oleh:
Ferizal Ridwan
Wakil Bupati Lima Puluh Kota
Syukur, Alhamdulillah, banyak masyarakat yang menghubungi kami melalui telpon, SMS dan pesan WA agar bisa mengikuti tes swab. Ini terjadi setelah kami menyampaikan dan menyatakan kesiapan dan keiklasan kami selaku relawan Covid-19 untuk memfasilitasi dan melayani masyarakat.
layanan ini kami berikan kepada masyarakat Lima Puluh Kota yang tak berkesempatan dan berkemampauan, yang ragu dan galau ataupun panik, khususnya tentang penanganan, protap, kebijakan serta pengalaman pernah kontak dengan PDP, ODP, OTG atau yang telah diumumkan positif Covid-19 yang sampai Kamis (14/05) sudah sebanyak 8 orang.
Kami juga berusaha membantu sembako bagi masyarakat yang mau mengisolasi diri atas kesadaran sendiri, yang tak terjangkau dan terdata petugas, atau yang juga pernah kontak dengan pasien positif Kota Payakumbuh yang sudah mencapai 13 orang.
Masyarakat yang menghubungi kami karena, menurut mereka punya riwayat kontak dengan pasien positif, baik langsung maupun orang ke tiga atau seterusnya menurut aliran kontak tersebut. Sekitar 40 % lainnya menghubungi kami terkait masalah Shalat Jumat, Tarawih, Shalat berjemaah, yang masih dilakukan sebagian masyarakat disaat pandemi ini. Begitu juga dengan ditribusi bantuan dan juga banyak yang meminta bantuan.
Setelah kami layani satu persatu, dan jawab semua yang dipertanyakan dan diskusikan atas kebijakan dan berbagi pengalaman, maka kami menyimpulkan bahwa sebenarnya masyarakat perlu diberikan kejelasan informasi dan aturan atau protap terkait Covid-19 ini. Kata-kata ” jujurlah kepada Rakyat ” kami rasa paling tepat.
Disamping itu masyarakat mesti diedukasi, dibimbing dan curahkan perhatian kepada mereka, mencurahkan donasi bantuan dan fasilitasi juga suatu keharusan.
Yang tak kalah penting juga adalah meluruskan informasi atau berita yang berkembang. Karena itulah kami sekitar dua hari lalu meminta kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk meluruskan informasi yang disampaikan di radio, khusunya tentang pemakaian masker dan anjurannya jangan dekat dekat dengan hewan.
Kepastian kebijakan atau regulasi juga ditunggu oleh para pemangku kepetingan, baik organisasi perangkat daerah (OPD) Camat, Wali Nagari maupun para relawan dan satgas Covod-19 menurut tingkatannya. Pengalaman tragedi kemanusiaan yang kami lalui beberapa hari lalu jangan sampai terjadi lagi.
Seperti kejahatan karena tidak memenuhi permintaan pool tes swab 100 sampel sebagaimana yang diungkapkan oleh Gubernur di beberapa media. Perintaan pool tes tersebut merupakan dasar perimbangan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Lambat dan terbatasnya kemampuan pengambilan swab di Lima Puluh Kota, kesipan APD, vitamin dan alat-alat medis, termasuk 100 ribu masker yang baru biasa diserahterimakan tanggal 26 Mai besok ini. disaat PSBB akan berakhir.
Ditambah belum keluarnya aturan atau Perbup dan SK Bupati untuk tindaklanjut PSBB 1 maupuan PSBB 2, lambatnya konferensi perss satgas covid-19 menumumkan hasil labor tes swab, disamping sulitnya akses informasi penangannan covid-19. Begitu juga dengan batalnya pengambilan Swab di Mangilang, tempat 3 warga Lima Puluh Kota positif Covid-19.
Hal lainnya adalah ketakutan warga menyelangarakan jenazah. Selain itu kalangan elit yang masih berdebat dengan masalah yang sudah jelas yakni maslah kewenangan. Dan ego yang dikedepankaan. Mari kesampingkan itu semua karena sebenarnya “urusan kemanusiaan diatas dari derjat kemuliaan jabatan”. Inilah yang kami lalui beberapa hari kebelakang.
Kembali ke ratusan mereka yang menghubungi kami. Ternyata setelah mendapat penjelasan langsung, sebahagian besar yang semula minta difasilitasi tes swab ke rumah sakit Adnan WD, karena saya telah koordinasi dan dapat ijin Wali Kota Payakumbuh, juga atas petunjuk Gubernur, tinggal 5 orang saja yang meneruskan untuk difasilitasi tes swab.
Sebahagian besar lainnya itu telah puas dengan penjelasan dan informasi yang kami berikan. Ternyata ada dua penyebabnya, pertama ketidak tahuan bagaimana Covid-19, bagaimana protap, apa langkah yang diambil jika ada wabah itu disekeliling mreka. Masyarakat lebih banyak mendapatkan kabar pertakut.
Kedua, secara pisikologi masyarakat terbebani rasa cemas, pemikiran yang tidak tidak menentu, serta sifat bawaan yg kurang semangat atau antusiasnya yang kurang. Sekali lagi ada benarnya penyakit itu datang 90 % dari pemikiran, sisanya dari pola makan dan kecelakaan.
Justru itu menurut kami, saat ini bagaimana pengayoman, edukasi, keterbukaan serta pelayanan jeput bola dan koordinasi yang baik, terarah dan terukur. Disamping itu, bimbingan rohani yang kuat, perlu dilakukan saat ini untuk memutus mata rantai peyebaran Covid-19.
Kerja cerdas, kerja iklas, serta kerja sama kita kedepan harus juga mulai pada orientasi penguatan pangan rakyat dan jaminan ketersediaanya
#membumikankerjarahmatanlilalamin
#bersahabatdengancovid19
#bencanasegeraberlalu
Discussion about this post