Rabu, 03/12/25 | 02:42 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home Unes

Mengobrolkan “Sampai Jadi Debu”

Minggu, 27/8/23 | 13:16 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)

“Sampai Jadi Debu” adalah salah satu lagu dari Banda Neira yang menurut saya begitu romantis. Bila didengarkan, lagu ini berlangsung cukup lama, yaitu sekitar 6 menit 48 detik. Meskipun tergolong lama, lagu ini justru memiliki lirik yang singkat dan sederhana. Lagu yang turut serta menampilkan gubahan musik dari Gardika Gigih ini terasa amat dalam dan menyentuh.

Beberapa hari lalu saya mendengarkan lagu ini lagi untuk kesekian kalinya. Sembari mendengar lagu, saya membaca sebuah buku yang baru saja dibeli. Membaca sambil mendengar lagu adalah dua aktivitas yang sering saya lakukan secara beriringan. Di halaman pertama buku yang sedang dibaca itu saya mendapati sebuah pertanyaan yang membuat saya agak tercenung.

“Apa makna pernikahan bagi kalian berdua?” Begitulah bunyi pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang sebetulnya ditanyakan oleh seorang psikolog kepada kliennya ketika menjalani konseling pranikah. Saya turut memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut, sebab saya juga menanyakannya kepada diri sendiri.

Di saat sedang tercenung itu, Rara Sekar mulai menyanyikan lirik setelah dua menit lebih suara piano mengalun lirih. “Badai Tuan telah berlalu/ salahkah ku menuntut mesra?/ Tiap pagi menjelang/ Kau di sampingku/ Ku aman ada bersamamu”. Pada lirik setelahnya, Ananda Badudu juga turut serta bernyanyi. Liriknya berbunyi, “Selamanya/ Sampai kita tua/ Sampai jadi debu/ Ku di liang yang satu/ Ku di sebelahmu”. Begitulah bunyi lirik di bait pertama lagu itu.

BACAJUGA

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB
Suatu Hari di Sekolah

Antara Deadline dan Bedcover

Minggu, 14/9/25 | 18:56 WIB

Bait kedua lagu “Sampai Jadi Debu” dinyanyikan oleh Ananda Badudu. “Badai Puan telah berlalu/ Salahkah ku menuntut mesra?/ Tiap Taufan menyerang/ Kau di sampingku/ Kau aman ada bersamaku”. Begitulah liriknya dinyanyikan.

Entah bisa dikaitkan entah tidak, makna yang terpikirkan sejak lama terkait pertanyaan yang ditemukan dalam buku tadi ialah seperti dalam lirik yang baru saja didengarkan. Pada hubungan yang dijalin oleh Tuan dan Puan di dalam lagu, terdapat ruang untuk bermesraan bagaimanapun badai berlalu-lalang. Kemesraan itu sendiri adalah sesuatu yang saling diberikan serta saling diterima. Pada hubungan keduanya juga terdapat rasa aman. Sebagaimana kemesraan, rasa aman ini pun juga saling diberikan dan diterima.

Lagu Banda Neira yang romantis ini sebetulnya berlatar belakang kisah yang begitu menyentuh. Ananda Badudu membuat lagu ini berdasarkan kisah cinta kakek dan neneknya (ia memanggilnya Moma dan Popa). Lagu ini pertama kali diperdengarkan kepada Momanya ketika beliau harus dirawat di ruang yang setingkat lebih tinggi dari ICU. Ruang yang katanya sebagai tempat untuk menangani pasien yang berada di ambang hidup dan mati.

Ananda Badudu juga mengungkap bahwa Momanya telah dua kali berhasil sembuh dari kanker dan berjuang dengan diabetes. Barangkali, bagian inilah yang disebut sebagai “Tiap taufan menyerang” di dalam lirik. Meski begitu, Popa selalu ada di sampingnya dan meyakinkan istrinya bahwa ia akan selalu aman bersamanya. Sebagaimana lagu, bagi keduanya hal itu berlangsung selamanya, sampai mereka tua, sampai menjadi debu.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Fenomena Imbuhan Se-

Berita Sesudah

Sabda dan Dawuh Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Perspektif Max Weber

Berita Terkait

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Hujan yang Merawat Diam

Minggu, 23/11/25 | 19:52 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Hujan selalu punya cara sederhana untuk membuat saya berhenti sejenak. Di antara rintik yang...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Tentang Usaha yang Tidak Terlihat

Minggu, 09/11/25 | 20:13 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Dalam setiap pertandingan olahraga selalu ada dua kemungkinan, menang atau kalah. Dari kejauhan semuanya...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Ketika Hasil Tak Sepenting Perjalanan

Minggu, 26/10/25 | 21:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Libur kuliah dahulu selalu terasa seperti lagu merdu yang menandai kebebasan. Setelah berminggu-minggu bergulat...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Satu Lagu Untuk Pulang

Minggu, 19/10/25 | 20:11 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, saya menulis tentang kebiasaan aneh tapi menyenangkan, mendengarkan satu lagu saja, berulang-ulang...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Minggu, 12/10/25 | 19:23 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Entah mengapa, hari itu saya hanya ingin mendengarkan satu lagu. Satu lagu saja! Padahal...

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Ada satu fenomena unik yang saya kira hampir semua kita pernah...

Berita Sesudah
Disrupsi dan Suksesi Tampuk Kepemimpinan

Sabda dan Dawuh Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Perspektif Max Weber

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Helikopter Bawa Bantuan ke Daerah Terisolasi, Upaya Donizar Berbuah Hasil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PDAM Padang Kerahkan Mobil Tangki Gratis, Krisis Air Bersih Dipastikan Tetap Terkendali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Update Data Korban Bencana Hidrometeorologi di Sumbar: 176 Meninggal, 117 Masih Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gerakan Pangan Murah Digelar di Padang, Pemerintah Redam Kenaikan Harga Pasca Bencana

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024