Minggu, 16/11/25 | 04:39 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Perbedaan Kata Sekali, Sangat, Amat, Banget, dan Terlalu

Minggu, 28/1/24 | 12:06 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies)

Bahasa Indonesia memiliki banyak adverbia sama seperti bahasa lainnya. Secara umum, adverbia dikenal dengan istilah kata keterangan. Contoh kata keterangan di dalam bahasa Indonesia adalah lebih, cukup, sangat, dan sebagainya. Kehadiran adverbia mememiliki fungsi untuk memberikan keterangan bagi adjektiva (kata sifat), verba (kata kerja), dan nomina (kata benda) yang disertainya.

Dari banyak adverbia yang ada di dalam bahasa Indonesia, ada kata yang hampir mirip atau bersinonim, yaitu sekali, sangat, amat, banget, dan terlalu. Contoh frasa penggunaan kata-kata tersebut adalah pintar sekali, sangat pintar, amat pintar, pintar banget, dan terlalu pintar. Meskipun terlihat hampir sama, ada beberapa hal yang membuat lima adverbia ini berbeda. Untuk itu, kita akan membahas satu per satu dari kata-kata tersebut.

Pengguna bahasa Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kata sekali yang memiliki berbagai konteks. Kata sekali yang sangat umum dipahami adalah satu kali yang menunjukkan frekuensi suatu aktivitas, seperti: Saya pernah datang ke rumahnya sekali (satu kali); Saya pergi ke rumah nenek sekali dalam seminggu. Selain sebagai frekuensi waktu, kata sekali juga dipahami bersinonim dengan kata paling, seperti: Dia duduk di depan sekali (paling depan). Konteks lain dari kata sekali bersinonim dengan kata sangat. Berikut ini adalah contoh kalimatnya:

  1. Ayah saya baik sekali.
  2. Mahasiswa itu pintar sekali.
  3. Hotel ini besar sekali.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata sekali termasuk dalam adverbia dengan adanya keterangan adv dan bermakna “amat; sangat”. Dengan demikian, kita akan masuk ke pembahasan selanjutnya yaitu kata sangat. Di dalam KBBI kata sangat memiliki tiga makna sebagai adverbia, yaitu “terlebih-lebih; amat; terlalu”, “payah (tentang penyakit); teruk” dan “sungguh-sungguh”. Kata sangat digunakan di depan kata yang dijelaskannya. Hal ini membuat posisi kata sangat berbeda dengan posisi kata sekali. Berikut ini adalah contoh penggunaan kata sangat.

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kalimat Perintah di dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 02/11/25 | 16:55 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB
  1. Ayah saya sangat baik.
  2. Mahasiswa itu sangat pintar.
  3. Hotel ini sangat besar.
  4. Tas itu sangat mahal.
  5. Rumahnya sangat jauh.

Kata sangat digunakan untuk menyatakan suatu adjektiva (kata sifat) yang level atau jumlahnya melebihi normal atau nilai standarnya, seperti sangat dekat, sangat jauh, sangat dingin, sangat panas, dan sangat besar. Selanjutnya, kita akan beralih ke kata amat. Kata amat dan sangat memiliki makna kata yang sama, yaitu suatu keterangan untuk kata yang dijelaskannnya. Keterangan tersebut mengindikasikan suatu level yang melebihi batas normalnya. Akan tetapi, dalam keseharian pengguna bahasa Indonesia, kata sangat lebih sering digunakan daripada kata amat. Kata amat banyak dijumpai di dalam karya sastra, seperti amat baik, amat kaya, amat cantik, dan amat jauh.

