Kreativitas warganet di media sosial memang tiada lawan. Hampir setiap saat ada saja kreativitas mereka dalam berbahasa. Sebelumnya warganet pernah menciptakan frasa ter-Zidan-Zidan dan sudah diulas oleh Elly Delfia dalam Klinik Bahasa Scientia.id pada 12 Desember 2021 (baca: “Ter-Zidan-Zidan, Sebuah Fenomena Hypnotic Language Pattern”). Dalam tulisan tersebut, dijelaskan bahwa penggabungan afiks ter- dengan nama orang, seperti Zidan dan Nabila merupakan fenomena baru yang tidak lumrah.
Selain fenomena imbuhan ter-, warganet pernah juga berkreasi dengan imbuhan meng- yang pernah saya tulis dalam Klinik Bahasa Scientia.id edisi 10 Oktober 2021 (baca: “Fenomena Penggunaan Afiks Meng- di Media Sosial”). Afiks meng- bergabung dengan kata sifat, seperti sedih, bingung, dan marah, serta bergabung dengan kata kerja, seperti pukul sehingga membentuk meng-sedih, meng-bingung, meng-marah, dan meng-pukul. Penggunaan afiks meng- tersebut juga merupakan bentuk baru yang tidak lumrah atau tidak wajar dalam proses afiksasi bahasa Indonesia.
Akhir-akhir ini warganet kembali berkreativitas dengan imbuhan dalam bahasa Indonesia. Mereka menggunakan imbuhan se- untuk mengungkapkan perasaan mereka yang paling dalam. Ketika seorang warganet ingin menyampaikan bahwa pekerjaannya banyak, kacau, dan tidak beraturan, dia menggunakan kata semorat-marit. Kita bisa melihatnya dalam tulisan berikut.
(1) Jadi wali kelas emang boleh semorat-marit ini? Sibuk ngurus siswa, sibuk ladenin walimurid, sibuk nyiapin lomba 17-an, sibuk kelola nilai siswa, sibuk raport-an, sibuk dekorasi kelas, sibuk rapat sana sini.
(2) Ngejar karir, ngejar jodoh, ngejar duit, ngejar deadline, ngejar gelar, ngejar ekspektasi keluarga, emang boleh hidup semorat-marit ini?
(3) Ngejar karier, ngejar kepastian kamu, ngejar umur orang tua, emang boleh semorat-marit ini?
Kata ulang berimbuhan semorat-marit digunakan dalam satu kalimat pertanyaan, yaitu emang boleh semorat-marit ini? Kalimat tersebut memang disampaikan dalam kalimat tanya, tetapi sesungguhnya kalimat tersebut memiliki makna lain. Penutur tidak ingin bertanya, tetapi ingin mengungkapkan perasaannya yang campur aduk. Mau marah, tapi tidak tahu marah kepada siapa? Mau menolak, tapi butuh pekerjaan. Mau sedih, tapi hidup harus terus berjalan. Jadi, penutur menggunakan strategi lain dalam bahasa yang disampaikannya.
Dia tidak menggunakan kalimat ekspresif untuk mengungkapkan perasaan, keresahan, atau pendapat, tetapi menggunakan kalimat tanya atau kalimat interogatif dengan tujuan yang sama. Sama-sama bertujuan mengungkapkan perasaan, tetapi dengan cara menyembunyikannya melalui kalimat tanya. Kita dapat memaknai strategi yang dipakai warganet ini melalui pragmatik. Yule (2006) mengungkapkan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Tarigan (2009) mengkhususkan bahwa kajian pragmatik dapat digunakan untuk menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus yang merupakan wadah aneka konteks sosial.
Tuturan Emang boleh semorat-marit ini? dapat dinilai sebagai salah satu strategi yang dipakai untuk menghindari emosi negatif dalam diri seseorang, seperti mengeluh, tidak bersyukur, dan putus asa. Mereka harus bersyukur karena sudah mendapatkan pekerjaan karena banyak orang lain yang hingga saat ini (bahkan sudah mendapatkan pendidikan tinggi sampai S-2 dan S-3), belum mendapatkan pekerjaan.
Dalam situasi lain, seorang ibu rumah tangga juga menggunakan strategi ini untuk bersyukur. Di balik kegiatan sehari-harinya dalam mengurus rumah, dia menggunakan kalimat tanya ini untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa hidup tidak selalu tentang nilai ekonomi, tetapi juga tentang nilai ibadah.
