Senin, 12/5/25 | 12:49 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Pilkada 2024, Representasi Wajah Demokrasi Indonesia ke Depannya

Senin, 09/12/24 | 13:11 WIB

Padang, Scientia.id – Gelanggang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) telah usai. Tepat pada tanggal 27 November adalah hari yang bersejarah bagi masyarakat Indonesia. Kenapa demikian? Karena di tanggal tersebut serentak seluruh daerah di Indonesia melangsungkan pencoblosan untuk pemilihan pemimpin kepala daerah.

Namanya saja Perhelatan atau dalam bahasa minangnya “Alek” pasti menyisakan pekerjaan rumah (PR) bagi pemilik rumah. Pekerjaan rumah ini merupakan tanggung jawab yang harus dikerjakan dan dicarikan solusinya secara komprehensif serta akurat.

Paska perhelatan, masih banyak piring-piring dapur yang kotor, gelas yang pecah, sendok yang hilang dan panci yang bolong, begitulah analoginya.

BACAJUGA

Adat “Naiak Anak Mudo” Manifestasi Berdemokrasi Anak muda Minangkabau

Adat “Naiak Anak Mudo” Manifestasi Berdemokrasi Anak muda Minangkabau

Minggu, 19/1/25 | 10:13 WIB
Sehat dengan Manajemen Penggunaan Gadget

Sehat dengan Manajemen Penggunaan Gadget

Jumat, 10/1/25 | 13:18 WIB

Pekerjaan rumah ini perlu dirunut kembali, paska dilaksanakannya pesta demokrasi. Berbeda pilihan itu wajar dan namanya menang kalah itu biasa dalam pertarungan. “Biduak lalu kiambang batauik” petuah tua ini sering gaungkan oleh masyarakat setelah pesta demokrasi. Ungkapan ini diserukan untuk merangkul kembali dua orang atau beberapa pihak yang sempat bertikai, berselisih paham atau berbeda pandangan sebelumnya. Biduak lalu kiambang batauik, frase ini merujuk pada tanaman di atas air yang akan tersibak ketika dilewati perahu atau biduk, tetapi akan menyatu kembali setelah biduk itu lewat. Lekas berbaik atau berkumpul kembali. Seperti perselisihan antara sanak keluarga yang kembali rukun dan damai dalam untaian persatuan dan kesatuan.

Tapi yang tidak wajar itu adalah turunnya angka partisipasi masyarakat pada Pilkada 2024. Dimana partisipasi masyarakat pada Pilkada 2024 ini berkisar diangka 57,15 persen dari 4.103.084 Daftar Pemilih Tetap (DPT) Sumatera Barat.

Jika dibandingkan dengan Pilkada periode sebelumnya dan Pilpres bulan februari yang lalu, partisipasi masyarakat di Pilkada mengalami penurunan yang signifikan.
angka ini pun tidak sesuai dengan target yang ditetapkan oleh KPU provinsi yaitu 75 persen partisipasi pemilih.

Menurunnya partisipasi masyarakat, mungkin saja disebabkan oleh beberapa faktor, pertama kejenuhan pemilih, sebab di tahun 2024, masyarakat Sumatera Barat sudah tiga kali dengan Pilkada melakukan pencoblosan. Pertama Pencoblosan Pemilu dengan lima surat suara, kedua pencoblosan Pemilihan Suara Ulang (PSU) DPD RI se Sumatera Barat dan ketiganya pencoblosan Pilkada.

Kedua, tata letak TPS yang jauh disebabkan penyusutan jumlah TPS sehingga menyebabkan jarak tempuh masyarakat ke TPS cukup jauh. Ketiga, rumitnya persyaratan pemilih untuk mencoblos ke TPS, selain membawa surat undangan C-pemberitahuan ke TPS, pemilih wajib juga menunjukkan biodata diri lain seperti KTP atau biodata diri lainnya. Keempat Visi misi pasangan calon yang kurang terarah dan tidak sesuai dengan kebutuhan daerah, sehingga membuat pemilih enggan mencoblos. Kelima, mulai melemahnya kepercayaan masyarakat kepada pasangan calon terhadap janji-janji yang tak kunjung sampai.

Atau bisa juga disebabkan masalah teknis. Menurut pandangan penulis selaku pelajar, yang menyebabkan melemahnya partisipasi masyarakat dikarenakan kurang masif dan kurang akuratnya penyelanggara melakukan sosialisasi kepada pemilih.

Untuk melakukan sosialisasi saya yakin penyelenggara telah melakukannya tapi pelaksanaan sosialisasinya kurang efektif dan efisien dan tidak merata dilakukan ke lembaga-lembaga. Baik itu lembaga pendidikan, pemerintahan, keagamaan dan lembaga-lembaga lainya, hanya beberapa lembaga dijadikan sampel. Itupun yang dilibatkan hanya beberapa orang individu tertentu saja.

