Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)
Pada ajang balap kuda besi seperti MotoGP, bendera merah atau red flag yang dikibarkan merupakan tanda bahwa balapan harus dihentikan. Setelah dihentikan, biasanya Race Director akan menentukan apakah balapan akan diulang, ditunda atau bahkan tidak bisa dilanjutkan. Namun, pada umumnya balapan bisa dilanjutkan dengan pengunduran waktu tertentu dan lintasan balap telah dibersihkan atau tidak tergenang terlalu banyak air setelah terjadi hujan lebat. Biasanya, red flag dikibarkan karena terjadi insiden seperti kecelakaan parah yang menyebabkan motor dan pembalap terhenti di tengah trek, cuaca buruk, dan kondisi berbahaya lainnya yang dapat membahayakan pembalap.
Nyatanya, red flag tidak hanya dikenal dalam pergelaran balapan. Saat ini, red flag kadung dikenal dalam relasi sosial antarmanusia, baik dalam hubungan percintaan maupun pertemanan. Sama halnya dengan red flag dalam balapan, red flag dalam hubungan juga merupakan sinyal berbahaya dan tanda harus berhenti.
Ketika seseorang melakukan kekerasan, baik berupa verbal, fisik, maupun psikis, dapat dikatakan hal itu merupakan tanda bahaya dan red flag harus dikibarkan. Tanda red flag lainnya ialah ketika seseorang melecehkan secara verbal dan emosional, manipulatif, kecanduan alkohol dan obat terlarang, serta memiliki masalah kesehatan mental namun tidak mau mengobatinya. Tentu saja, masih banyak tanda-tanda lainnya yang menjadi red flag bagi orang lain.
Namun, sikap seseorang yang tidak kita sukai tidak melulu bisa dijadikan red flag selama hal itu bisa dikomunikasikan dan ada celah menuju perubahan yang lebih baik. Kondisi yang dapat diubah ini memiki bendera lain yang warnanya tidak merah, melainkan kuning, yaitu yellow flag. Di pergelaran balapan pun dikenal yellow flag, yaitu sebagai penanda agar pembalap berhati-hati karena terjadi suatu insiden seperti kecelakaan di lintasan, namun kecelakaan itu tidak menghalangi laju motor pembalap lain di atas trek.
Cukup mirip dengan maksud yellow flag dalam balapan, yellow flag dalam relasi sosial antarmanusia juga berarti keharusan untuk berhati-hati. Ketika pertama kali kita mendapat perlakuan berupa omongan yang kurang mengenakkan dari seseorang, kita perlu membicarakan dan memperingatinya. Selanjutnya ialah mempertimbagkan apakah ke depannya ia berubah dan apakah kita bisa menoleransinya. Namun, apabila hal itu terjadi secara berulang dan sikap seperti itu menjadi sangat mengganggu, di sanalah waktunya red flag mulai dikibarkan. Menjauh dari seseorang yang dapat mengganggu kenyamanan kita, terlebih membahayakan kita dalam menjalani hidup adakalanya merupakan pilihan yang tepat.
Tampaknya, warna-warni bendera ini juga sama dengan warna-warni lampu lalu lintas, karena memang begitulah adanya. Merah menandakan keharusan untuk berhenti, kuning untuk berkendara dengan hati-hati, dan hijau untuk terus melaju. Dalam relasi antarmanusia, juga berlaku warna-warni ini. Green flag dalam hubungan yang juga sering disebut dengan ‘lampu hijau’ adalah pertanda baik suatu hubungan dapat dilanjutkan.
Namun, yang terpenting ialah bukan hanya melabeli suatu kondisi dalam hubungan dengan red flag, yellow flag, atau green flag. Yang lebih penting dari itu ialah menyadari kondisi yang terjadi dengan pertimbangan yang matang. Oleh sebab itu, meminta saran dari teman dekat, keluarga, dan tenaga profesional juga perlu dilakukan apabila memiliki keraguan untuk memutuskannya sendiri.