(4) Nyuci baju di mesin cuci. Masak nasi di rice cooker. Marinasi kulit ayam pakai bumbu instan. Masak kulit ayam pakai air fryer. Nyuci piring seabrek. Nyapu pakai vacum cleaaner. Emang boleh serelate ini? 30 menit bisa ngapain aja bun di rumah? Insyaallah ada pundi-pundi pahala di setiap sudut rumah ya bun.
Kata relate dalam bahasa Inggris bermakna ‘mengaitkan’. Diksi serelate dalam data (4) digunakan untuk menunjukkan situasi yang dialami penutur sebagai ibu rumah tangga yang mampu mengerjakan banyak pekerjaan dalam waktu yang bersamaan. Dalam 30 menit, dia bisa mencuci baju, memarinasi dan memasak kulit ayam, mencuci piring, serta menyapu rumah. Bagi kebanyakan orang, pekerjaan tersebut membutuhkan waktu 2—3 jam. Namun, seorang ibu rumah tangga bisa mengerjakannya dalam waktu yang lebih cepat.
Kalimat Emang boleh serelate ini? juga sebenarnya bukan untuk bertanya. Si penutur ingin mengungkapkan perasaannya bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu banyak. Namun, banyak orang tidak menghargai pekerjaan ibu rumah tangga karena tidak bernilai ekonomi. Padahal, meskipun ibu rumah tangga tidak pernah menghasilkan uang, pekerjaan yang dianggap sepele itu mampu membuat anggota rumah tangga yang lain menjadi nyaman dan juga dapat menghemat uang yang dihasilkan oleh kepala keluarga. Makanan tersaji, pakaian siap dipakai, serta rumah juga bersih dan rapi. Untuk memotivasi ibu rumah tangga lain, si penutur pun menambahkan kalimat “Insyaallah ada pundi-pundi pahala di setiap sudut rumah ya bun”.
Tampaklah bahwa kalimat tanya yang dipakai oleh warganet dalam unggahan di media sosial merupakan strategi untuk mengungkapkan perasaannya. Mereka menyembunyikan perasaan sedih, lelah, dan kecewa dengan kalimat tanya “Emang boleh seperti ini”. Namun, dalam kalimat tersebut, dideskripsikan hal-hal berat yang sudah dilalui untuk menjadi pertimbangan bagi banyak orang agar mampu menghargai pekerjaan yang sudah mereka lakukan. Strategi ini merupakan cara terbaik untuk meraih simpati dan empati banyak orang dibandingkan dengan kalimat yang mengeluh yang justru dapat memunculkan sikap antipati. Kajian pragmatik memang fokus pada kesantunan dalam berbahasa. Menyembunyikan maksud di balik bahasa merupakan strategi yang lebih santun dibandingkan menggunakan kalimat langsung atau kalimat denotatif.
Dibalik kajian pragmatik ini, ada lagi hal menarik yang patut kita kaji secara morfologi. Chaer (2015) menjelaskan bahwa morfologi adalah ilmu tentang bentuk-bentuk dan pembentukan kata, sedangkan Ramlan (2019) menyatakan bahwa morfologi adalah bagian ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata dan pengaruh perubahan bentuk kata pada golongan dan juga arti kata. Fenomena imbuhan se- yang dipakai warganet di media sosial ini menarik dikaji secara morfologi. Bagaimana proses pembentukan kata yang diciptakan oleh warganet tentang imbuhan se- ini? Mari kita simak beberapa bentuk yang dihasilkan berikut.
(5) Emang boleh seBarbie ini?
(6) Emang boleh sesemangat ini menghafal perkalian?
(7) Emang boleh semenyinyir ini?
(8) Emang boleh semudah ini bayar asuransi?
(9) Emang boleh sejahat ini? Kamu jahat ngebiarin aku cinta sendirian.
(10 Emang boleh sebertubi-tubi ini masalah yang menghampiri?
(11) Emang boleh seberharap itu?
(12) Emang boleh secantik ini air terjunnya?
Dari kreasi pembentukan kata melalui imbuhan se- tampak bahwa imbuhan se- bergabung pada dua bentuk, yakni 1) bentuk dasar berupa Barbie, semangat, mudah, jahat, dan cantik; serta 2) bentuk berimbuhan berupa menyinyir, bertubi-tubi, dan berharap. Pada bentuk dasar, kita bisa melihat bahwa ada bentuk yang sudah wajar. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan se- bergabung pada bentuk dasar yang merupakan kata sifat, seperti se + cantik, se + jahat, dan se + mudah. Dalam pembentukan tersebut, makna yang dihasilkan adalah ‘sebanding, sama dengan, atau serupa dengan’. Kita bisa lihat pada kalimat berikut
(13) Nia Ramadhani bisa secantik Barbie. (bangka.tribunnews.com)
‘Nia Ramadhani sama cantiknya dengan Barbie’.
