Senin, 01/12/25 | 15:28 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Penyandingan Kata “Mirip” dan “Jodoh”

Minggu, 18/2/24 | 11:28 WIB

Oleh : Shilva Lioni
(Dosen Program Studi Sastra Inggris FIB Universitas Andalas)

 

Berbicara tentang bahasa tidak akan ada habisnya, baik itu dari sisi fenomena penggunaannya, fungsinya, pemerolehannya, hingga keunikannya. Lebih lanjut berbicara tentang keunikan bahasa, salah satunya adalah fenomena keunikan bahasa yang cukup sering kita dengar adalah ketika penyandingan dua kata yang tidak memiliki hubungan makna jika ditelaah dari sisi linguistik. Namun, penyandingan kata ini lazim dilakukan oleh sebagian besar mayarakat. Salah satu contoh penyandingan kata tersebut yakni penyandingan kata “mirip” dan “jodoh”.

BACAJUGA

Pelanggaran Prinsip Kesantunan Bahasa Dibalik Kontoversi Lolly

Pelanggaran Prinsip Kesantunan Bahasa Dibalik Kontoversi Lolly

Minggu, 03/11/24 | 13:59 WIB
Manfaat Buku bagi Anak di Bawah Usia Tiga Tahun

Devaluasi makna “Perwakilan”

Senin, 09/9/24 | 01:29 WIB

Fenomena menarik ini bahkan disaksikan langsung oleh penulis ketika mengajar di sebuah kelas. Saat mahasiswa melakukan diskusi dengan para mahasiswa, mereka menggunakan kata itu. Saat ada grup yang persentasi di depan kelas, tanpa sadar, ada yang mengucapkan bahwa wajah mereka mirip ya. Hal itu ditujukan kepada sepasang mahasiswa yang sedang presentasi, lalu seketika itupun seisi kelas menjadi gaduh dan muka sepasang mahasiswa yang dikatakan mirip tersebut langsung memerah.

Ungkapan-ungkapan seperti “Wah wajahnya mirip ya, pantesan jodoh”, “mukanya mirip, mungkin jodoh”, “benar ya kata orang kalau jodoh itu wajahnya mirip”, “kalau mirip berarti jodoh”, “wajahnya mirip, fix jodoh” adalah sebagian besar ungkapan-ungkapan atau ekspresi yang seringkali kita dengar, bahkan menjadi kepercayaan di tengah sebagian besar masyarakat. Padahal, jika ditelaah lebih lanjut, dari analisis makna atau ilmu semantik, makna pada kata “mirip” dan “jodoh” pada dasarnya tidak memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Jika diuraikan menurut analisa komponen penghimpun maknanya, kata “mirip” dapat dijabarkan menjadi serupa, memiliki komponen yang sama, sama secara fisik dan bentuk. Sementara itu, kata “jodoh” menurut KBBI memiliki komponen makna sebagai takdir, sepasang suami istri, terdiri dari lawan jenis yang berpasangan, pasangan hidup, memiliki kecocokan untuk dipasangkan.

Lebih lanjut, lalu bagaimana bisa kebanyakan kita seringkali menghubungkan kata “mirip” dengan “jodoh” ketika diucapkan meskipun kita paham benar bahwasanya keduanya tidak memiliki keterikatan dan keterkaitan makna antara satu dan yang lainnya? Bagaimana bisa dua kata yang memiliki komponen makna dan tidak terkait antar satu dan lainnya jika dikaji dalam persepektif ilmu bahasa menjadi hal lazim untuk diucapkan dalam masyarakat, bahkan sebagian orang bersepakat dan meyakini kebenarannya? Jawabannya adalah ada pada rasa dan logika.

Rasa atau sense dan logika adalah sebuah perangkat bawaan yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah dari sang Maha Pencipta. Melalui rasa dan logika yang terhubung dengan cara kerja yang sama kemudian manusia dapat menciptakan kesepakatan maknaa. Demikian juga halnya dengan kasus “mirip” dan “jodoh” ini.

