yang lebih mendalam dan reflektif.
Ketiga, kelemahan cerpen ini adalah kurangnya latar yang menonjol. Cerpen ini fokus pada interaksi karakter, namun kurang memberikan latar yang kuat dalam segi deskripsi tempat. Perpustakaan sebagai tempat utama dalam cerita ini hanya disinggung secara sekilas tanpa banyak detail yang membuat pembaca merasakan suasana tempat tersebut.
Keempat, minimnya pengembangan tokoh Dino. Karakter Dino hanya digambarkan melalui interaksi dengan Ghina dan sedikit latar belakang tentang dirinya. Meskipun cerpen ini lebih menyoroti Ghina, tokoh Dino bisa dikembangkan lebih dalam agar pembaca lebih merasa kehilangan saat dia meninggal, bukan hanya karena perannya sebagai teman bagi Ghina.
Terakhir kekurangan cerpen ini adalah penggunaan bahasa yangterkesan kaku. Gaya bahasa yang digunakan terkadang kurang mengalir dengan lancar, terutama dalam transisi antara narasi dan dialog. Beberapa kalimat juga terasa formal dan kurang emosional, sehingga mengurangi intensitas dari perasaan yang ingin disampaikan.
Secara keseluruhan, cerpen ini memiliki potensi yang baik dengan tema yang kuat, tetapi bisa lebih menonjol jika diberikan pengembangan lebih dalam pada beberapa aspek, terutama dalam hal dialog dan penggambaran emosi di akhir cerita.
Pesan moral dalam cerpen “Pertemuan dan Perpisahan” karya Fauzia Alvino ini adalah pertama, pentingnya menghargai momen bersama orang lain. Cerpen ini mengajarkan bahwa kita harus menghargai setiap momen dan pertemuan dengan orang lain, karena kita tidak pernah tahu kapan akan berpisah. Hubungan Ghina dan Dino yang berkembang singkat namun berarti, menunjukkan betapa pentingnya kehadiran seseorang, bahkan jika hanya sebentar.
Kedua, pentingnya membuka diri pada orang lain. Karakter Ghina yang awalnya tertutup dan enggan berinteraksi belajar untuk membuka diri melalui hubungannya dengan Dino. Cerpen ini mengajarkan bahwa membuka diri pada orang lain dapat memberikan pengalaman hidup yang berarti, serta memperkaya perspektif kita terhadap dunia.
Ketiga, menmahami bahwa kehilangan sebagai bagian dari kehidupan. Perpisahan, dalam bentuk kehilangan orang yang kita sayangi, adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan. Cerpen ini mengajarkan untuk menerima perpisahan dengan ikhlas, meskipun penuh kesedihan, dan belajar untuk melanjutkan hidup dengan kenangan yang baik dari mereka yang telah pergi. Pesan-pesan ini menyentuh aspek emosional kehidupan sehari-hari, terutama dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan menghadapi perpisahan. (*)
Catatan:
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.