Jumat, 16/5/25 | 05:56 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Ekspresi Linguistik dalam Bahasa Minangkabau pada Leksikon Balimau

Minggu, 26/9/21 | 07:00 WIB

 Alex Darmawan, S.S., M.A.
(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)

 

Indonesia memiliki beraneka ragam budaya yang merupakan kekayaan bangsa. Keanekaragaman budaya ini perlu dilestarikan dan dikembangkan secara terus-menerus guna meningkatkan pembangunan ketahanan budaya. Ragam budaya itu merupakan cerminan sikap dan pola hidup masyarakat secara turun-temurun. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi warisan yang sangat berharga pada masyarakat pendukungnya.

Minangkabau sebagai bagian masyarakat Indonesia, tentunya memiliki kebudayaan tersendiri, seperti halnya masyarakat Indonesia lainnya. Masyarakat Minangkabau adalah sebutan  untuk sekelompok masyarakat yang mendiami sebagian besar daerah Provinsi Sumatera Barat. Salah satu ciri yang melekat pada masyarakat Minangkabau adalah masyarakatnya yang dinamis, yang memandang perubahan sebagai sebuah peristiwa biasa dan wajar-wajar saja (Sairin, 2002).

BACAJUGA

Kecerdasan dan Berbahasa

Kecerdasan dan Berbahasa

Minggu, 09/3/25 | 09:59 WIB
Bahasa dan (Ber) Pikiran

Bahasa dan (Ber) Pikiran

Minggu, 02/3/25 | 10:48 WIB

Tidak bisa disangkal lagi dalam dasawarsa terakhir ini kesadaran orang menggali kembali kearifan lokal (Local Wisdom) yang ada pada kelompok atau suku bangsa tertentu lebih intens. Informasi mengenai pengetahuan lokal itu didapat dan diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya ialah dengan meneliti bahasa yang mereka pakai dalam berbagai ranah. Dalam bahasa terdapat sejumlah leksikon/kosakata dan bentuk ekspresi lain yang dapat  memberikan petunjuk dan informasi berharga mengenai bagaimana masyarakat penutur memikirkan dunianya,seperti tradisi Balimau. Tradisi ini mewakili cerminan sikap, pandangan, dan pola hidup masyarakat Minangkabau.

Kata Balimau terdiri atas satu kata limau ‘jeruk’ yang mendapat  imbuhan {ba-} yang bermakna aktivitas. Dalam terminologi orang Minangkabau, Balimau adalah mandi mensucikan diri (mandi wajib) dengan limau (jeruk nipis) ditambah ramuan alami beraroma wangi dari daun pandan, bunga kenanga, dan akar tanaman gambelu yang semuanya direndam dalam air hangat, lalu dioleskan ke kepala. Makna dari tradisi Balimau adalah untuk kebersihan hati dan tubuh manusia dalam rangka mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa.

Tradisi Balimau awalnya dilakukan sebagai jelang-menjelang antara dua atau lebih kerabat. Seperti lazimnya orang yang nikah, menjelang orang tua/mertua. Tujuannya agar orang yang didatangi membersihkan dan mensucikan diri. Namun, tempatnya tidak dilakukan di tempat umum. Inti dari tradisi Balimau itu adalah dalam rangka mempererat tali silaturrami, mensucikan diri sejalan dengan ajaran agama Islam (Sumber: Suhendri Datuk Siri Maharajo, Ninik Mamak di Nagari Balingka Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam).

Dari sudut pandang arti secara leksikal, kata Balimau dalam bahasa Minangkabau di atas tampak sederhana, tetapi dalam  konteks pemahaman budaya sangat kompleks. Ini dikarenakan adanya kaitan erat dengan cara pandang penutur bahasa tersebut. Dalam menamai sesuatu, pemakai bahasa memasukkan konsep yang dinamai dalam kategori tertentu. Oleh karena itu, tidak heran jika ilmu yang mengkaji masalah makna yakni semantik sering diartikan sebagai  studi analisis terhadap perspektif-perspektif yang terkristalisasikan dalam kata, di mana antara kata dan sesuatu yang disebut dengannya terdapat sesuatu proses khusus konstruksi realitas.

Lebih jauh, pikiran kita tidak hanya memantulkan struktur realitas secara pasif, melainkan secara lebih aktif dan positif melihat realitas dan sudut pandang tertentu, dan dengan realitas mental inilah realitas ada bagi kita. Setiap kata mewakili satu kategori lingual terhadap realitas nonlingual, salah  satunya tradisi Balimau. Kategori ini dilakukan atas dasar suatu prinsip yang terbentuk secara historis dan kultural. Kata yang dipakai mewakili suatu pandangan  tertentu di dalamnya kita melihat dunia, dan apa yang disebut konsep  tidak lain adalah kristalisasi pandangan subjektif terhadap kata tersebut. Akan tetapi, sifat pandangan ini adalah sosial, milik dari keseluruhan  masyarakat bahasa yang ditransmisikan dari generasi ke generasi (Cann, 1993:1).

