Senin, 19/5/25 | 02:43 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Wisata Budaya Matotonan Kecamatan Siberut Selatan

Minggu, 20/8/23 | 08:54 WIB

Oleh: Rizky Amelya Furqan
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

 

Saat ini agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan atau yang lebih dikenal dengan Suistinable Development Goals (SDGs) menjadi perhatian oleh banyak pihak. Salah satunya adalah perkembangan dunia pariwisata sehingga banyak objek yang saat ini “disulap” menjadi tempat wisata. Hal ini terkait dengan suistinable tourism atau pariwisata berkelanjutan yang melihat dampak wisata dalam jangka panjang sehingga akan membantu untuk target SDGs, mislanya goals ke 8 yang dengan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi.

BACAJUGA

Memori Kolektif Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto

Memori Kolektif Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto

Minggu, 06/10/24 | 06:53 WIB
“Pendokumentasian” dan Cultural Tourism

“Pendokumentasian” dan Cultural Tourism

Minggu, 18/8/24 | 10:49 WIB

Dari penjabaran di atas dapat diketahui bahwa sektor wisata akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakat karena dengan adanya sektor wisata masyarakat dapat membuka usaha tertentu. Kemudian, dengan adanya peluang usaha yang dibuka maka akan sekaligus menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat sekitar lokasi wisata. Hal ini yang menyababkan sektor wisata menjadi pembangunan berkelanjutan yang memberikan dampak baik kepada masyarakt sekitar jika mampu mengelola sektor wisata tersebut dengan baik.

Salah satu sektor wisata yang menarik dan banyak diminati oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah wisata budaya. Tidak hanya masyarakat, tetapi juga menarik perhatian pemerintah sehingga ada penyediaan dana untuk proses revitalisasi suatu lokasi wisata budaya, misalnya salah satu tempat wisata di Samosir, Sumatera Utara, Hutta Siallagan yang direvitalisasi pada tahun 2020. Selain itu, pemerintah juga menyarankan agar beberapa desa dijadikan sebagai desa wisata.

Salah satu desa yang dicanangkan oleh pemerintah setempat untuk menjadi desa wisata dan juga diapresiasi oleh masyarakatnya adalah Desa Matotonan yang ada di Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai. Kabupaten Mentawai merupakan salah satu kabupaten yang menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Barat namun berada di luar dari wilayah Pulau Sumatera. Kabupaten Mentawai memiliki empat pulau yang letaknya terpisah, tetapi berdekatan dengan Sumatra Barat, yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman. Dengan demikian, kabupaten ini dihuni oleh mayoritas masyarakat Suku Mentawai dan Minangkabau. Pusat pemerintahan Kabupaten Mentawai berada di Tua Pejat, Pulau Sipora.

Desa Matotonan yang berada di Siberut Selatan sudah dicanangkan sebagai desa wisata karena dianggap masih memegang dan menjaga kelestarian adat istiadat Suku Mentawai hingga saat ini. Desa ini juga dianggap sebagai desa sikerei karena memiliki sikerai yang cukup banyak sekiatar 40an orang. Desa ini berdiri pada hari Minggu, 10 Agustus 1980.

Perjalanan menuju Desa Matotonan tidak bisa ditempuh dengan mobil atau motor, tetapi ditempuh dengan pompong atau perahu kecil yang paling banyak hanya diisi lima orang. Perjalanan melalui jalur darat pada desa ini memang belum cukup memadai sehingga harus menyeberangi sungai dengan pompong. Hal ini tentu saja juga menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Namun, jika air sungai terlalu tinggi atau teralalu dangkal juga akan menyulitkan penyeberangan. Jika dilihat dari sisi pengunjung, transportasi yang digunakan untuk sampai ke Desa Matotonan sudah menjadi salah satu hal yang unik karena kita dapat melihat sungai dan hutan di sepanjang perjalan yang kurang lebih 4 jam-an. Itu sudah menjadi bagian dari wisata.

Sesampainya di desa Matotonan rumah yang ada di sepanjang jalan desa juga masih berbentuk uma Matotonan. Hal yang paling jelas untuk lokasi ini sebagai desa wisata adalah Sikerai yang kemudian mengambil bagian pada acara ulang tahun desa. Ulang tahun Desa Matotonan menjadi ajang untuk mengenalkan desa sebagai desa wisata kepada masyarakat luas. Kegiatan ini melibatkan pemerintah Kabupaten, para peneliti, dan akademisi.

Acara ulang tahun desa yang ke-43 ini diadakan selama tiga hari pada tanggal 8, 9 dan 10 Agustus lalu. Acara hari pertama dan kedua adalah pelaksanaan upacara adat yang dipimpin oleh Sikerei yang diadakan di uma Matotonan. Kemudian, pada hari terakhir diadakan rapat paripurna istimewa badan permusyawaratan desa yang diadakan di balai desa. Pada hari itu juga diadakan perayaan nyanyi ulang tahun dan pemotongan kue.

