Oleh: Rizky Amelya Furqan
(Dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
UNESCO’s World Heritage Sites merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk mendeklarasikan program warisan dunia internasional yang dikelola oleh UNESCO World Heritage Committee. Hal-hal yang biasanya mereka jadikan sebagai warisan dunia adalah tempat sebuah budaya dan tradisi berkembang, budaya, tradisi, bangunan, pulau, danau, dan sebagainya yang menjadi hal berarti bagi suatu masyarakat dan bisa menjadi sebuah warisan bagi generasi berikutnya. Program ini bertujuan untuk menginventarisasi, menamakan, dan melestarikan tempat-tempat penting agar menjadi sesuatu yang lebih dikenal oleh orang banyak sehingga menjadi warisan manusia dunia.
Di Indonesia ada beberapa warisan dunia yang sudah ditetapkan oleh UNESCO, di antaranya Kawasan Candi Borobudur (1991), Taman Nasional Komodo (1991), Kawasan Candi Prambanan (1991), Taman Nasional Ujung Kulon (1991), Situs Manusia Purba Sangiran (1996), Taman Nasional Lorentz (1999), Hutan Hujan Tropis Sumatera (2004), Lanskap Budaya Provinsi Bali: Sistem Subak sebagai Manifestasi Filosofi Tri Hita Karana (2012), Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (2019), Sumbu Filosofi Yogyakarta (2023). Penetapan ini tentu saja menguntungkan untuk Indonesia umumnya dan daerah bersangkutan khususnya karena dengan demikian beberapa situs, lokasi, ataupun budaya yang ada pada masyarakat di atas lebih dikenal oleh dunia.
Warisan Tambang Batubara Ombilin (WTBOS) ini terdiri dari Kawasan Batubara Ombilin di Sawahlunto (Zona A), Jalur Kereta Api Ombilin-Emma Haven yang melintasi 8 kabupaten dan kota (Zona B), dan Pelabuhan Emma Haven atau Teluk Bayur (Zona C). Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) yang telah diresmikan oleh UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2019 ini, tentu saja perlu pengelolan yang tersistem. Oleh karena itu, Direktorat dan Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan telah menyusun sebuah rencana strategis dan peta jalan penguatan ekosistem WTBOS yang dimulai dari tahun 2023 s.d. 2025. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan dengan tema “Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia”, yang memiliki arti gerakan menghidupkan semangat menggali berbagai potensi yang terpendam dalam WTBOS.
Kegiatan Galanggang Arang ini dikuratori oleh beberapa orang, yaitu Edy Utama, seorang aktivis budaya Minangkabau, penulis, seniman seni pertunjukan, kurator festival dan fotografer. Beliau juga mendapatkan penghargaan anugerah kebudayaan. Kurator kedua adalah Dr. Dede Pramayoza, S.Sn., M.A. yang saat ini menjadi seorang dosen dan peneliti di ISI Padang Panjang. Kemudian, kurator ketiga, Sudarmoko, Ph.D. yang saat ini juga menjadi seorang dosen dan peneliti di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas serta sedang menjalani postdoctoral di Badan Riset dan Inovasi Nasional. Selanjutnya ada Donny Eros, M.A. dan Mahatma Muhammad.
Galanggang Arang dilaksanakan di 8 daerah kabupaten dan kota penyangga WTBOS, yang terhubung melalui jalur kereta api, yaitu Padang Panjang, Padang Pariaman, Sijunjung, Tanah Datar (Pitalah, Batu Taba), Solok, Simawang Tanah Datar, Sawahlunto, dan Kota Solok. Sebelum pelaksanaan Galanggang Arang di titik lokasi itu juga dilakukan pra peluncuran dan peluncuran. Kegiatan pra peluncuran diisi dengan lomba menulis, video feature WTBOS dengan total hadih 38 juta, Seminar Pelestarian Aktivasi dan Pemanfaatan WTBOS di Badan Pelestarian Kebudayaan Sumatera Barat. Kemudian, kegiatan peluncuran juga dilakukan di beberap lokasi di Kota Padang, yaitu Asrama Haji, Fabriek Bloc, dan Silo Gunung.
