Oleh: Hardisman
(Guru Besar Fakultas Kedokteran & Ketua LPM Universitas Andalas)
Bangsa dan negara kita mempunyai cita-cita besar untuk mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045. Cita-cita tersebut bukan tanpa alasan dan bukanlah sebuah mimpi yang pesimis. Cita-cita besar tersebut dilahirkan atas besarnya potensi yang kita miliki pada tahun 2030 dan mencapai puncak maksimalnya pada tahun 2045.
Pada tahun 2045 atau 20 tahun dari sekarang, secara demografi Indonesia mempunyai angkatan kerja jauh lebih besar. Penduduk yang berusia 20 hingga 60 tahun akan jauh lebih banyak dibandingkan dengan usia dibawah 15 tahun dan usia lansia, yang disebut sebagai ‘bonus demografi’. Sebaran usia ini akan menjadi potensi besar bagi negara kita untuk melakukan percepatan pembangunan, bahkan menuju negara maju. Diyakini, usia produktif dan angkatan kerja yang banyak akan menghasilkan banyak inovasi. Disamping itu, dengan angkatan kerja yang jauh lebih banyak, semua sektor pekerjaan baik pertanian, perkebunan, dan dunia industri akan dapat bergerak lebih cepat.
Menghadapi Tantangan
Namun, pertanyaan terbesarnya, apakah generasi yang ada setelah tahun 2030 tersebut benar-benar generasi emas? Jangan-jangan kita hanya sanggup mengasah perunggu, tembaga, atau bahkan hanya menghasilkan generasi biji besi hitam yang berserakan di dalam pasir.
Tantangan dalam mewujudkan generasi emas itu sudah sangat nyata terpampang di depan mata. Anak-anak yang berusia belasan hingga 20-an tahun saat ini sudah banyak yang terjebak dalam petaka besar. Padahal, merekalah yang akan menjadi ujung tombak pembangunan bangsa ini pada masa Indonesia Emas tersebut. Maraknya kasus narkoba dan tawuran menjadi sandungan besar dalam mewujudkan generasi yang berkualitas.
Tawuran dan narkoba jelas akan menghambat dalam menjadikan generasi ini menjadi generasi unggul. Anak dan remaja yang terlibat dalam kedua kenakalan dan kejahatan ini tidak dapat berprestasi di sekolah. Bahkan sebahagian besarnya akan putus sekolah. Ide-ide inovasi dan berwirausaha pun tidak akan mampu mereka lakukan. Justru akhirnya menjadi pengangguran dan melakukan kejahatan lain berikutnya, seperti judi, maling, dan perampokkan.
Agar dapat mewujudkan generasi emas yang dicita-citakan, semua tantangan yang ada harus diberantas. Perlu peningkatan kesedaran dan semangat generasi muda dengan meningkatkan peran orang tua, guru di sekolah, dan pemangku kepentingan pada tataran kebijakan.
Membangun Generasi Unggul
Generasi emas masa datang yang harus disiapkan adalah mereka yang sehat dan kuat secara fisik dan mental. Kesehatan fisik adalah modal dasar sebelum seseorang dapat beraktivitas dan berkarya. Betapa pun semangat menggebu tanpa kesehatan yang baik tentunya semuanya tidak akan dapat diraih.
Pembentukan kesehatan fisik yang baik mesti dimulai sejak dini, terutama selama 1.000 hari hari pertama kehidupan (HPK). Anak-anak yang dilahirkan haruslah dalam kedaan sehat dengan pertumbuhan selama kehamilan yang sehat dan baik. Kemudian, mendapatkan gizi dan pola asuh yang baik pula selama masa bayi dan balita. Janin dan anak yang mendapatkan asupan nutrisi dan pola asuh yang baik selama 1.000 HPK inilah yang terhindar dari risiko stunting yang akan tumbuh dengan fisik yang sehat, jaringan otak yang optimal, dan kecerdasan yang baik.
Selanjutnya, pada remaja dan anak muda saat ini perlu ditanamkan pentingnya hidup sehat agar terhindar dari penyakit degeneratif lebih dini. Mereka perlu didorong untuk menjaga pola hidup sehat melalui aktivitas fisik yang baik, menjaga pola makan dan asupan serta makanan yang sehat dan seimbang. Gaya hidup sedentary yang malas bergerak, banyak konsumsi gula, serta pola hidup hanya duduk, berbaring, dan gadget harus dihindari.
Remaja dan anak muda hari ini adalah mereka dewasa produktif pada masa Indonesia Emas tersebut. Jika kebiasan dan gaya hidup tidak sehat hari ini dipelihara, hal itu sangat mengkhawatirkan 15-20 tahun lagi justru mereka generasi yang sudah mendapatkan penyakit denegeratif, tulang, dan sendi yang lebih dini. Generasi emas yang diharapkan justru dapat menjadi beban.
Semangat remaja dan generasi muda harus terus dikobarkan dan ditingkatkan yang dimulai dengan semangat belajar dan menuntut ilmu. Pengetahuan yang kuat dan pendidikan menjadi salah satu pilar utama dalam dalam mewujudkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan yang kuat juga akan menjadi penentu generasi tersebut akan mampu melakukan inovasi di zamannya.
Sejalan dengan semangat dalam belajar dan mencari pengetahuan dan keaahlian-keahian yang baru, pembentukan karakter moral atau akhlak juga harus diciptakan. Karakter kognitif dengan kecerdasan dan keahlian tanpa diiringi dengan karakter moral yang baik hanya akan menghasilkan generasi yang culas dan penipu. Sebaliknya, generasi yang punya karakter moral yang baik, tetapi tidak punya kecerdasasn, pengetahuan dan keahlian tentunya akan menjadi penonton. Bahkan mereka akan sangat mudah ditipu dan dimanfaatkan.
Bagian dari kesehatan mental dan karakter yang harus dipupuk sejak dini adalah daya juang yang tinggi. Generasi emas mendatang adalah mereka yang mempunyai semangat juang yang baik dan tidak mudah menyerah. Pemberian motivasi melalui berbagai diskusi dan pelatihan dapat menjadi salah satu upaya untuk ini. Di samping dengan memberikan contoh dan keteladanan, bagaimana perjuangan generasi masa lalu menggapai kesuksesan, serta menghadapi tantangan dan kegagalan.
Melalui pola asuh dan gizi yang baik, pola hidup sehat sejak dini, pendidikan yang baik, serta pembentukan karakter akhlak akan dapat menjadi upaya optimal dalam mewujudkan generasi unggul masa depan. Merekalah yang akan menjadi generasi emas yang dicita-citakan bangsa. Semoga.