Perayaan ulang tahun desa atau yang disebut juga dengan Punen Pulaggajat ini sudah dilaksanakan dari tahun 2019, beriringan dengan dicanangkannya Desa Matotonan sebagai desa wisata. Perayaan itu juga sudah tercantum dalam Peraturan Desa Matotonan nomor 10 pada tahun 2019. Dalam peraturan desa ini diatur tentang kegiatan yang diadakan, pakaian dan perhiasan yang digunakan, dan sumber keungan pelaksanaan ulang tahun desa.

Hal yang menarik perhatian dari ulang tahun desa ini tentu saja sikerei. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Matotonan, butuh usaha dan sosialisasi yang detail kepada masyarakat, terutama sikerei bahwa kegiatan ini bukan hanya sekedar perayaan biasa, tetapi juga bertujuan untuk dokumentasi budaya. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa sikerei yang ada di Matotonan rata-rata sudah berusia tua dan tidak terlihat juga antusias generasi muda untuk menjadi sikerei. Jadi dengan pelaksanaan hari ulang tahun ini kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh sikerai dapat diketahui oleh generasi selanjutnya. Walaupun, suatu saat nanti budaya tersebut sudah tidak ada.

Ketika melakukan wawancara dengan sikerei terkait dengan sikerei keikutsertaannya dalam upacara adat ulang tahun desa, Itu merupakan rasa cinta sikerei terhadap desanya. Mereka mengganggap apa yang dilakukan oleh pemerintah jika tidak melanggar “pantang” yang dimiliki oleh sikerei tidak masalah untuk dilakukan. Pada hakikatnya, sikerei memiliki banyak pantangan ketika akan melakukan upacara adat ataupun dalam pengobatan, misalnya tidak boleh melakukan hubungan suami istri selama satu mingggu dalam pengobatan atau satu bulan dalam upacara adat yang diadakan dalam pelaksanaan ulang tahun desa.

Dalam pelaksanaan upacara adat ini masyarakat menyediakan cenderamata berupa kalung dari manik-manik yang digunakan oleh sikerei atau disebut juga dengan inu. Lalu, sikairaat atau ikat kepala yang digunakan oleh sikerei. Kemudian, juga ada gelang dari batang anau ataupun tas. Namun, pengelolaan cendera mata ini yang belum terkoordinir dengan baik sehingga penjualannya tentu saja juga belum maksimal. Akan lebih baik jika pihak terkait memaksimalkan koordinasi terkait pemasaran cenderamata walaupun dari hasil penelusuruan Instagram pokdarwis dan desa Matotonan, sudah memperkenalkan beberapa cendera mata ini.

Menjadi sebuah desa wisata yang stabil tentu tidak bisa terwujud secara instan. Semua perangkat desa dan masyarakat desa harus saling bekerja sama untuk menwujudkan desa wisata yang memiliki fasilitas memadai untuk pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru sekaligus mantan kepala Desa Matotonan, diketahui bahwa fasilitas sedang dipersiapkan oleh seluruh perangkat desa dan masyarakat demi terwujud kemajuan desa tanpa menghilangkan budaya yang mereka miliki.

Tags: #Rizky Amelya Furqan
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Cerpen “Telur Kemerdekaan” Karya Otriramayani dan Ulasannya oleh Azwar, M.Si.

Berita Sesudah

Kebebasan Berbicara dalam Konsep Kemerdekaan

Berita Terkait

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Minggu, 18/5/25 | 07:55 WIB

Oleh: Nayla Aprilia (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Universitas Andalas, Padang)   Salah satu film animasi anak yang sedang naik daun...

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Senin, 12/5/25 | 08:22 WIB

Oleh: Muhammad Syaifuddin Aziz (Mahasiswa Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya) Kekuasaan merupakan konsep sentral dalam...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Senin, 12/5/25 | 08:12 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana Hukum Islam, Universitas Islam Negeri Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi) Dunia modern bergerak dengan kecepatan yang luar...

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Minggu, 11/5/25 | 11:53 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha (Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Sebagai orang yang benar-benar menghargai seni sepanjang...

Antara Suspense dan Komedi dalam Novel Lupus: Iiih Syereem!

Antara Suspense dan Komedi dalam Novel Lupus: Iiih Syereem!

Minggu, 11/5/25 | 09:56 WIB

Oleh: Rosidatul Arifah (Mahasiswi Sastra Indonesia dan Anggota Labor Penulisan Kreatif LPK FIB Universitas Andalas)   Tiap-tiap manusia memiliki beragam...

Sulitnya Gen Z  Menabung di Era Digital

Sulitnya Gen Z Menabung di Era Digital

Minggu, 04/5/25 | 08:39 WIB

  Oleh: Adinda Zaleyka Az Zahra S (Mahasiswa Prodi Akuntansi dan Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia 32 Universitas Andalas) Di era...

Berita Sesudah
Komunikasi Persuasif dalam Child Grooming

Kebebasan Berbicara dalam Konsep Kemerdekaan

Discussion about this post

POPULER

  • Kobaran api yang membakar PT Teluk Luas di Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang dari sisi samping pabrik. Minggu, (18/05/2025) [foto : sci:yrp]

    Pabrik Karet, PT Teluk Luas Terbakar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indonesia dalam Korpus Histori Bahasa Inggris

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024