Hujanku, Hujan Ibu
hujan di kotaku mengirim pesan dari ibu
tentang kereta bawah tanah yang mampir di ujung mimpinya
kereta itu masuk ke perut ibu menjelang parak siang
konon katanya, kereta itu pun berasap
seperti kereta di kota masa kecilku
asapnya mengepul di udara, membuat bulatan-bulatan yang mengabu
seperti asap rokok bapak sehabis makan malam
konon kabarnya, asap itu membentuk lingkaran, seperti asap Gandalf
di dalam lingkaran itu, para harimau melompat diiringi tepuk tangan
Bu, dia menatap kita dari sana
di atas gantungan lingkaran api untuk pertunjukkan
meski kutahu ibu pun memiliki harimau di dalam diri
seketika bisa mengaum melepas sumpah serapah
sebagai menu makan malam kita
sumpah ibu yang membakar para dara
dari ujung rambut kepala ke ujung rambut yang lain
Bu, ia mengepulkan asap rokok dari atas sana
gerbong paling depan kereta bawah tanah yang melaju menuju perutmu
duduklah bersila, Bu!
rapatkan kakimu ke belakang
agar ia sulit menembus dinding hatimu
apalagi rahimmu, tempat nyawa bermula!
hujan di kotaku, mengirim semua cerita itu
dari seluruh penjuru mata angin ke mata hatiku
(Busan, Februari 2022)
Dia Bukan Soleram
Mandi sore. Bedak belepotan
Wangi minyak kayu putih
Rambut setengah basah
Bando kupu-kupu merah muda
Kau kira kau siapa
Bisa mencium pipinya sesuka hatimu!
Kau kira, setelah dicium pipinya akan merah merona?
Aih, kau terbiasa berdiri di pinggir jalan!
Tanganmu terbiasa meraba-raba di balik semak!
Kau pun tak tahu ratusan harimau menyuruk
di balik pori-porinya!
sedang menunggu mantra
dan mengancang-ancang langkah
(Busan, Januari 2022)
Kalian Berlaga di Atas Kepala
tahun lalu, tuan dan puan berlaga di dalam hutan
tahun lalu, tuan mengucap doa, tetapi tidak kepada Tuhan
puan pun meminta mantra kepada hantu hutan
tuan dan puan berdiri di gelanggang hitam di tengah hutan
tuan tak pernah ketahuan meski puan datang dari berbagai haluan
tuan dan puan, mengapa kalian gemar membuat dunia rekaan?
dalam kotak-kotak ekspedisi, kalian kirim melalui kapal
saya tak mau ikut berlaga
saya tak hendak menjadi juara
tuan dan puan telah salah mengundang orang
bahkan ayam jantan pun saya tak punya
saya hanya pandai bertepuk tangan
ketika orang gelak, saya pun gelak
ketika orang bersorak, saya pun ikut
meski yang digelaksorakkan adalah kisah yang dramatis
tuan dan puan, salam, saya numpang lewat!
(Busan, Februari 2022)
Biodata Penulis:
Reno Wulan Sari merupakan dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan. Buku kumpulan cerpen tunggalnya yang telah terbit berjudul Catatan Pertama pada tahun 2018. Selain seorang sutradara teater, ia juga aktif meneliti dan menulis di media massa.