Kebanyakan orang meyakini bahwa kata “mirip” tidak hanya berbicara tentang ukuran namun juga keselarasan. Selaras dalam hal ini ialah dipahami logika terkait dengan harmonisasi kehidupan seperti ilustrasi takdir yang tidak pernah bertikai. Oleh sebab itu, tidak heran kemudian kesepakatan makna “mirip” dan keterkaitan nya dengan “jodoh” banyak disetujui, disepakati, dan kemudian dipercayai oleh masyarakat. Terlebih jika menelaah salah satu komponen makna dalam kata “jodoh” yakni sepasang dan keterikatan yang mana tentu keduanya akan butuh dan menggunakan harmonisasi dan keselarasan.

Kita seringkali melihat dan menilai bahwa begitu banyak hal unik dalam bahasa yang terkesan berada di luar logika dan nalar. Padahal, jika dicermati secara lebih mendalam, bahasa dan kesepakatan makna pada dasarnya akan selalu ada dasar logika yang kuat dibalik keberadaannya. Demikian halnya yang terjadi dalam penyandingan kata “mirip” dan “jodoh” yang selalu dipasangkan.

Tags: #Shilva Lioni
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Cerpen “Harimau Buntung” Karya Johan Arda dan Ulasannya oleh Azwar

Berita Sesudah

When Marnie Was There: Pertemuan dan Penerimaan

Berita Terkait

Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

Minggu, 30/11/25 | 15:11 WIB

Oleh: Noor Alifah (Mahasiswi Sastra Indonesia dan Anggota Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas)   Salah satu karya sastra tertua...

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Luka Peperangan Musim Gugur pada Cerpen “Tepi Shire” Karya Tawaqal M. Iqbal

Minggu, 23/11/25 | 06:57 WIB

Oleh: Fatin Fashahah (Mahasiswa Prodi Sastra dan Anggota Labor Penulisan Kreatif Universitas Andalas)   Musim gugur biasanya identik dengan keindahan....

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Sengketa Dokdo: Jejak Sejarah dan Pelajaran untuk Masa Kini

Minggu, 16/11/25 | 13:49 WIB

Oleh: Imro’atul Mufidah (Mahasiswa S2 Korean Studies Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)   Kebanyakan mahasiswa asing yang sedang...

Puisi-puisi M. Subarkah

Budaya Overthinking dan Krisis Makna di Kalangan Gen Z

Minggu, 16/11/25 | 13:35 WIB

Oleh: M. Subarkah (Mahasiswa Prodi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di tengah gemerlap dunia digital dan derasnya...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Belajar Budaya dan Pendidikan Karakter dari Seorang Nenek yang ‘Merusak’ Internet

Minggu, 16/11/25 | 13:27 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Di ruang keluarga. Seorang nenek sedang...

Identitas Lokal dalam Buku Puisi “Hantu Padang” Karya Esha Tegar

Konflik Sosial dan Politik pada Naskah “Penjual Bendera” Karya Wisran Hadi

Minggu, 02/11/25 | 17:12 WIB

  Pada pukul 10:00 pagi, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Berkat desakan dari golongan muda,...

Berita Sesudah
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

When Marnie Was There: Pertemuan dan Penerimaan

Discussion about this post

POPULER

  • Kantor PDAM Kota Padang.[foto : net]

    PDAM Padang Kerahkan Mobil Tangki Gratis, Krisis Air Bersih Dipastikan Tetap Terkendali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • DPW PKB Sumbar dan DKW Panji Bangsa Gerak Cepat Salurkan Sembako di Padang Pariaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Desak PDAM Percepat Perbaikan IPA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jejak Sastra Melayu Klasik dalam Kehidupan Masyarakat Lampau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Water Front City Amblas 200 Meter di Pariaman Selatan, Tanpa Rambu dan Penerangan: Warga Terancam Nyawa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bahasa Indonesia itu Mudah atau Sulit?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024