Menurut  Chaer (2003:310-312),  pada masa yang relatif singkat, makna sebuah kata akan  tetap sama, tetapi dalam  kurun waktu relatif lama ada kemungkinan makna sebuah kata akan berubah. Dalam  hal ini, ada kemungkinan  tidak berlaku untuk semua kosa kata yang terdapat pada sebuah bahasa melainkan  hanya terjadi pada sebuah kosakata saja. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; 1. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, 2. Perubahan  sosial budaya, 3. Perbedaan bidang pemakaian, 4. Pertukaran tanggapan indera, dan 5. Adanya asosiasi..

Berdasarkana pendapat Chaer di atas,  kata Balimau mengalami perubahan makna dari makna sebelumnya. Tradisi Balimau  tidak lagi dipahami sebagai tradisi untuk kebersihan hati dan tubuh  manusia dalam rangka mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa, melainkan sudah beranjak kepada tradisi mandi bersama di tempat umum, berkumpul, beramai-ramai dengan menggunakan kendaraan, berkeliling kota sehari sebelum Ramadan tiba.

Perubahan  makna tradisi Balmau  disebabkan oleh adanya perubahan sosial budaya masyarakat Minangkabau dalam merespon perkembangan zaman. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola hidup suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan ini terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Perubahan sosial budaya terjadi kerena beberapa faktor, di antaranya cara dan pola pikir masyarakat, perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi, bencana alam, peperarangan, dan pengaruh kebudayaan lain.

Perubahan sosial budaya dan perubahan budaya merupakan dua hal yang sulit bahkan tidak bisa dipisahkan, karena perubahan budaya bisa ditimbulkan akibat perubahan sosial atau juga sebaliknya perubahan sosial bisa timbul akibat perubahan budaya.  Para ahli sosiologi pernah mengklasifikasikan masyarakat menjadi masyarakat yang statis dan dinamis. Masyarakat statis merupakan masyarakat yang mengalami sedikit sekali perubahan dan perubahan itu berjalan lambat. Adapun  masyarakat dinamis merupakan  masyarakat yang mengalami berbagai perubahan secara cepat. Oleh karena itu, pada masa tertentu, suatu masyarakat dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis, sedangkan masyarakat lainnya dianggap sebagai masyarakat dinamis. Segala perubahan yang terjadi tidak selalu berarti kemajuan (progress),namun dapat pula berarti sebagai kemunduran (regress).

Dalam konteks masyarakat  Minangkabau, perubahan makna terhadap tradisi Balimau yang disebabkan oleh perubahan sosial budaya menunjukkan bahwa masyarakat Minangkabau itu adalah  masyarakat yang dinamis, yang bergerak menuju perubahan.  Hal yang perlu dipahami, bagaimanapun  tradisi budaya yang hidup dalam suatu masyarakat bebas dari penilaian baik dan buruk. Perubahan pemaknaan tradisi Balimau  dalam masyarakat Minangkabau merupakan  realitas masyarakat yang terus bergerak mencari dan memaknai jati dirinya. Wauallahu a’alam bis shawabi.

Tags: #Alex Darmawan
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Djoe HT Bagindo dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Sesudah

Puisi-puisi Rilen Dicki Agustin

Berita Terkait

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Realitas Kekuasaan Budaya Politik Elite di Indonesia

Senin, 12/5/25 | 08:22 WIB

Oleh: Muhammad Syaifuddin Aziz (Mahasiswa Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya) Kekuasaan merupakan konsep sentral dalam...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Senin, 12/5/25 | 08:12 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana Hukum Islam, Universitas Islam Negeri Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi) Dunia modern bergerak dengan kecepatan yang luar...

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Pandangan Khalil Gibran tentang Musik sebagai Bahasa Rohani

Minggu, 11/5/25 | 11:53 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha (Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Sebagai orang yang benar-benar menghargai seni sepanjang...

Antara Suspense dan Komedi dalam Novel Lupus: Iiih Syereem!

Antara Suspense dan Komedi dalam Novel Lupus: Iiih Syereem!

Minggu, 11/5/25 | 09:56 WIB

Oleh: Rosidatul Arifah (Mahasiswi Sastra Indonesia dan Anggota Labor Penulisan Kreatif LPK FIB Universitas Andalas)   Tiap-tiap manusia memiliki beragam...

Sulitnya Gen Z  Menabung di Era Digital

Sulitnya Gen Z Menabung di Era Digital

Minggu, 04/5/25 | 08:39 WIB

  Oleh: Adinda Zaleyka Az Zahra S (Mahasiswa Prodi Akuntansi dan Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia 32 Universitas Andalas) Di era...

Gaya Bahasa dalam Puisi “Dugaan Jawaban” karya Maryatul Kuptiah

Gaya Bahasa dalam Puisi “Dugaan Jawaban” karya Maryatul Kuptiah

Minggu, 04/5/25 | 08:31 WIB

  Oleh: Mayang Puti Ifanny (Mahasiswi Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas dan Bergiat di UKMF Labor Penulisan Kreatif) Permasalahan...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Rilen Dicki Agustin

Puisi-puisi Rilen Dicki Agustin

Discussion about this post

POPULER

  • Sekda Dharmasraya Mundur dari Jabatannya, Ada Apa?

    Sekda Dharmasraya Mundur dari Jabatannya, Ada Apa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Polisi Ungkap Motif Ayah Tiri Bunuh Anak di Dharmasraya: Sakit Hati Ditagih Utang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keunikan Kata Penghubung Maka dan Sehingga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024