Jumat, 17/10/25 | 07:49 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Mitos Menstruasi hingga Kini

Minggu, 06/11/22 | 09:59 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

 

Suatu hari, salah seorang sanak saudara berkunjung ke rumah saya. Ia berkunjung bersama anak perempuannya. Ketika itu, ia membawa kabar bahwa anak perempuannya yang berusia 10 tahun itu tengah menstruasi. Itu bukanlah kali pertama, yang artinya ia mendapat haid lebih cepat. Saya yang mendengar kabar itu merasa bahagia dan berencana bercerita banyak hal tentang haid dengan keponakan saya itu., tetapi ayahnya kemudian berkata, “Apa ini normal? Kok cepat sekali? Dia tidak sedang diguna-guna, kan? Saya curiganya begitu”.

Pernyataan itu ia ucapkan berkali-kali meskipun saya dan ibu mengatakan menstruasi yang datang lebih cepat sangatlah normal. Terlebih keponakan saya telah berusia 10 tahun, usia yang sangat wajar untuk haid. Sebab, menstruasi kali pertama umumnya dialami oleh perempuan di usia 10 hingga 15 tahun. Ia pun memiliki siklus haid yang normal dan teratur sejak pertama kali mengalaminya.

Rupanya mitos-mitos tentang menstruasi tidak dengan mudah bisa ditinggalkan. Sejak lama, menstruasi diidentikkan dengan simbol-simbol mitos. Darahnya misalnya, dalam anggapan sejarah dianggap tabu. Istilah yang terkait dengan peristiwa biologis ini juga beragam, seperti “datang bulan”, “tanggal merah”, “sedang kotor”, “kedatangan tamu”, “sedang libur”, “lagi dapet”, dan lain sebagainya.

Pada salah satu artikel berjudul “Teologi Menstruasi: Antara Mitologi dan Kitab Suci” yang ditulis Nasaruddin Umar, kata ‘tabu’ yang sering dikaitkan dengan menstruasi memunculkan “menstrual taboo”. Hal itu kemudian menjadi salah satu cikal-bakal langgengnya patriarki. Konsep menstruasi, bahkan dianggap sebagai kutukan dan berasal dari sesuatu yang gaib.

BACAJUGA

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB
Suatu Hari di Sekolah

Antara Deadline dan Bedcover

Minggu, 14/9/25 | 18:56 WIB

Dalam lintasan sejarahnya, sebagian kepercayaan mengamini bahwa darah menstruasi muncul bersamaan dengan terjadinya peristiwa dosa. Hal itu terkait pelanggaran yang dilakukan Hawa/Eva di surga yang mengakibatkan wanita akan menanggung 10 penderitaan, salah satunya ialah siklus menstruasi.

Namun, di dalam Al-Qur’an, terdapat pandangan yang optimis terkait haid. Bila sebelumnya perempuan haid tidak diperbolehkan berkumpul bersama keluarganya, bahkan masakannya tidak boleh dimakan, dalam Islam Nabi justru bersabda, “lakukanlah segala sesuatu (kepada istri yang sedang haid) kecuali bersetubuh”. Hal yang sebelumnya dianggap tabu bergeser menjadi hal yang dianggap alami.

Sebetulnya, saya tidak begitu yakin bila anggapan guna-guna terkait menstruasi yang dilontarkan ayah keponakan saya itu sebagai sisa-sisa dari kepopuleran menstrual taboo di masa dulu. Namun, tidak bisa dimungkiri pula bahwa menstrual taboo menimbulkan akibat yang mengakar dalam masyarakat. Mitos tertentu seringkali menyertai perempuan yang sedang haid. Ketika saya di sekolah menengah, saya menjumpai narasi bahwa aroma tubuh perempuan akan berbeda antara saat sedang haid atau tidak. Anehnya, aroma itu dipercaya hanya akan diketahui olah anak laki-laki.

Di sekolah dasar, adakalanya pula menstruasi dianggap sebagai penyakit yang menular. Anggapan itu menyebabkan anak laki-laki menjauhi teman perempuannya yang ia duga sedang haid. Di sekolah-sekolah biasanya siswi perempuan dikumpulkan secara khusus untuk menerima penyuluhan terkait reproduksi perempuan. Siswa laki-laki tidak diikutsertakan seolah mereka tidak perlu (boleh) tahu. Akibatnya, anggapan mereka yang keliru tentang menstruasi yang dialami teman perempuannya sulit diluruskan.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Mengenal Afiks ter- dalam Bahasa Indonesia

Berita Sesudah

Mengenal Predikasi dan Struktur Argumen dalam Klausa/Kalimat

Berita Terkait

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Minggu, 12/10/25 | 19:23 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Entah mengapa, hari itu saya hanya ingin mendengarkan satu lagu. Satu lagu saja! Padahal...

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Ada satu fenomena unik yang saya kira hampir semua kita pernah...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Pilihan dan Segala yang Beda-Beda Tipis

Minggu, 28/9/25 | 21:25 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, saya menulis tentang ungkapan “beda-beda tipis” atau “sebelas dua belas”. Ternyata, maknanya...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Beda-Beda Tipis, Hidup Tetap Manis

Minggu, 21/9/25 | 19:27 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Pernahkah mengalami kebingungan saat membeli pakaian? Misalnya, dihadapankan pada dua kemeja berwarna biru tua...

Suatu Hari di Sekolah

Antara Deadline dan Bedcover

Minggu, 14/9/25 | 18:56 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Seorang bos Yakuza pensiun, lalu ia memutuskan untuk menjadi bapak rumah...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Harmoni dalam Kata: Mantra sebagai Representasi Kearifan Lokal

Minggu, 07/9/25 | 15:34 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Mantra merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun...

Berita Sesudah
Mengenal Predikasi dan Struktur Argumen dalam Klausa/Kalimat

Mengenal Predikasi dan Struktur Argumen dalam Klausa/Kalimat

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Job Fair 2025 UNP Hadirkan Puluhan Perusahaan Ternama, Buka Peluang Karier bagi Lulusan Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Solok Hentikan Sementara Kegiatan Wisata Glamping Lakeside Alahan Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemprov Sumbar Gelar “Road to Aksi Bela Palestina” Bareng Wali Band

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024