Selasa, 15/7/25 | 02:32 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Ibu dan Susu Kotak

Minggu, 02/4/23 | 12:16 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)

 

Beberapa hari yang lalu, salah satu hal yang diributkan di jagat per-twitter-an ialah terkait seorang ibu yang menyimpan susu kotak di dalam kulkas. Sekilas tidak ada yang aneh dengan hal itu. Hal yang menjadi persoalan bagi netizen, termasuk salah satu anak dari si ibu ialah karena susu tersebut ditempeli kertas bertuliskan “punya mamah”. Sekilas masih tidak ada yang aneh dengan hal itu, setidaknya bagi sebagian orang, termasuk saya.

“Gua tau mama gua suka nyimpen makanan atau jajanannya sendiri di kamar, tiap gua liat gak pernah gua ambil juga makanannya dia. Tapi gua kaget liat kulkas sampe dinamain dan gak Cuma satu. Berasa lagi ngekos,” tulis si anak dengan diakhiri emotikon tertawa lewat sebuah menfess. Maka dimulailah selisih pendapat di kolom komentar antara netizen.

Sebagian netizen menilai tingkah si ibu tidak seharusnya begitu. Bagi netizen yang memiliki penilaian seperti ini, seorang ibu biasanya akan selalu mendahulukan kebutuhan anak. Seorang ibu yang memiliki stok camilan sendiri tergolong hal yang tidak lazim bagi sebagian netizen.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Sebagian netizen lain memiliki penilaian yang bertentangan. Bagi netizen ini, hal yang dilakukan si ibu adalah wajar. Seorang ibu bagi mereka adalah selayaknya manusia biasa lainnya. Seseorang yang memiliki privasi, termasuk soal makanan kesukaan hingga camilan kesukaan yang tidak boleh diambil secara sembarangan, bahkan oleh anak-anaknya sendiri.

Seketika saya teringat beberapa momen dengan ibu saya terkait makanan. Beliau sebetulnya  adalah tipikal ibu yang selalu mengalah demi kebutuhan anak-anak, termasuk soal makanan. Ibu sering membiarkan saya memakan camilannya yang saya temukan sengaja ia simpan sekembali bepergian. Ibu selalu bilang, “Makanlah, tidak apa-apa!”

Mengingat itu di waktu sekarang membikin terenyuh. Bagaimana jika makanan itu sangat ibu suka dan sengaja ia simpan untuk dimakan di momen tertentu? Ternyata memang begitu. Kadang ketika membeli es krim dan camilan cokelat, ibu sengaja memakannya di dalam kamar. Kemungkinan karena memang ingin menikmati momen ngemil dengan syahdu tanpa gangguan dari anak-anaknya yang suka minta. Padahal, mereka sudah punya jatah masing-masing. Itu bukan karena pelit atau egois. Setiap orang punya me time walau sekadar ngemil tanpa gangguan sekecil apa pun.

Bila sebagian orang berkata menjadi ibu berarti harus siap mengalah dan mendahulukan kebutuhan orang lain (seperti anak dan suami) maka saya siap. Siap berada di barisan yang menentang pemahaman ini. Masyarakat seperti menetapkan sebuah standar bagi ‘ibu yang baik’ dan ‘ibu yang tidak baik’. Ibu yang rela berkorban demi anak, demi suami, dan demi keluarga akan mendapat label ‘ibu yang baik’ walaupun ia kehilangan dirinya sendiri.

Ibu yang menyimpan camilan di kamar untuk dinikmati sendiri bisa mendapat label ‘ibu yang tidak baik’ karena perbuatannya dianggap tidak sesuai dengan standar. Pada balasan tweet di menfees di atas, tidak sedikit ditemukan komentar yang mengarah ke hal itu. Sebagian komentar bahkan memaki sikap si ibu yang melabeli susu kotak sebagai kepunyaannya.

Padahal, menjadi ibu bukan berarti harus selalu berkorban dan mengalah. Ia tetap punya privasi dan sangat wajar di waktu tertentu menikmati hal-hal yang ia suka. Sebab, itu adalah salah satu cara menjaga kewarasan karena menjadi ibu tidaklah semudah dan seindah standar yang kadung dikonstruksi oleh masyarakat.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Cerpen “Kebenaran yang Temaram” Karya Andi Mutiara Muthahharah dan Ulasannya oleh Medi Adioska

Berita Sesudah

Satu Tikungan Lagi

Berita Terkait

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Crack! Sebuah Denting Kecil

Minggu, 13/7/25 | 18:39 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Akhir tahun lalu, saya pernah menulis tentang raket nyamuk di rubrik “Renyah” ini. Tulisan...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Pesan yang Tak Pernah Usai

Minggu, 06/7/25 | 16:34 WIB

  Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Pekan lalu, tepatnya Minggu, 29 Juni 2025, saya menuliskan kembali kenangan tentang masa...

Satu Tikungan Lagi

Yang Tersembunyi di Balik Ramalan

Minggu, 29/6/25 | 19:13 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Semasa sekolah menengah, saya dan banyak teman sebaya gemar mengakses ramalan, dari situs mistis...

Belajar dari Menunggu

Minggu, 22/6/25 | 18:32 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Menunggu ujian bukan hanya soal duduk diam di luar ruang kelas dengan segelas air...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jalan Pagi atau Jajan Pagi

Minggu, 15/6/25 | 17:57 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Beberapa minggu terkahir ini, di akhir pekannya saya suka jalan-jalan pagi. Niat awalnya olah...

Satu Tikungan Lagi

Masih Tentang Busa dan Bilasan

Minggu, 08/6/25 | 17:51 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, di rubrik Renyah, saya menulis tentang pengalaman mencuci pakaian—aktivitas sederhana yang diam-diam...

Berita Sesudah
Satu Tikungan Lagi

Satu Tikungan Lagi

Discussion about this post

POPULER

  • Sekitar 150 warga Jorong Kampuang Surau, Nagari Gunung Selasih, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, menggelar aksi unik dengan mengarak TOA (pengeras suara) keliling kampung pada Minggu malam (13/7/2025).

    Warga Kampuang Surau Arak TOA Keliling Kampung, Tuntut Pengembalian 20 Persen Lahan dari PT BPSJ

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perayaan HUT Koperasi ke-78 di Bukittinggi, Bung Hatta Kembali Jadi Inspirasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yusri Latif: Koperasi Harus Jadi Kunci Kebangkitan UMKM dan Potensi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024