Ikrar pada Sang Akbar
Kutembangkan elegi pada raja malam
pada ombak yang menghantarkan buih ke tepian
pada angin yang mendekap dinginnya lautan
pada layar yang hendak berlabuh di perhentian
Sepasang netra menyisir celah cahaya
siluet membias di bibir dermaga
dua Insan membeku dalam jaga
riak memecah palung hampa
Kugurat nirmala renjana dalam darah yang berdesir
kukalamkan pada empunya takdir
asmamu selalu kurapalkan dalam
pilu titik nadir dan hela napas terakhir
Padang, 2021
Amorfati
Di ujung jalan bersimpang
tersaji kepelikan yang membentang
dilanda hausnya peng-usaian
dibungkus isak, tangis, dan ratapan
Aku ingin mengumpati takdir
mencaruti bisikan yang acap kali mampir
“Kau adalah hamba, barang wajar diamuk derita,”
ujar Israfil lewat terompetnya yang terampil
Bila Zeno masih dibalut atma
kupastikan ia bersabda
dalam firman kitab Stoa
“Amorfati…Amorfati…Amorfati,”
teriaknya lantang hingga menggelegar ke tudung bumi
Padang, 2021
Skripsi
Komplikasi yg ditimbulkan revisi skripsi
ia menyumbat laju nadi
memperlambat denyut jantung muda-mudi
mengundang lagi vertigo yang usai diterapi
Ratusan kali tersungkur
ribuan kali terbentur
satu kalam Tan Malaka yang harus
dihujam ke dada mahasiswa “Terbentur, terbentur, terbentuk”
Banyak mimpi yang sedang menanti
literan keringat yang harus dibayari
tak ada yang gratis
semua harus dikorbankan habis
Padang, 2021
Biodata:
Mita Handayani lahir dan besar di Talunan Maju, Solok Selatan, Sumatera Barat. Alumni Jurusan Sastra Inggris Universitas Andalas ini aktif bergiat di Komunitas Lapak Baca Pojok Harapan. Buku tunggalnya berjudul “Memories of Netherlands: My Travel Stories”. Tulisannya juga telah dimuat di beberapa media cetak dan daring.