Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)
“Silakan duduk di ruang tunggu dulu” lebih kurang begitu petugas menyarankan kepada kami sambil menunggu panggilan antrian. Satu per satu nomor antrean pun dipanggil. Sembari menunggu, berbagai macam pula aktivitas yang dilakukan orang-orang di ruang tunggu. Dan yang paling banyak adalah menatap layar smartphone.
Silih berganti orang yang berada di ruang tunggu, sebanyak itu yang datang, sebanyak itu pula yang pergi. Tidak satu pun yang bertahan atau menetap di sana. Semuanya akan meninggalkan ruangan itu bila tiba waktunya, walau senyaman dan sebagus apa pun ruang tunggu tersebut. Dan saya kira ruang tunggu memang didesain agar pengunjung selalu siap segera apabila nomor antreannya dipanggil.
Waktu itu, saya dan beberapa rekan memperoleh antrean yang cukup memakan waktu untuk menunggunya. Mungkin saja karena kami datang juga sudah kesiangan, atau jangan-jangan ada yang mengambil antrean sejak subuh. Semuanya mungkin saja, dan pernah ada. Namun begitu, kami beruntung dengan menunggu di ruang yang nyaman dan ber AC. Ini baru satu kasus, belum lagi kasus lainnya.
Pada suatu kesempatan lain pula, kami juga pernah menunggu panggilan antrean di ruang tunggu yang mungkin saja tidak nyaman bagi sebagian penunggu. Sebutlah di ruang terbuka dengan beratapkan tenda, tentu ada alasan tersendiri pula kenapa sampai begitu. Dan pada kasus ini, yang menantap layar smartphone tidak sebanyak yang mengipas-ngipas kertas (entah buku atau map dokumen). Cuma karna satu alasan, kepanasan.
Ruang tunggu memang tidak selalu nyaman dan menyenangkan, terkadang juga gerah dan menyesakkan. Bila bertemu yang nyaman, terkadang kita juga terbuai dengan kemudahan yang diberikan. Memang ada pula ruang tunggu yang memberikan fasilitas bagi pengunjungnya seperti minuman, makanan, mesin pijat otomatis, bahkan ruang permainan anak. Intinya, bikin betah untuk berlama-lama.
Tidak jarang pula ruang tunggu hanya ada kursi dengan jumlah terbatas dan panas. Mungkin juga lebih banyak jumlah penunggu berdiri dibanding yang duduk, tanpa tersedia makanan atau minuman. Di ruang tunggu pun kita boleh berinteraksi dengan sesama pengunjung, mana tau ada yang bertemu kenalan. Entah itu basa-basi tanya kabar, gosipin teman, ngobrol politik, atau berkeluh kesah atas pelayanan yang dirasakan mungkin saja dilakukan, asalkan tidak ada larangan berisik di ruang tunggu.
Begitulah ruang tunggu, hanya sementara dengan segala aturan dan fasilitas yang disediakan. Kita yang harus pandai menyesuaikan dengan keadaan dan patuhi setiap aturan, agar setiap panggilan antrean berjalan secara tertib. Dan satu hal yang pasti, baik nyaman maupun tidak, siap atau tidak, setiap yang datang di ruang tunggu akan pergi meninggalkannya. Begitu aturannya. Tugas kita bersiap, bila panggilan itu tiba.
Discussion about this post