Kata sekali, sangat, dan amat juga memiliki kata bersinonim yang digunakan dalam ragam informal. Kata tersebut adalah banget. Kata banget ini memiliki makna yang sama dengan tiga kata adverbia yang telah dijelaskan. Akan tetapi, poisisinya terletak di belakang kata yang dijelaskannya. Posisi kata banget sama dengan poisi kata sekali, seperti jauh banget, cantik banget, bagus banget, dan panas banget. Akhir-akhir ini, ekpresi untuk frasa-frasa serupa ini semakin beragam. Hal ini sesuai dengan sifat bahasa itu sendiri, yaitu arbitrer (manasuka) dan dinamis (selalu berkembang, mengikuti perkembangan situasi penggunannya). Kita sering mendengar kata beut yang seolah singkatan dari kata banget, seperti panas beut, pedas beut, dan capek beut.

Kata yang terakhir adalah terlalu. Kata terlalu juga digunakan sebagai keterangan untuk kata lain. Kata ini juga memberikan konteks sesuatu yang levelnya melebihi normal kata tersebut, seperti terlalu jauh, terlalu panas, terlalu sulit, dan terlalu baik. Akan tetapi, ada perbedaan yang cukup mencolok antara kata terlalu dengan kata sekali, sangat, amat, dan banget. Di dalam KBBI, kata terlalu memiliki dua kelas kata, yaitu verba dan adverbia. Sebagai verba, kata ini memiliki makna “melampaui batas; berlebih-lebihan”, sedangkan sebagai adverbia memiliki makna “amat sangat”. Kita sudah membahas kata amat dan sangat yang bersinomin. Jika dua kata ini digunakan secara bersamaan, tingkatan level yang dijelaskan tidak hanya melampaui batas normal, tetapi sudah lebih jauh daripada itu.

Secara singkat, kita bisa memahami bahwa kata sekali, sangat, amat, dan banget menunjukkan situasi yang melampaui batas normal, tetapi konteksnya tidak berlebihan. Oleh sebab itu, kata sekali, sangat, amat, dan banget bisa digunakan untuk konteks positif atau negatif. Hal ini disebabkan kata sekali, sangat, amat, dan banget hanya menambahkan level dari kata yang dijelaskannya. Jika kata itu sudah bermakna negatif, kata sekali, sangat, amat, dan banget hanya menambahkan levelnya. Begitu pun jika kata tersebut sudah bermakna positif. Kita bisa melihat contohnya dalam beberapa kalimat berikut:

1. Pelajaran itu mudah..
Pelajaran itu sangat mudah.

2. Hotel itu besar.
Hotel itu sangat besar.

3. Pelajaran itu sulit.
Pelajaran itu sangat sulit.

4. Hotel itu kecil.
Hotel itu sangat kecil.

Kalimat (1) dan (2) memiliki konteks makna yang positif, yaitu mudah dan besar. Kata sangat sebagai adverbia hanya menambahkan level mudah dan besar, tetapi tidak mengubah konteksnya. Konteks keduanya tetap positif. Kalimat (3) dan (4) memiliki konteks yang sedikit negatif. Kata sangat yang dilekatkan sebelum kata sulit dan kecil hanya menambah levelnya, tidak mengubah konteksnya. Hal ini berbeda dengan kata terlalu. Kata terlalu memiliki kecenderungan untuk mengarahkan konteks kalimat ke nuansa negatif, meskipun kata yang dijelaskannya bermakna positif. Kita bisa membandingkannya dalam beberapa kalimat di bawah ini.

1. Adik saya pintar.
Adik saya sangat pintar.
Adik saya terlalu pintar.

2. Dia adalah perempuan yang sabar.
Dia adalah perempuan yang sangat sabar.
Dia adalah perempuan yang terlalu sabar.

3. Teman saya baik.
Teman saya sangat baik.
Teman saya terlalu baik

Empat kalimat tersebut menggunakan kata-kata adjektiva yang sudah memiliki nuansa positif, yaitu pintar, sabar, dan baik. Penambahan adverbia sangat membuat level kata pintar, sabar, dan baik, melampaui batas normalnya, tetapi masih bernuansa positif. Akan tetapi, adverbia terlalu membuat kata-kata yang bermakna positif tersebut menjadi bernuansa negatif. Kita bisa mengambil beberapa contoh yang sering terdengar di kehidupan sehari-hari, yaitu:

  1. Dia sulit mendapatkan pasangan karena terlalu pintar. Jadi, dia membutuhkan pasangan yang melebihi dirinya.
  2. Temanku terlalu sabar sehingga banyak orang yang semena-mena kepadanya.
  3. Kadang-kadang, orang yang terlalu baik sering dimanfaatkan oleh orang lain.

