
Pengaruh AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan tidak hanya berdampak pada banyak aspek kehidupan manusia, tetapi juga berdampak pada aspek berbahasa manusia. Kecerdasan buatan AI (Artificial Intelligence) adalah teknologi yang berkaitan dengan pengembangan sistem dan mesin yang dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia (Republika, 1202024).
Tujuan AI adalah meniru proses berpikir manusia, seperti belajar, memecahkan masalah, beradaptasi dengan situasi baru, memahami bahasa alami, dan melakukan tugas layaknya manusia mengerjakan tugasnya. AI (Artitificial Intelligence) pertama kali diperkenalkan oleh Profesor John McCarthy, seorang ahli komputer pada tahun 1953. Kata ini pernah menjadi kata yang paling populer digunakan di Indonesia pada tahun 2023 berdasarkan mesin pencarian Google (Gumiar, 2023).
Teknologi AI menggunakan berbagai teknik, seperti machine learning (pembelajaran mesin), neural networks (jaringan saraf), dan deep learning (pembelajaran mendalam) untuk mengenali pola, memprediksi hasil dan membuat keputusan berdasarkan data yang ada. Dengan pemahaman ini, kita dapat melihat bagaimana AI memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk aspek berbahasa.
AI sedikit banyak turut mengusik kecerdasan berbahasa manusia Indonesia. Sama seperti bahasa lainnya di dunia, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa nasional bangsa Indonesia mempunyai struktur yang perlu terus-menerus dipelajari untuk penguasaan bahasa yang baik. Penggunaan bahasa Indonesia untuk keperluan pembelajaran itu dibuat mudah dengan AI, misalnya pelajaran tulis-menulis dapat dipermudah dengan bantuan AI. AI tinggal “diperintah” untuk melakukan ini dan itu terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia dan AI akan melakukannya.
Hasil dari pekerjaan AI tentu saja mendekati sempurna. Beberapa mahasiswa yang pernah diminta untuk membuat tugas artikel ilmiah populer. Akan tetapi, sebagian dari mereka ada yang meminta bantuan AI. Lalu saya bertanya kepada mahasiswa, apakah mereka menggunakan bantuan AI untuk membuat artikel tersebut ? Mereka menjawab “ya”. Saya cukup kaget melihat hasil tersebut. AI menghasilkan artikel yang mendekati tergolong bersih secara kebahasaan. Saya antara ingin bangga dan juga sedih melihat kenyataan itu. Saya bangga karena mahasiswa paham dalam memanfaatkan kemajuan teknologi, tetapi saya juga sedih saat kecerdasan buatan mempermudah segalanya dan menghilangkan proses belajar dan proses peningkatan pemahaman yang seharusnya dikuasai oleh mahasiswa. Saya dapat mengukur kemampuan berbahasa Indonesia setiap mahasiswa dalam menulis artikel. Kemampuan mereka belum sampai seperti yang dilakukan oleh AI. Sebagai mesin yang dapat meniru kecerdasan manusia, AI tentu dengan mudah merapikan struktur kalimat, menata penggunaan konjungsi, dan preposisi sehingga menjadi sebuah artikel yang menarik dan enak dibaca.
Dalam proses pembelajaran, AI lebih layak digunakan untuk mengumpulkan data pendukung atau mencari sumber referensi. Dalam pandangan saya AI tidak direkomendasikan untuk membuat sebuah artikel yang menghilangkan proses berpikir dan proses berbahasa yang dimulai dengan proses merangkai kata demi kata, frasa demi frasa, dan kalimat demi kalimat menjadi sebuah teks artikel yang utuh. Artikel tersebut digunakan untuk mengukur ketercapaian mata kuliah (CPMK) yang sudah disiapkan dalam Rencana Pembelajaran Semester (RSP). Jika tugas itu terus-menerus dilakukan oleh AI, bagian mana dari diri mahasiswa yang dapat menunjukkan proses belajar sebagai standar ukur keberhasilan sebuah mata kuliah. Standar keberhasilan CPMK hanya bisa dinilai saat mahasiswa menghasilkan sebuah tugas atau karya yang berasal dari pemikiran dan usaha sendiri.
Fenomena penggunaan AI dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah termasuk kondisi yang mengkhawatirkan dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi dan di sekolah-sekolah. Bila hanya mengandalkan kecerdasan buatan dalam belajar tanpa mengasah otak dan kecerdasan sendiri, generasi yang dihasilkan adalah generasi yang lemah dalam berpikir. Para peserta didik akan menjadi semakin jauh dari aktivitas berpikir dan juga berbahasa karena berpikir dan berbahasa adalah satu kesatuan yang saling berkait dalam membangun kecerdasan manusia. Mahasiswa semakin tidak terbiasa untuk menemukan ide sendiri dan tidak terbiasa merangkai kalimat sendiri untuk menghasilkan sebuah tulisan yang bernas. Mereka akan menjadi generasi yang lemah dan tidak mandiri dalam berpikir dan berbahasa.
AI tidak hanya membantu dan memudahkan, tetapi juga menjadi salah satu ancaman yang dapat melemahkan dan menghambat kreativitas otak manusia dalam berbahasa. AI ibarat dua sisi mata uang yang berbeda atau AI ibarat pisau bermata dua yang salah satu ujung dapat melukai. AI dapat memberikan kemudahan sekaligus menjadi ancaman bagi penguasaan bahasa, termasuk proses penguasaan bahasa Indonesia. AI dapat mempermudah pekerjaan dan memberikan “hasil akhir” tanpa melewati suatu “proses” bagaimana sebuah tulisan diproduksi. Bagaimana sebuah kalimat atau paragaraf atau teks dibangun. AI tidak menjelaskan langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh guru atau dosen.
Ada proses belajar yang dipangkas dan ada keterampilan berbahasa yang hilang bila peserta didik ketergantungan pada teknologi mesin seperti AI. Keberadaan AI turut menjadi salah satu ancaman dalam pembelajaran bahasa Indonesia, bahkan ancaman yang dapat memudarkan eksistensi guru bahasa Indonesia. Penelitian yang berjudul “Masa Depan Guru Bahasa Indonesia di Era Kecerdasan Buatan (AI)” yang ditulis oleh I Made Darma Sucipta, dkk., menjelaskan keberadaan AI sebagai ancaman bagi guru bahasa Indonesia (Sucipta, 2024). Penelitian tersebut menyatakan bahwa di masa depan profesi guru bahasa Indonesia mungkin seperti akan tergantikan oleh AI.
Akan tetapi, kita percaya bahwa kecerdasan berbahasa ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa tetap lebih hebat dibandingkan dengan kecerdasan AI sebagai kecerdasan buatan yang diciptakan oleh teknologi ciptaan manusia. Oleh sebab itu, para peserta didik atau pembelajar bahasa Indonesia, seperti pelajar dan mahasiswa tidak dianjurkan untuk terlalu tergantung kepada AI untuk membuat tugas-tugas sekolah atau tugas-tugas kuliah.
Hal yang perlu disadari bahwa kecerdasan berbahasa manusia dibangun melalui proses belajar, sedangkan kecerdasan buatan dibangun dengan mesin komputer. Bila mesin komputer tidak ada, kecerdasan manusia yang utama diharapkan untuk membangun dunia ini.