Puisi-puisi Farha Nabila
Kanak-Kanak dalam Diri
Tatkala kutemukan diriku dalam relung kesepian
Yang disana takkan kutemukan dengungan sumpah serapah
Nan menggilai sepanjang malamku
Maka hanya terima kasih nan ingin kusampaikan pada kanak-kanak dalam diriku
Setelah perenungan panjang yang bertaruh menjaga kewarasan
14 April 2025
Sebuah Tanya yang tak Kunjung Kupahami Hakikatnya
Kau tak bersalah
Aku yang salah, aku yang sangat memalukan
Pikiran yang jahat itu menggulungku
Semenjijikkan itukah berada di dekatku?
Kau tak salah,
Kau tau ku sangat menyebalkan, ku tau ku hanya partikel pengganggu
Di dekat manusia hebat sepertimu
Namun,Tuhan
Adakah kesempatan itu untukku?
Kesempatan menjadi manusia hebat seperti mereka
29 April 2025
Didekap Tuhan
Tenanglah
Tawa kita kan tetap terdengar merdu
Meski dalam teriakan paling riuh sekalipun
Tenanglah,
Keceriaan kita kan terus menggema di penjuru bumi ini
Meski raut penolakan masih bersemayam dalam ingatan
Tenanglah,
Meski dalam banyak bentuk yang tak utuh
Karena kenangan adalah wujud dari
Dekapan yang Tuhan janjikan
21 April 2025
Tentang Penulis
Farha Nabila, seorang penulis yang saat ini menempuh pendidikan di SMA IT Insan Cendekia Payakumbuh, Sumatera Barat. Ia sangat suka membaca dan kadang juga suka menuliskan isi pikirannya ke dalam bentuk kata-kata yang indah. Di sekolahnya ia mengikuti Club Menulis dan berharap suatu saat bisa menjadi penulis hebat.
Puisi dan Isu Mental Health
(Ulasan Puisi-puisi Karya Farha Nabila)
Oleh: Dara Layl
Puisi merupakan salah-satu karya sastra yang memiliki banyak pengikut di seluruh dunia. Hal ini karena puisi berbeda dengan karya sastra lainnya seperti prosa dan drama. Jika prosa berisi narasi yang panjang dan memerlukan waktu untuk menyelesaikannya, sedangkan drama adalah karya yang bisa dinikmati dengan cara dipentaskan, maka puisi adalah karya yang bisa dinikmati dalam waktu yang relatif singkat, bisa dinikmati dimana saja, namun memiliki filosofi dan makna yang dalam. Puisi adalah refleksi berbagai wajah kehidupan yang dibingkai dengan kata-kata yang menggetarkan. Tema yang yang diangkat dalam puisi juga beragam, mulai dari tema percintaan sampai pada isu sosial di masyarakat termasuk diantaranya isu kesehatan mental.
Septia Rizki, dkk (2025) mengungkapkan puisi dapat menyentuh aspek emosional yang sulit diungkapkan secara langsung melalui pemilihan kata. Sedangkan, Dheka Dwi Agustiningsih dan Jatmika Nurhadi (2024) mengungkapkan bahwa puisi tidak hanya merupakan karya sastra yang indah untuk dinikmati , tetapi juga telah digunakan secara efektif sebagai media terapi untuk kesehatan mental.
Sejak dahulu sering dipercaya bahwa dengan menulis dan membaca puisi dapat menjadi sarana yang efektif dalam membantu mengatasi stres dan kecemasan yang berimbang pada keseimbangan mental. Karena dipercaya puisi dapat memberikan pengalaman untuk memahami emosi yang kadang sulit untuk didefinisikan.
Pada edisi kali ini Kreatika menampilkan tiga puisi karya Farha Nabila dengan judul, “Kanak-Kanak dalam Diri”, “Sebuah Tanya yang tak Kunjung Kupahami Hakikatnya” dan “Didekap Tuhan.” Ketiga puisi ini merupakan salah-satu refleksi dari isu sosial yang sekarang marak dialami oleh anak muda yaitu terkait mental health atau kesehatan mental.
Puisi pertama, “Kanak-Kanak dalam Diri” puisi ini menggambarkan seseorang yang berjuang dalam menjaga kewarasan dalam menghadapi tantangan-tantangan kehidupan. Hal ini bia dilihat darm larik;
/Tatkala kutemukan diriku dalam relung kesepian/ Larik puisi ini seolah menggambarkan seseorang dalam ruang dan waktu dengan perasaan “kesepian” kesepian dalam KBBI berarti perasaan kesunyian, keadaan sepi atau kelengangan dan perasaan sunyi atau tidak berteman.