Tiga kalimat ini memberi kesan bahwa kata terlalu menggiring makna kata pintar, sabar, dan baik menjadi bernuansa negatif. Hal ini juga berlaku untuk kata yang sudah bermakna negatif, seperti terlalu jahat, terlalu buruk, dan terlalu serakah. Akan tetapi, jika kata terlalu didahului oleh kata tidak, level nilai yang dimiliki oleh kata tersebut menjadi menurun. Hal ini membuat konteksnya tidak selalu negatif. Kita bisa melihat contohnya dalam kalimat berikut:

  1. Saya pikir, saya tidak bisa membeli tas itu. Ternyata, harganya tidak terlalu mahal. Jadi, saya bisa membelinya.
  2. Tidak apa-apa, rumahnya tidak terlalu jauh. Kita masih bisa pergi ke sana besok.
  3. Saya sangat suka kue itu karena rasanya tidak terlalu manis.

Frasa tidak terlalu membuat level kata tersebut juga berada di bawah kata sangat, sebab tidak ada frasa tidak sangat. Sebagai pengguna bahasa Indonesia, kita perlu membedakan penggunaan adverbia ini karena konteksnya bisa berbeda. Inilah penjelasan tentang kata sekali, sangat, amat, banget, dan terlalu. Semoga bermanfaat.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Wiji Thukul, Sastrawan Pergerakan

Berita Sesudah

Repetisi dalam Puisi-puisi Ya Allah Habibah

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kalimat Perintah di dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 02/11/25 | 16:55 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki berbagai ekspresi komunikasi,...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat-Menyurat

Senin, 27/10/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas)  Ketika seseorang diminta menulis...

Menyingkap Makna Kata “saja “ dalam Berbagai Konteks Kalimat

Menyingkap Makna Kata “saja “ dalam Berbagai Konteks Kalimat

Senin, 20/10/25 | 07:36 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Kata saja amat sering digunakan dalam berbagai bentuk...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki kata penghubung (dalam...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Larangan Menggunakan Kata Tanya “Di mana”

Senin, 29/9/25 | 05:24 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Ketika membaca karya ilmiah, seperti skripsi, tesis,...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Penggunaan, Jenis, dan Fungsi Kata “Tersebut” dalam Kalimat

Minggu, 21/9/25 | 18:30 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Beberapa pengguna bahasa sering keliru menggunakan kata-kata...

Berita Sesudah
Arti Kata “Rapat”, Turunan, dan Jenisnya

Repetisi dalam Puisi-puisi Ya Allah Habibah

Discussion about this post

POPULER

  • Wali Kota Padang Fadly Amran resmikan, Jalan Taratak Saiyo yang menghubungkan dua kelurahan di Kecamatan Pauh, Sabtu (15/11). (Foto:Ist)

    Walikota Resmikan Pembangunan Jalan Taratak Saiyo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kata Penghubung dan, serta, dan Tanda Baca Koma (,)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harimau vs Singa, Siapa yang Lebih Kuat? Ini Fakta Sains dan Kasus Nyatanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ideologi Simbolik dalam Cerpen “Jangan Bakar Lumbung Padi”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Temu Ramah PKB Sumbar dan KH Ma’ruf Amin Berlangsung Hangat, Ma’ruf Doakan PKB Raih 10 Kursi DPRD Sumbar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024