(14) J.K. Rowling menyebut Voldemort tak sejahat Donal Trump. (seleb.tempo.co)
‘J.K. Rowling menyebut Voldemort tidak sebanding jahatnya dengan Donal Trump’.
Kalimat ini menunjukkan bahwa Donal Trump lebih jahat daripada Voldemort.
(15) Menulis semudah tersenyum (judul buku Wahyudi Siswanto dan David Ming)
‘Menulis sama mudahnya dengan tersenyum’.
Bentuk secantik, sejahat, dan semudah sudah ada dalam bahasa Indonesia dan memiliki makna ‘sama dengan, sebanding, dan serupa dengan’. Sebaliknya, bentuk seBarbie dan sesemangat merupakan bentuk yang tidak lumrah dalam bahasa Indonesia. Jika kita analisis, pembentukan kata seBarbie sama dengan ter-Zidan-Zidan. Pembentukan imbuhan dengan nama orang tidak lumrah dalam bahasa Indonesia. Namun, jika melihat konteks kalimatnya, fungsi imbuhan se- pada kalimat “Emang boleh seBarbie ini?” menghasilkan makna yang sama dengan secantik. Kalimat “Emang boleh seBarbie ini?” maksudnya adalah sebuah pertanyaan untuk menyatakan apakah boleh seseorang secantik Barbie atau sama cantiknya dengan Barbie?
Sementara itu, kata semangat dalam bahasa Indonesia bermakna ‘nafsu (kemauan, gairah) untuk bekerja, berjuang, dan sebagainya’. Bentuk sesemangat diciptakan untuk menunjukkan kondisi yang berlebih-lebihan bagi seseorang yang memiliki gairah atau kemauan tinggi. Kita bisa menilai bahwa bentuk sesemangat merupakan klimaks atau puncak kemauan yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu. Namun, dalam bahasa Indonesia, kita tidak mengenal bentuk sesemangat. Bentuk ini tidak direkomendasikan dipakai untuk menunjukkan energi yang berlebih. Kita dapat menggantinya dengan sangat semangat, paling semangat, atau semangat sekali. Dengan demikian, pilihan kalimat yang tepat untuk kalimat (6) adalah sebagai berikut.
(6a) Emang boleh semangat sekali menghafal perkalian?
Bentuk yang tidak lumrah juga tampak pada gabungan imbuhan se- dengan bentuk berimbuhan menyinyir, bertubi-tubi, dan berharap yang membentuk kata semenyinyir, sebertubi-tubi, dan seberharap. Bentuk tersebut lebih tepat bergabung dengan adverbia berupa paling atau sangat, seperti membentuk sangat berharap atau paling berharap. Bentuk bertubi-tubi sudah menunjukkan kondisi tiada henti atau terus-menerus sehingga tidak perlu ditambahkan imbuhan se- atau adverbia paling dan sangat. Semenyinyir juga merupakan bentuk yang tidak tepat. Jika ingin menunjukkan kondisi paling, kita dapat menggunakan adverbia sangat atau paling sehingga bentuk yang tepat adalah sangat nyinyir atau paling nyinyir. Kita bisa melihat perubahannya dalam kalimat berikut.
(16) Emang boleh sangat nyinyir?
(17) Emang boleh paling nyinyir?
Meskipun demikian, bentuk semorat-marit, seBarbie, semenyinyir, sebertubi-tubi, dan seberharap adalah fenomena bahasa. Fenomena bahasa ini muncul karena kreasi yang diciptakan oleh sekelompok orang untuk mengekspresikan dirinya. Sebagaimana fenomena bahasa ter-Zidan-Zidan dan fenomena penggunaan kata meng-sedih, meng-marah, dan meng-pukul, semua terjadi pada kurun waktu yang sangat singkat. Ketika ada fenomena baru lagi, fenomena bahasa tersebut akan menghilang. Hal ini menunjukkan kepada kita betapa bahasa sangat dinamis. Selalu ada variasi yang muncul selama kita berbahasa. Nah, kira-kira kreasi apa lagi ya yang akan diciptakan warganet?
Discussion about this post