Dua Hati
Kau tawarkan ambigu cinta
Antara rindu dan luka
Meniti dan menata
Pilihan simalakama
Terkadang gagap memilih kata
Bersandiwara pada cermin beda wajah
Kau sajikan aneka rupa
Pada raut-raut bertanda tanya
Kemana sebenar arah
Pada simpang tak berpanahPada lurus tak berlangkah
Dilema …
Pekanbaru, 25/2/2022
Dua Rindu
Baris sajak telah habis kurangkai
Mengungkap labirin rasa
Tentang perjalanan waktu
Aku tertahan pada dua rasa yang menyimpang
Kisah lalu dan cerita ke depan yang muram
Tak tahu warna apa yang akan diperam
Rasa hati yang telah teriris
Kalbu yang akan gerimis
Aroma redam yang hendak menepis
Rindu …
Sebenar-benar rindu …
Pekanbaru, 2022
Dua Luka
Dua luka terkuak pada dinding biru
Cerita pilu tentang abu-abu masa lalu
Gagap masa depan dengan pilu luka
Gugup menggenggam kendi perih
Menusuk pecah dalam nadi senja
Menyimpan kepedihan yang diam
Ribuan mata menuduhku jalang
Tak tahu kemana menyumbat dua luka
Aku terpuruk
Pekanbaru, 2018
Biodata Penulis:
Bambang Kariyawan Ys, kelahiran Tanjung Uban – Kepulauan Riau. Aktif dalam organisasi kepenulisan Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Riau dan Divisi Karya Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena. Saat ini menjabat sebagai Kepala SMAS Cendana Mandau. Menulis buku puisi “Lelaki Pemanggil Gurindam” dan “Simfoni Bernada Satu” serta puluhan antologi puisi bersama penyair. Pernah menerima penghargaan Acarya Sastra dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kepedihan Mendua
Oleh:
Ragdi F. Daye
(buku terbaru yang memuat puisinya Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian, 2021)
Rasa hati yang telah teriris
Kalbu yang akan gerimis
Aroma redam yang hendak menepis
Rindu …
Sebenar-benar rindu …
Pada edisi kali ini, Kreatika memuat tiga buah puisi dari penulis Riau yang sangat aktif dan produktif di Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Riau. Beliau adalah Bambang Kariyawan Ys, penulis yang sehari-hari berprofesi sebagai guru ini pernah menerima penghargaan Acarya Sastra dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ketiga puisi Pak Guru Bambang yang dimuat kali ini berjudul “Dua Hati”, “Dua Rindu’, dan “Dua Luka.” Serba dua.
Ketiga puisi ini seperti satu paket fragmen yang mengungkapkan tentang perjalanan hubungan dua orang yang penuh dinamikanya. Tema cinta memang selalu mengandung daya magis yang menggoda untuk ditulis dan dibaca karena cinta adakah kebutuhan alamiah manusia, baik dicintai maupun mencintai. Pada puisi “Dua Hati” penyair menuturkan cinta yang ambigu, tidak pasti, meragukan, dan kontradiktif. Permainan kata menunjukkan penyair telah mahir merangkai kata, seperti pasangan ‘rindu’ dan ‘luka’ serta ‘meniti’ dan ‘menata’. Pada ‘rindu’ dan ‘luka’ terdapat perbedaan wilayah semantis. Rindu dekat dengan sesuatu yang menyenangkan, hal-hal yang disukai dan mendatangkan kebahagiaan. Biasanya orang merindukan hal yang berkesan baik pada dirinya. Sementara itu, ‘luka’ adalah sesuatu yang menimbulkan rasa sakit dan tidak menyenangkan, hal yang biasanya dihindari dan tak diiginkan. Pada larik ‘kau tawarkan ambigu cinta/antara rindu dan luka’ penyair memberikan paradoks atas hubungan dengan ‘kau’ lirik. Dilema ini dilanjutkan dengan pasangan kata ‘meniti’ dan ‘menata’ yang memiliki kesamaan pola aliterasi ‘m’, ‘n’, dan ‘t’ yang menimbulkan bunyi berirama tetapi berbeda dalam tataran makna. Meniti lebih mengarah pada makna menjalani, dalam konteks puisi ini menjalani kondisi berisiko di atas tempat yang tidak luas. Titian biasanya terbuat dari batang bambu atau kayu yang membentuk bidang tidak seluas jembatan. Meniti tanpa hati-hati akan berisiko jatuh dan mengalami celaka. Kata menata bermakna mengurus atau mengatur dengan cara tertentu hingga sampai pada kondisi yang lebih baik dan teratur. Tindakan menata menuntut adanya upaya yang berkomitmen dengan mengacu pada ketentuan tertentu sehingga tercapai keadaan ideal yang diharapkan. Tiga baris awal ini dilanjutkan dengan baris-baris berikutnya yang berhasil membangun suasana kebuntuan.
Dilema pada puisi pertama berlanjut pada puisi kedua, “Dua Rindu”. Persona ‘aku’ dihadang persoalan pelik: ‘Aku tertahan pada dua rasa yang menyimpang/Kisah lalu dan cerita ke depan yang muram’. Apabila pada puisi pertama pertentangan hadir dalam bentuk rindu dengan luka, pada puisi kedua ini pertentangan berwujud masa lalu dengan masa depan yang sama-sama mempunyai pengaruh kuat dalam bentuk kerinduan. Beberapa diksi yang mengiringi kerinduan cenderung bernuansa murung, seperti ‘cerita ke depan yang muram’, ‘hati yang telah teriris’, dan ‘kalbu yang akan gerimis’. Ada rasa sakit dan kesedihan yang menyertai rindu.
Perjalanan sendu pada dua puisi terdahulu bermuara pada ‘kepedihan’ komplit puisi ketiga. Diksi-diksi bernuansa murung sangat dominan, yakni ‘luka’, ‘pilu’, ‘abu-abu’, ‘gagap’, ‘perih’, ‘menusuk’, ‘pecah’, ‘diam’, ‘menyumbat’, dan ‘terpuruk’.
Ketiga puisi Pak Guru Bambang berhasil tampil sebagai struktur yang rapi dan padu. Emosi juga terasa hadir di setiap puisi sehingga akan mengena bagi pembaca yang tengah mengalami situasi buruk, patah hati misalnya. Namun, larik-larik yang padat berirama akan lebih nikmat dibaca ketika dipadukan dengan imaji-imaji yang dapat memancing imajinasi pancaindra, terutama dengan metafora alam ataupun sinestesia.
Coba bandingkan dengan terjemahan puisi Federico García Lorca berjudul “Betul!” ini:
Betapa berat
mencintaimu sebagaimana aku mencintaimu!
Demi cintamu, udara menyakitiku,
hati,
dan topi.
Siapa akan membelikanku
pita rambut yang kuinginkan ini,
dan kesedihan seutas benang putih
ini, untuk mengubahnya jadi sapu tangan?
Betapa berat
mencintaimu sebagaimana aku mencintaimu!
Lorca mengibaratkan ‘mencintai’ dengan ‘kesedihan seutas benang putih ini untuk mengubahnya jadi sapu tangan’. Adanya benda konkret berupa benang putih dan sapu tangan akan memunculkan dunia rekaan di pikiran pembaca sehingga hal yang abstrak terasa nyata.
Pradopo (2009) mengatakan bahwa penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang dialami batinnya. Untuk itu, haruslah dipilih kata setepatnya. Diksi adalah pemilihan kata-kata, memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Selamat berakhir pekan dengan puisi!
Catatan:
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.