Saat ini, bulan Oktober. Bulan yang ditetapkan sebagai bulan bahasa Indonesia. Bulan ini mengingatkan kita untuk mencermati kembali pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa kebanggaan yang mempersatukan seluruh keberagaman bangsa Indonesia. Salah satu cara menjaga bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah taat pada tata cara penggunaan bahasa, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam lisan atau percakapan memang tidak terlalu banyak aturan karena setiap orang pada hakikatnya bebas berkreativitas dengan bahasa lisan. Hanya saja perlu memahami “rambu-rambu” atau konteks, tempat, dan kesantunan berbahasa saat menggunakan bahasa lisan. Hal ini tentu berbeda dengan bahasa tulis.
Ada banyak aturan yang harus dipahami dalam bahasa tulis, seperti pemakaian tanda baca dan penulisan kata. Salah satunya tata cara penulisan kata majemuk dan idiom berimbuhan. Kata majemuk adalah gabungan dua kata yang menimbulkan satu makna baru (Ramlan, 2012:77). Makna baru yang muncul akibat penggabungan kedua kata tersebut masih berhubungan dengan makna kata dasar pembentuknya. Lalu, idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponennya (Kridalaksana, 2009:107). Konstruksi makna dalam idiom memunculkan makna baru yang sama sekali berbeda atau tidak berhubungan dengan makna kata dasarnya. Idiom mengandung makna konotasi atau kiasan.
Beberapa contoh kata majemuk yang bisa bergabung dengan imbuhan atau afiks, di antaranya kerja sama, tanggung jawab, jual beli, terima kasih, daya tahan, daya guna, dan beberapa idiom yang bisa bergabung dengan afiks atau imbuhan, di antaranya kambing hitam, otak udang, tangan besi, banting tulang, buang muka, anak tiri, dan ambil hati.
Tata cara penulisan kata majemuk dan idiom yang bergabung dengan imbuhan ada dua, yaitu:
Pertama, penulisannya dipisah apabila bergabung dengan satu imbuhan yang posisinya di depan kata dasar saja atau di belakang kata dasar saja. Imbuhan ini bisa dalam bentuk prefiks atau awalan dan sufiks atau akhiran. Awalan ber- dan di- dapat bergabung dengan kata majemuk dan idiom, misalnya: a. bekerja sama, bertanggung jawab, berterima kasih, berdaya guna, bermuka dua, berkepala batu, dan dibujuk rayu. Kata majemuk juga dapat bergabung dengan akhiran -kan. Contohnya dalam kalimat dapat dilihat di bawah ini:
- Polisi dan TNI bekerja sama untuk menjaga keamanan demonstrasi.
- Orang tua bertanggung jawab atas pendidikan dan masa depan anak.
- Setiap orang harus berterima kasih kepada guru atas ilmu dan pendidikan yang diberikan.
- Teknologi pertanian yang berdaya guna dapat membantu peningkatan hasil partanian.
- Dia orang yang suka bermuka dua saat berbicara di depan bosnya.
- Gadis itu tidak bisa dibujuk rayu oleh para pemuda.
- “Jangan jual belikan hukum di negara ini!”, ujar pejuang veteran itu.
Kedua, penulisan kata majemuk dan idiom digabung atau dirapatkan apabila posisi imbuhan berada di depan dan belakang kata dasar sekaligus. Imbuhan yang berada di depan dan di belakang kata dasar sekaligus ini disebut dengan konfiks, misalnya me-kan, memper-kan, contoh: mempertanggungjawabkan, dipertanggungjawabkan, mendayagunakan, mengambinghitamkan, dikambinghitamkan, menganaktirikan, dan dianaktirikan. Contohnya dapat dilihat pada kalimat-kalimat di bawah ini:
- Koruptor harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di penjara.
- Kesalahan para koruptor juga harus dipertanggungjawabkan di pengadilan.
- Warga mendayagunakan kincir air untuk menghasilkan energi listrik.
- Jangan mengambinghitamkan orang lain atas kejadian buruk yang menimpa diri kita.
- Pemerintah tidak boleh menganaktirikan daerah tertinggal dalam hal pembangunan.
- Warga Nagari Batu Kalang merasa dianaktirikan dalam penyaluran bantuan sosial dan pendidikan.
Akan tetapi, tidak semua kata majemuk dan idiom dapat bergabung dengan imbuhan atau mengalami proses afiksasi. Beberapa contoh kata majemuk dan idiom yang tidak dapat bergabung dengan imbuhan, di antaranya ber- + jalan raya > *berjalan raya, ber- + panjang tangan > *berpanjang tangan, ber- + arif bijaksana > *berarif bijaksana, di – + kursi malas > *dikursi malas. Kata majemuk dan idiom berimbuhan *berjalan raya, *berpanjang tangan, *berarif bijaksana, dan *dikursi malas merupakan bentuk yang tidak berterima atau bentuk yang tidak ada dalam proses pengimbuhan atau proses afiksasi bahasa Indonesia.
Dari contoh-contoh di atas, diperoleh kesimpulan bahwa sebagian kata majemuk dan idiom dapat bergabung dengan imbuhan atau afiks dan sebagian yang lain tidak. Penulisannya dipisah apabila bergabung dengan salah satu imbuhan yang letaknya di depan saja atau di belakang saja. Penulisannya digabung atau rapat atau tanpa spasi apabila bergabung dengan dua imbuhan sekaligus yang terletak di depan dan di belakang kata dasar.
Demikian tata cara penulisan kata majemuk dan idiom berimbuhan dalam bahasa Indonesia. Semoga mencerahkan.
Discussion about this post