Minggu, 01/6/25 | 21:31 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Mendaki Gunung sebagai Pelarian dalam Film “Sekawan Limo”

Minggu, 27/4/25 | 09:30 WIB

Oleh: Aldi Ferdiansyah
(Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

 

Sampai sekarang, film horor di Indonesia telah mengalami lonjakan popularitas yang signifikan. Menurut survei yang dilakukan PT Lokadata melalui aplikasi SurV, genre horor menjadi genre urutan kedua yang diminati penonton di Indonesia dengan persentase 14%. Namun, di tengah dominasi film horor, muncul beberapa sutradara justru berani berbeda dengan memadukan dua genre bertolak belakang, perpaduan antara ketakutan dan canda tawa, yaitu komedi dan horor.

BACAJUGA

No Content Available

Film Sekawan Limo merupakan salah satu film komedi horor yang naik daun pada tahun 2024. Film yang digarap dan dimainkan oleh Bayu Eko Moektito atau akrab dengan nama Youtube Bayu Skak berhasil mencuri perhatian dengan menembus angka 2,2 juta penonton di pekan ketiga penayangan di bioskop. Bayu Skak berhasil menggabungkan suasana mencekam dengan selipan komedi yang rapat menggunakan bahasa Jawa. Pemilihan judul dengan menggunakan istilah dalam bahasa Jawa membuat daya tarik Film ini semakin kuat. Sekawan Limo memiliki double meaning, bisa berarti pertemanan lima orang atau “Empat dari Lima”. Dengan latar belakang mitos yang berkembang di masyarakat, film ini menyuguhkan cerita tentang kepercayaan tradisional serta nilai-nilai budaya lokal Jawa yang masih dijunjung tinggi hingga kini.

Film ini mengisahkan dua tokoh bernama Bagas dan Leni yang akan mendaki Gunung Madyopuro. Mereka mendapat peringatan dari penjaga pos untuk mematuhi aturan-aturan tidak tertulis selama mendaki, yaitu tidak boleh menoleh ke belakang  atau akan ada yang mengikuti mereka jika dilanggar dan larangan mendaki dengan jumlah ganjil. Di tengah pendakian, Bagas dan Leni bertemu dengan tiga pendaki lainnya, yaitu Dicky, Juna, dan Andrew. Mereka melanggar mitos dan aturan yang dipercaya masyarakat sekitar dengan menoleh ke belakang dan naik dengan jumlah ganjil. Dari sana mereka mulai merasakan adanya kejangggalan seperti gangguan makhluk halus serta dihantui rasa cemas hingga tersesat. Memunculkan kecurigaan bahwa salah satu dari mereka bukanlah seorang manusia.

Hal menarik dalam keseluruhan isi film Sekawan Limo adalah alasan mereka mendaki. Beberapa dari mereka memiliki tujuan utama mengapa ia mendaki gunung. Seperti Leni yang merasa hilang arah semenjak kepergian mama. Seakan belum ikhlas menerima kenyataan bahwa mamanya sudah tiada, Leni berusaha meredakan kesedihan dengan cara mendaki gunung. Bahkan sempat terpikir oleh Leni bahwa ia akan menyusul kepergian mamanya lantaran tidak sanggup jika ia harus hidup tanpa dampingan sang mama. Andrew yang perjalanan hidupnya selalu diremehkan dan dibandingkan dengan abangnya sendiri. Perlakuan tidak adil tersebut membuat Andrew merasa tidak dianggap sebagai anak oleh papanya sendiri. Selain itu Andrew juga memilik problem dengan pacar karena nekat berbuat sehingga pacarnya hamil sebelum waktunya. Seakan sarat pikiran, Andrew memutuskan mencari pelarian dari masalah hidupnya dengan mendaki gunung.

Berbeda dengan Dicky yang selalu dihantui rasa gelisah. Bermula dari kebiasaan bermain judi online hingga candu dan memiliki hutang. Desakan dari penagih utang dan ketidakmampuan melunasi hutang membuat Dicky merasa diteror oleh rasa takut. Dicky juga melakukan ritual untuk mencegah rasa takutnya dan mendatangi dukun yang menganjurkan ia melakukan ritual tersebut di Gunung Madyopuro.

Bila dikaitkan dengan realitas kehidupan, banyak sekali orang-orang yang mendaki gunung sebagai self healing seperti kutipan komentar @Dka_K di Tiktok, “Ketinggian mana lagi yang harus aku gapai, setelah denganmu tidak tercapai”.

Dari contoh tersebut membuktikan bahwa anak muda khususnya zaman sekarang, mereka mendaki gunung sebagai obat penenang diri, sebagai pelariaan dari masalah-masalah kehidupan sehari-hari, masalah percintaan, karier, dan lain-lain. Seseorang akan merasakan kepuasan tersendiri ketika tiba di puncak gunung. Bukan melepaskan kesedihan atau kekesalan yang dirasakan, justru mereka berusaha memendam kesedihan dengan cara mengalihkan perhatian dengan mendaki gunung untuk menghilangkan rasa sedih atau segala macammya.

Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) juga tergambar pada karakter Bagas yang diperankan Bayu Skak. Menurut Halodoc, FOMO merupakan kondisi sesorang merasa cemas atau khawatir melewatkan pengalaman, acara, atau aktivitas yang sedang terjadi di sekitarnya. Bagas sendiri merupakan salah satu tokoh utama yang “ikut-ikutan” Leni naik gunung karena sebelumnya ia tidak pernah mendaki gunung sekali pun. Bagas yang merasa tertinggal akibat ketidaktahuannya tentang gunung, ia akhirnya mencari tahu segala hal tentang gunung yang malah memperlihatkan Bagas terlalu berlebihan. Fenomena ini mencerminkan kondisi saat ini, seseorang merasa tertinggal dan merasa tidak lega jika belum mengikuti trend. Bahkan mati-matian atau berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengikuti tren. Berbagai cibiran akan didapatkan seseorang seperti, “kurang gaul”, “ngga asyik”, “kurang update” dan banyak lagi.

Sekawan Limo tidak hanya sekedar hiburan. Di dalamnya memuat pesan-pesan yang memiliki makna mendalam dan bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dalam kalimat “Jangan menoleh ke belakang” bukan sekadar perintah atau larangan. Mitos tersebut juga memiliki makna sendiri seperti dialog Bagas.

“Seng disebut ojo noleh nang mburi iku ternyata ojo noleh terus-terusan ke masa lalu yang kelam, amergo masa lalu seng kelam iku iso ngerusak masa kini”

Ini juga berarti melepaskan masa lalu bukan menghapusnya dari ingatan, tetapi mengubah cara kita memaknainya. Mengajarkan kita untuk selalu belajar membentuk keberanian berdamai dengan kenyataan dan menerima bahwa beberapa hal yang dialami memang terkadang tidak sesuai dengan harapan.

Film Sekawan Limo sebuah karya yang berhasil menyentuh sisi emosional dan psikologis penontonnya. Lewat kisah lima pendaki yang dihantui oleh masa lalu dan tekanan hidup, film ini menyampaikan pesan bahwa setiap orang memiliki “gunung” masing-masing yang harus mereka daki. Gunung yang dipenuhi oleh luka, trauma, dan pencarian jati diri. Dengan pendekatan budaya lokal, karakter yang relatable, serta simbolisme yang kuat. Film ini memperluas batasan genre dan membuktikan bahwa industri film Indonesia memiliki potensi besar dalam menciptakan karya yang bermakna sekaligus menghibur.

Tags: #Aldi Ferdiansyah
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Makna Kata “Cukup” yang Tak Secukupnya

Berita Sesudah

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Berita Terkait

Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

Minggu, 01/6/25 | 11:46 WIB

Oleh: Ghina Rufa’uda (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia dan Bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas)   Rekeningku hanya tempat...

Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Minggu, 01/6/25 | 11:18 WIB

Oleh: Sufrika Sari (Mahasiswi Prodi Sejarah dan Bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas) Kesalehan lahiriah bukanlah jaminan seseorang...

Literature Review Artikel “Power in the Discourse of West Sumatra Regional Regulation Number 7 of 2018 concerning Nagari”

Literature Review Artikel “Power in the Discourse of West Sumatra Regional Regulation Number 7 of 2018 concerning Nagari”

Minggu, 25/5/25 | 14:40 WIB

Oleh: Raisa Tanjia Ayesha Noori (Mahasiswa S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Peraturan Daerah (Perda) sering kali dianggap sebagai...

Kekacauan dalam Film “Pengepungan di Bukit Duri”

Kekacauan dalam Film “Pengepungan di Bukit Duri”

Minggu, 25/5/25 | 13:01 WIB

Oleh:  Queendi Kumala (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) GILA! Bukan karena film ini adalah suatu masterpiece, tetapi semua adegan...

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Minggu, 18/5/25 | 07:55 WIB

Oleh: Nayla Aprilia (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Universitas Andalas, Padang)   Salah satu film animasi anak yang sedang naik daun...

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Senin, 12/5/25 | 08:22 WIB

Oleh: Muhammad Syaifuddin Aziz (Mahasiswa Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya) Kekuasaan merupakan konsep sentral dalam...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

POPULER

  • Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Libur Panjang 29 Mei – 1 Juni 2025, Ini Rekomendasi Wisata Seru di Kota Padang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Sesalkan RS Rasidin Tolak Pasien Hingga Meninggal : Itu Tidak Manusiawi!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Klarifikasi Wali Nagari Koto Gadang, Lahan Sawit yang Dipinjamkan ke Petani Akan Diremajakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024