Ia menyebut, terjadinya hal tersebut disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin pesat serta tidak terkontrol. Di tambah telah melemahnya fungsi kontrol ninik mamak, alim ulama, maupun pemangku adat lainnya.
Meskipun demikian, hal itu tidak bisa dititikberatkan kepada fungsi kontrol ninik mamak, alim ulama maupun pemangku adat saja. Akan tetapi yang paling utama adalah kontrol dari keluarga inti dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
“Ini adalah bengkalai yang mesti cepat diantisipasi,” ujar Srikandi Golkar Sumbar itu saat diwawancara media. Minggu, (23/03/2025)
Oleh karena itu, ia menghimbau keluarga, masyarakat dan pemangku adat agar lebih ketat melakukan pengawasan terhadap aktivitas anak dan kemenakan. Sebab, yang bertanggung jawab menjaga dan melindungi keluarga, terutama generasi penerus keturunan.
“Mari kita kembalikan kepedulian terhadap kontrol sosial yang telah menjadi budaya bagi masyarakat Minangkabau sejak dulu,” imbaunya.
Kemudian, kata Siti, kembali diperkuat penanaman karakter generasi muda Minangkabau yang terkenal memiliki sopan santun dan mengutamakan Raso jo Pareso (rasa dan periksa). Sehingga hal itu menjadi benteng bagi generasi muda dalam bertingkah laku.
“Kenapa demikian, kita lihat saja sekarang, anak – anak itu lebih intens bermain HP ketimbang berdiskusi dengan orang tuanya. Dan bahkan saat berkumpul dengan keluarga pun ia sibuk dengan gawai di tangannya,” sebutnya.
Demikian itu, lanjut Siti, telah menunjukkan bahwa pengaruh teknologi telah memberikan pergeseran terhadap tingkah laku anak. Apalagi tidak adanya filter yang bisa membatasi akses teknologi terkait hal yang boleh dilihat.
“Nah, ini yang mesti diperhatikan. Sebab kita tidak tahu apa yang dilakukan anak saat mengakses teknologi itu. Maka dari itu mari bersama – sama kita kontrol aktivitas yang dilakukan anak – anak kita. Dan selalu tanyakan kepada mereka, apa yang dirasakan oleh dirinya setelah beraktivitas,” tuturnya.
Ia juga mengajak Bundo Kanduang untuk mendampingi dan mengawal tumbuh kembang anak. Selain menjadi Ibu, juga menjadi pilar utama sebagai guru dalam menanamkan nilai – nilai keagamaan dan kebudayaan.
“Dengan seperti itu, maka anak – anak akan terjaga dari hal – hal yang negatif,” tutupnya. (yrp)