Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)
Kurun waktu dua minggu ini, saya menjadi akrab dengan kata ‘klinik’. Seseorang memperkenalkan kata itu dengan makna yang lain. Saya pun sering diajak olehnya untuk mampir ke klinik yang ia maksud. Awalnya, saya bingung ketika ia menyebut ‘klinik’. Saya pikir ia sedang sakit dan hendak berobat. Kebetulan pula ketika itu ia baru saja sembuh dari sakit dan saya menduga saat itu ia belum benar-benar pulih.
Rupanya, ‘klinik’ yang dimaksud ialah tempat makan. Sebelum mengenal tempat makan yang disebutnya dengan ‘klinik’, saya mengenal tempat semacam itu sebagai ‘pemadam kelaparan’. Meskipun keduanya dapat diartikan sebagai tempat yang mengenyangkan namun keduanya juga memiliki perbedaan yang signifikan.
Pemadam kelaparan dapat menjadi tempat yang dibutuhkan oleh semua orang ketika mereka lapar, tetapi tidak dengan klinik. Klinik hanya cocok untuk orang-orang lapar dengan kondisi kesehatan tertentu, terutama kondisi kesehatan lambung. Artinya, tidak semua pemadam kelaparan adalah klinik, tetapi semua klinik sudah pasti pemadam kelaparan. Tempat makan dalam sebutan klinik tidak hanya bertujuan untuk membuat seseorang menjadi kenyang, tetapi juga tetap sehat. Setidaknya, lambungnya tidak bermasalah setelah berkunjung ke tempat tersebut.
Setelah lebih dari dua minggu sering menghabiskan waktu bersama, cukup banyak klinik yang kami kunjungi. Dalam sehari bahkan mengunjungi dua klinik yang berbeda. Akan tetapi, adakalanya pula kami mampir ke klinik yang salah. Semula, kami mengira tempat tersebut adalah klinik, ternyata bukan. Bila mampir ke klinik yang salah, ini adalah hal buruk bagi kami berdua.
Teman dekat saya yang memperkenalkan klinik dengan makna lain tersebut memiliki masalah dengan lambungnya. Baginya, pemadam kelaparan yang bisa dikategorikan sebagai klinik adalah tempat yang tidak menyebabkan masalah di lambungnya yang sensitif. Ia memiliki klinik langganan yang sering dikunjungi. Di klinik tersebut, selain kenyang ia juga dapat merasa lebih sehat.
Tadi malam, untuk bermalam minggu, kami mampir ke sebuah klinik. Saya amat senang, sebab kesempatan ini amatlah jarang karena kami tinggal cukup berjauhan. Pikir saya, kami bisa menghabiskan waktu untuk omong-omong banyak hal sambil menyeduh dan mengicip pesanan yang tersisa.
Setelah melahap pesanan masing-masing, teman dekat saya tiba-tiba saja berulang kali ke toilet. Dia bilang, ia mulai merasa mual. Ada makanan yang ternyata tidak cocok dengan lambungnya. Rupanya, kami mengunjungi klinik yang salah. Tempat itu bukan klinik melainkan pemadam kelaparan.
Karena terlalu senang bisa bermalam minggu bersama, saya kurang peka terhadap kondisi teman dekat saya itu. Karena keteledoran saya yang amat tak terpuji tersebut, saya mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Tentu saja, saya amat kapok untuk mengulangi keteledoran yang sama sebab masih banyak keteledoran lain yang tentu pula sebisa mungkin tidak akan pernah saya coba.
Discussion about this post