Minggu, 01/6/25 | 21:56 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI PUISI

Puisi-puisi Rilen Dicki Agustin

Minggu, 26/9/21 | 07:00 WIB

Sawah dalam Lambung
: hari tani nasional 24 September

I.
dalam lambung petani, sawah selalu kelaparan
akan ditumbuhi padi dan bunyi mesin
tapi bisakah orang-orang sadar selepas perutnya kenyang
ada tangis darah para petani dalam lambungnya?

II.
sawah dalam lambung petani adalah kehidupan,
tapi malah dianggap halu : kok bisa, sih? tanya tikus
ya, bisa. kebijakan penguasa sekeras batu
dan sepanjang tiang-tiang listrik,
para tengkulak dibiarkan terus panen tanpa bertanam,
padahal petani cuma mau hari-harinya sejahtera, jawab kucing

III.
malam tiba, saatnya kucing tidur
dan tikus berkeliaran bebas di dapur
ayam berkokok
kucing bangun pagi, lapar
bergegaslah makan nasi
pakai sambal terasi tanpa gosok gigi
tetiba kebelet berak, namun kesesak mau tanya:
24 September hari tani nasional, itu tanda apa coba
kalau tidak sejahtera petani?
aku sejak semalam makan padi, jadi pas pagi
aku mau tidur dulu di meja kerja, mana tahu jadi presiden
dan mampu mengubah nasib petani, jawab tikus

IV.
maling mau jadi presiden dan mengubah nasib petani?
alhasil, di atas lambung petani sendiri
air matanya  malah kering sejadi-jadinya,
seperti sawah yang sansai

BACAJUGA

Puisi-puisi Rilen Dicki Agustin

Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

Minggu, 07/8/22 | 10:51 WIB
Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin

Minggu, 28/11/21 | 07:19 WIB

Pasaman, 2021

 

Miang Pandemi

pandemi kian menggila
dalam ceruk cangkir kopi itu orang-orang dibuatnya merana
hidup jadi begitu pelik, berkotak-kotak, terkungkung, hingga
retak serupa kaca

tidak ada lagi gula dalam cangkir
kecuali kefanaan menjadi ampas
serupa miang padi beterbangan di lingkaran cangkir
hinggaplah ia dari mulut ke mulut, dari kulit ke kulit, gugur
gugurlah agar orang-orang tidak semakin merana

adakah pengobat miang pandemi itu?
jaga
jarak
mulut
tangan
kaki
: semua djaga

Pasaman, 2021

 

Banjir Kacang Panjang, Peria, dan Mentimun
: Emak

semalaman air berjatuhan dari atas langit
Emak begitu cemas kepada kacang panjang, peria, dan mentimun
di ladang. baru sekali dua kali dinikmat buahnya

sampai kapan suara air itu menghilang
belum lunas pembayar tampang, apalagi jerih payah selangit
hasilnya malah luka, menggigil setiap terdengar dentingan dari atas atap
ah! berbusa-busa peluh keluar

tapi, ketika ladang tertimpa
kulihat Emak tak lagi tersenyum pun tertawa
seperti harapan buah yang ditinggalkan bunga
hingga menimbulkan kecurigaanku kepada Tuhan
nauzibillahi minzalik. kecurigaan yang tak seharusnya terlintas

hari-hari berikutnya tidak ada yang mati
kulihat ladang buah-buahnya semakin lebat
tak kukatakan apa-apa kepada Emak selain
hasil yang kujajakan di depan matanya
: Tuhan punya cara terbaik menguji
dan memberi hadiah kepada hamba-Nya, kata Emak

Pasaman, 2021

 

Si Pemburu

ia berjalan pelan-pelan ke rimba yang dituju
menunduk
lalu merangkak
di atas rumput

telah ia masukkan peluru bedil itu dari olesan terason
kemudian dipompa sebanyak-banyaknya
ditembaki tepat ke dada burung satu ke burung lain
seolah-olah burung-burung itu musuh merenggut hidupnya

ia kembali berjalan pelan-pelan
menyusuri segala penjuru rimba
mengumpulkan sebanyak-banyaknya

ketika sampai di rumah, burung-burung
yang ia bawa dipertanyakan oleh anaknya
untuk apa burung-burung ini, Bapak?
untuk nasi yang kau suap
untuk minyak sepeda motor yang kau bawa
dan untuk kebutuhan lainnya, Nak

pencaharian di negeri subur ini tumpul seperti golok berkarat
lihatlah,  orang-orang mencari nafkah ke sana-ke mari
dengan cara salah
atau pun benar sudah disamaratakan

 Panti, 2021

 

Biodata Penulis:

Rilen Dicki Agustin lahir di Bangun Raya, Kabupaten Pasaman, 10 Agustus. Berdarah Tapanuli—Minangkabau. Saat ini, ia mahasiswa tahun akhir Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang. Ia suka menulis sedikit, membaca sedikit, dan berlebihan bekerja di sawah dan ladang saja. Mari berteman di Instagram @rilendickiagustin12 dan Facebook Rilen Dicki Agustin, ya, Gais.

Tags: #Rilen Dicki Agustin
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Ekspresi Linguistik dalam Bahasa Minangkabau pada Leksikon Balimau

Berita Sesudah

Kejenakaan KPI dan Bahaya Glorifikasi Media

Berita Terkait

Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

Minggu, 01/6/25 | 10:01 WIB

Ilustrasi: Meta AI Malamku Berisik Oleh: Yogi Resya Pratama Mengusik dan berderik Akar-akar akal pun tak luput mancari siasat Merayu...

Puisi-puisi Salwa Ratri Wahyuni

Puisi-puisi Salwa Ratri Wahyuni

Minggu, 25/5/25 | 15:05 WIB

Ilustrasi: Meta AI Senantiasa Aku Tersesat di Matamu Oleh: Salwa Ratri Wahyuni bila siang memang panggung sandiwara maka malam tercipta...

Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

Minggu, 18/5/25 | 08:43 WIB

Ilustrasi: Meta Ai Untuk Cinta Oleh: Yogi Resya Pratama Untuk cinta kukira bersamamu aku bahagia, Tapi ternyata tanpamu aku jauh...

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Minggu, 11/5/25 | 11:29 WIB

Ilustrasi: Meta AI Mahasiswa Fakultas Timbangan Keadilan Oleh: Afny Dwi Sahira Kau datang pada sebuah pertemuan Tak ada yang mengundangmu...

Puisi-puisi Eliza Nuzul Fitria

Puisi-puisi Eliza Nuzul Fitria

Minggu, 04/5/25 | 07:45 WIB

Ilustrasi: Meta AI Melanjutkan Episode Oleh: Eliza Nuzul Fitria Bukan nyanyian, melainkan tangisan Tanyalah pada mereka yang menanggung beban Setetes,...

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Minggu, 27/4/25 | 09:56 WIB

Ilustrasi: Meta AI Panggilan Demi Hari Oleh: Maryatul Kuptiah Per kepala merayap, badan bungkuk Mencium lantai, puji pada sang-Tuhan. Tunaikan...

Berita Sesudah
Kejenakaan KPI dan Bahaya Glorifikasi Media

Kejenakaan KPI dan Bahaya Glorifikasi Media

Discussion about this post

POPULER

  • Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Libur Panjang 29 Mei – 1 Juni 2025, Ini Rekomendasi Wisata Seru di Kota Padang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Sesalkan RS Rasidin Tolak Pasien Hingga Meninggal : Itu Tidak Manusiawi!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Klarifikasi Wali Nagari Koto Gadang, Lahan Sawit yang Dipinjamkan ke Petani Akan Diremajakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024