
Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah)
Minggu lalu, saya menulis tentang kebiasaan aneh tapi menyenangkan, mendengarkan satu lagu saja, berulang-ulang sepanjang perjalanan. Rupanya, pembahasan soal kebiasaan itu tidak pernah habis untuk diceritakan. Selalu ada yang unik setiap kali saya mengalaminya, lain tempat, lain suasana, bahkan lain pula lagunya.
Kadang di jalan lintas Padang–Bukittinggi saya terpaku pada lagu bernuansa melankolis, sementara di rute menuju Solok justru lagu berirama ceria yang menempel di kepala. Seolah setiap perjalanan itu lagu punya “takdirnya” sendiri. Sehingga, setiap lagu seakan tahu persis kapan harus menemani kesunyian dan kapan harus menghidupkan kembali semangat di balik setir.
Menariknya, fenomena satu lagu yang tak mau diganti itu tidak hanya terjadi di perjalanan. Ia juga sering muncul di momen-momen lain dalam hidup, seolah hati sedang ingin berhenti di satu frekuensi tertentu dan tak mau beranjak. Misalnya, ketika baru jatuh cinta, ada saja satu lagu yang tiba-tiba menjadi “soundtrack hubungan”. Lagu itu diputar berulang-ulang di kamar sambil rebahan, atau dijadikan status di media sosial. Tapi lucunya, ketika hubungan itu kandas, lagu yang dulu membuat senyum kini justru paling “dibenci”.
Ada juga lagu yang menjadi pengingat masa lalu, bukan karena melodinya indah, tapi karena ia pernah mengisi ruang di masa yang tak akan kembali. Lagu-lagu lama yang tiba-tiba terdengar di warung kopi, di angkot, atau di pinggir jalan bisa membuat kita tersenyum samar tanpa sadar. Misalnya, ketika mendengar lagu Sheila on 7 di tengah kemacetan, kita bisa langsung terlempar ke masa SMA.
Di situlah letak keajaiban musik. Lagu yang kita putar berulang bukan sekadar enak didengar, tapi menyimpan sesuatu yang ingin kita rasakan lebih lama, ketenangan, kenangan, atau harapan yang belum tuntas. Kadang lagu mampu menemani perjalanan panjang tanpa terasa sepi. Seperti sore itu, di antara gemuruh jalan dan langit yang mulai temaram, satu lagu terus berputar, membawa saya pulang dengan perasaan hangat, tenang, dan entah kenapa ingin saya dengar lagi.




![Anggota DPRD Tanah Datar, Yonnarlis saat reses di Masjid Jami', Nagari Andaleh.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/10/IMG-20251019-WA0018-75x75.jpg)