Pemilih yang memiliki masa yang besar adalah kalangan Generasi -Z, didalamnya terdapat pemilih pemula dan umumnya masih berstatus sebagai pelajar.

Pelajar adalah salah satu instrumen pemilih intelektual yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan demokrasi Indonesia. Bagaimana tidak, mereka memiliki masa yang besar, jaringan yang luas serta beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Sama-sama diketahui Gen-Z salah satu ras penguasa di jagat dunia maya. Mampu mengoperasikan platform aplikasi seperti tiktok, Instagram, WhatsApp, Facebook, Twitter dan lain-lain. Yang mana jangkauan penyebaran informasinya sangat luas (unlimited).

Lembaga pendidikan adalah salah satu tempat yang strategis yang perlu digarap secara komprehensif oleh penyelenggara. Dimana disana wadah berkumpul pemilih intelektual (Gen-Z)menempuh jenjang pendidikan.
sentuhan magis dan strategi pola komunikasi juga diperhatikan agar pesan-pesan sosialisasi tersebut tersampaikan dengan sempurna kepada pemilih (pelajar).

Selain melakukan sosialisasi kepemiluan secara langsung datang ke masyarakat, penyampaian sosialisasi lewat platform media sosial sangat efektif dan efisien mampu menjarah ke sudut-sudut kota hingga ke desa-desa.

Pengaplikasian teknologi seperti ini umumnya mahir dilakukan oleh pemilih intelektual yaitu pelajar. Jadi memang peran pelajar sangat dibutuhkan untuk kelancaran proses demokrasi .

Fenomena-fenomena seperti ini harus menjadi perhatian khusus khusus oleh pihak penyelenggara KPU.
Karena untuk melangsungkan pesta demokrasi memakan biaya yang besar tapi hasilnya belum maksimal.
Masih tingginya angka golput di Sumatera Barat dan ini harus menjadi bahan evaluasi dan dikaji secara komprehensif kembali.

Jangan sampai sosialisasi hanya jadi ajang formalitas tanpa mendapatkan output yang jelas dari sosialisasi.
Jika hal ini tidak dibenahi secara cepat, maka akan menjadi penyakit untuk penyelenggaraan demokrasi kedepannya.

Pekerjaan rumah ini kembali dirumuskan kembali dengan melibatkan semua unsur, baik kalangan akademisi, aktivis organisasi dan stakeholder terkait, agar menghasilkan rumusan yang jitu dan akurat.

Penulis juga menyarankan agar UU tentang Pilkada yang tidak relevan dengan perkembangan zaman perlu direvisi lagi, yang lebih memperhatikan kearifan lokal masyarakat Indonesia.

Penulis:

Metra Wiranda Putra

Tags: #Metra Wiranda PutraArtikelOpiniPilkada 2024
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Gaet Wisatawan ke Sumbar, Daerah Didorong Maksimalkan Atraksi Budaya

Berita Sesudah

Gempa Terasa Cukup Kuat Hoyak Sumbar

Berita Terkait

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Senin, 12/5/25 | 08:22 WIB

Oleh: Muhammad Syaifuddin Aziz (Mahasiswa Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya) Kekuasaan merupakan konsep sentral dalam...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Senin, 12/5/25 | 08:12 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana Hukum Islam, Universitas Islam Negeri Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi) Dunia modern bergerak dengan kecepatan yang luar...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB

Lastry Monika Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah   Dalam tiga minggu terakhir, saya selalu mengangkat tema seputar...

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Minggu, 11/5/25 | 11:53 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha (Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Sebagai orang yang benar-benar menghargai seni sepanjang...

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Minggu, 11/5/25 | 11:29 WIB

Ilustrasi: Meta AI Mahasiswa Fakultas Timbangan Keadilan Oleh: Afny Dwi Sahira Kau datang pada sebuah pertemuan Tak ada yang mengundangmu...

Antara Suspense dan Komedi dalam Novel Lupus: Iiih Syereem!

Antara Suspense dan Komedi dalam Novel Lupus: Iiih Syereem!

Minggu, 11/5/25 | 09:56 WIB

Oleh: Rosidatul Arifah (Mahasiswi Sastra Indonesia dan Anggota Labor Penulisan Kreatif LPK FIB Universitas Andalas)   Tiap-tiap manusia memiliki beragam...

Berita Sesudah
Gempa Terasa Cukup Kuat Hoyak Sumbar

Gempa Terasa Cukup Kuat Hoyak Sumbar

POPULER

  • Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jembatan Gantung Ambruk di Nagari Koto Padang Lumpuhkan Ekonomi Petani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Firdaus Apresiasi Semangat Gotong Royong Masyarakat Wujudkan Festival Juadah Tanpa APBD

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bergabung dalam Arak – arakan, Anggota DPRD Sumbar, Firdaus Ikuti Keseruan Festival Juadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024