Galanggang Arang #1 dilaksanakan di Kota Padang Panjang pada tanggal 7-8 November 2023 dengan beberapa kegiatan, seperti dialog budaya, pameran, tari, lokakarya, teater, pantomim, orasi budaya, dan sebagainya. Kemudian, Galanggang Arang #2 diadakan di Nagari Durian Gadang, Kabupaten Sijunjung pada tanggal 13 November 2023 dengan rangkaian acara napak tilas Lokomotif Uap Durian Gadang dan Makam De Greve serta dialog budaya terkait Durian Gadang dalam Lintasan Budaya WTBOS. Selanjutnya, Galanggang Arang #3 diadakan di Pitalah-Bungo Tanjuang, Kabupaten Tanah Datar pada tanggal 17-18 November 2023 dengan rangkaian acara dialog warisan budaya, peragaan pakaian adat bundo kanduang Pitalah-Bungo Tanjuang, bagurau saluang, makan bajamba, dan sebagainya. Kegiatan Galanggang Arang #4 masih dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar, yaitu di Stasiun Batu Taba pada tanggal 21-23 November 2023 dengan berbagai acara, di antaranya pemutaran film, lomba mewarnai, pameran, permainan tradisional, silek langkah ampek, dan sebagainya.
Di Stasiun Katjang, Kabupaten Solok pada tanggal 25-26 November juga telah dilaksanakan Galanggang Arang #5 dengan rangkaian acara pameran WTBOS, pameran atraksi kuliner, randai kacang, pertunjukan seni rakyat dan sebagainya. Pada bulan November ini ditutup dengan Galanggang Arang #7 yang diadakan di Stasiun Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman dengan penampilan puncak Darak Badarak.
Pada awal bulan Desember kemarin telah dibuka dengan pelaksanaan Galanggang Arang #6 di Kota Sawahlunto pada tanggal 1-3 Desember 2023. Kegiatan di Sawahlunto ini juga diisi dengan berbagai acara, di antaranya pameran foto, kolaborasi musik. etnik, Reog Ponorogo, serta penampilan beberapa sanggar seni di Meseum Goedang Ransoem. Ada beberapa hal yang menarik perhatian dalam kegiatan Galanggang Arang di Kota Sawahlunto ini, pertama berkaitan dengan kegiatan seni di Kota Sawahlunto yang menampilkan berbagai kesenian dari berbagai daerah, misalnya ketika penampilan tarian di Mesuem Goedang Ransoem yang menyatukan antara tari payung dan tarian China yang terlihat dari pakaian yang dipakai oleh penari. Hal ini menggambarkan bahwa Kota Sawahlunto dahulunyo terdiri dari berbagi etnis sehingga banyak tradisi dari berbagai etnis menjadi kebudayaan masyrakat Sawahlunto.
Hal kedua adalah pelaksanaan Dialog Perlindungan Warisan Budaya yang diadakan pada Minggu, 3 Desember 2023 di Hotel Khas Ombilin. Pada dialog ini mendatangkan beberapa ahli di bidangnya yang berkaitan dengan pemeliharaan WTBOS, di antaranya ada kepala balai perkeretaapian Sumatera Barat. Kemudian, Dr. Charles Simabura, M.H. yang melihat pengelolaan WTBOS dari segi hukum, yaitu dengan membuat pengelola dengan landasan hukum dari perpres. Kemudian ada ahli budaya, Dr. Ivan Adilla, M.Hum. yang menjelaskan bahwa perlu membuat narasi-narasi berupa novel dan sejenisnya tentang cerita-cerita yang berkembang di Sawahlunto, misalnya dengan melakukan residensi para penulis. Kemudian, ahli sejarah, Yenny Narni, Ph.D. menyarankan agar didirikan geopark untuk mengembangkan wisata yang ada di masyarakat.
Penutupan acara Galanggang Arang #8 akan diadakan di Stasiun Solok pada tanggal 13-14 Desember 2023 mendatang. Rangkaian acara pada penutupan Galanggang Arang ini kabarnya akan menghadirkan Salma Idol. Banyak pihak berharap dengan adanya kegiatan ini dapat mengenalkan WTBOS pada khalayak yang lebih luas dan tentunya pemerintah, badan-badan yang bergerak di bidang kebudayaan ataupun yang terikat dengan WTBOS, serta masyarakat lebih aware dengan kebudayaan dan yang tradisi mereka miliki.
Discussion about this post