/Yang disana takkan kutemukan dengungan sumpah serapah/ Pada bait ini penyair seolah ingin menyampaikan bahwa perasaan “kesepian” yang ada pada larik pertama itu lebih kepada ketenangan, namun disisi lain juga miris karena sebenarnya ‘kesepian” tapi walaupun seperti itu tidak ada sumpah serapah atau kata-kata yang membuat nyali ciut dan hati tersakiti.
/Nan menggilai sepanjang malamku/ Larik ini menjelaskan bahwa perasaan “kesepian” namun di sisi lain tidak ada sumpah serapah seringkali hadir pada malam hari yang membuat kita sulit memejamkan mata
/Maka hanya terima kasih nan ingin kusampaikan pada kanak-kanak dalam diriku/ /Setelah perenungan panjang yang bertaruh menjaga kewarasan/ Dan ditutup oleh larik terakhir, bahwa perasaan “kesepian” itu bukan dialami oleh dirinya di masa ini namun dialami oleh anak-anak yang ada di dalam dirinya atau sering dikenal dengan inner child.
Inner child sendiri dapat berarti hubungan yang dimiliki oleh seseorang dengan diri serta memori masa kecil yang tanpa disadari perilaku seperti anak-anak masih ditunjukkan karena adanya luka masa kecil. Inner child sendiri menjadi topik yang sangat hangat di kalangan anak muda dan sering dijadikan bahan rujukan untuk diskusi. Dan ini menjadi menarik karena kita bisa memahami inner child dari sebuah puisi.
Puisi kedua, “Sebuah Tanya yang tak Kunjung Kupahami Hakikatnya” puisi ini menggambarkan sebuah emosi tentang pertanyaan-pertanyaan yang sering kita tanyakan kepada diri sendiri seperti apakah diri kita sudah cukup? Hal ini tergambar di dalam kata-kata yang menyusun puisi;
/Aku yang salah/
/Aku yang sangat memalukan/
/Menjijikkan itulah berada di dekatku?/
/Ku tau ku sangat menyebalkan/
/Ku hanya partikel pengganggu/
Jika dilihat secara seksama puisi ini juga berkaitan dengan isu kesehatan mental, dimana banyak orang yang suka menyalahkan diri sendiri, sangat keras kepada diri sendiri, mengktiik diri sendiri secara tajam dan berlebihan sehingga menyebabkan idak percaya diri dan rasa rendah diri. Hal ini juga diiungkpakan dalam larik ketiga;
/Pikiran yang jahat itu menggulung/ dari larik itu penulis seolah ingin menyampaikan bahwa sebenarnya kita tahu bahwa kita sudah jahat kepada diri sendiri, tapi kita masih tetap memilih melakukannya.
Namun di akhir puisi penulis menambahkan penutup yang menjadi sebuah jaan yaitu bertanya dan mengadu kepada Tuhan,
/Namun Tuhan/ /Adakah kesempatan untukku?/ larik ini seolah menjadi harapan bahwa kita bisa menjadi lebih hebat jika lebih percaya kepada diri sendiri dan jika tidak bi percaya kepada diri sendiri bisa mempercayakan kepada ketetapan Tuhan.
Puisi ketiga, “Didekap Tuhan” pada puisi terakhir ini penulis menggambarkan tentang ketenangan bisa didapatkan dengan memberikan kata-kata positif kepada diri sendiri atau dikenal dengan afirmasi positif, hal ini bisa dilihat pada ketiga bait yang dimulai dari kata “Tenanglah” dan diikuti dengan kata-kata yang bermakna positif, hal ini biasa dilakukan untuk menenangkan diri sendiri.
Secara keseluruhan ketiga puisi ini sangat unik karena mengambil satu tema yang berwenang merah tentang isu kesehatan mental yang dimulai dari inner child, perilaku membandingkan diri sendiri dengan orang lain, sampai pada afirmasi positif ke diri sendiri. Hal ini menjadi menarik karena belum banyak penulis yang mengambil tema kesehatan mental walaupun puisi sangat erat kaitannya dengan kesehatan mental.
Puisi ini memiliki beberapa masukan seperti dalam pemilihan diksi yang bisa langsung ditemukan maknanya dan puisi ini akan lebih baik jika ditulis lebih detail hingga tidak terasa menggantung. Senang sekali bisa membaca puisi Farha, terus semangat menulis puisi. (*)
Tentang Kreatika
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerjasama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com