
Ada kumbang hinggap di belimbing
Selamat datang di Penerbangan Citilink
Gurindam di atas adalah sapaan pramugara Citilink dari pengeras suara pesawat yang saya tumpangi ke Jakarta minggu lalu. Pantun yang berbentuk gurindam dua baris tersebut diikuti oleh pantun-pantun yang lain yang berisi informasi tentang keselamatan penerbangan dan aturan penggunaan perangkat elektronik di pesawat. Sapaan dalam bentuk bahasa pantun yang indah, jenaka, dan menyejukkan hati membuat para penumpang tersenyum-senyum. Terlihat rona gembira dan bahagia dari wajah mereka. Tidak hanya menyapa di awal keberangkatan, setelah pesawat mendarat beberapa buah pantun kembali dibacakan oleh pramugara untuk mengucapkan salam perpisahan dan mengucapkan terima kasih telah terbang bersama Citilink. Salah satunya pantun berikut.
Musim hujan baju pun basah
Sudah dijemur tak kunjung kering
Para penumpang selamat berpisah
Terima kasih sudah terbang bersama Citilink
Pantun-pantun di pesawat pagi minggu lalu itu memperlihatkan transformasi keramahtamahan layanan transportasi publik di Indonesia. Saya melihat para penumpang untuk sesaat teralihkan dari gadget yang mereka pegang dan tertarik mendengar pantun-pantun dari sang pramugara pesawat. Pantun yang memiliki asosiasi sederhana, kuna, dan lama berhasil mengalihkan perhatian orang-orang padanya. Selama ini, orang-orang hanya tertarik pada berbagai game, media social, dan hiburan kekinian yang tersedia di gadget. Saya cukup terkejut sekaligus bangga mendapati kenyataan bahwa pantun berhasil mengalihkan dunia mereka walaupun hanya sesaat.
Saat itu, saya menyadari bahwa Citilink telah selangkah lebih maju daripada penerbangan lain. Mereka dapat memanfaatkan potensi bahasa sebagai bahan hiburan dalam memberikan pelayanan terhadap penumpang. Salah satunya membuat penumpang merasa bahagia dan terhibur dengan sapaan dan informasi yang disampaikan melalui bahasa pantun dan gurindam. Di era digital saat ini di mana manusia telah teralienasi oleh teknologi dan perhatian manusia telah dikuasai oleh gadget, alternatif hiburan lain harus ada untuk mengalihkan perhatian manusia tersebut.
Membudayakan kembali tradisi pantun sebagai bagian dari pemanfaatan potensi bahasa untuk menyapa penumpang di pesawat merupakan salah satu cara yang unik. Memang, dunia penerbangan seharusnya tidak hanya memikirkan keselamatan penumpang untuk sampai di tujuan, tetapi juga harus memikirkan strategi baru yang dapat memberikan sudut pandang lain sebagai alasan mengapa maskapai tersebut menjadi pilihan. Itu adalah salah satu strategi promosi dalam dunia bisnis.
Dari realitas tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa Citilink telah berhasil memanfaatkan potensi bahasa untuk strategi bisnis. Semua orang dapat menyadari bahwa bahasa memiliki potensi luar bahasa dalam mendatangkan keuntungan. Ada banyak profesi yang hidup dari memanfaatkan potensi kata-kata dan bahasa yang dapat memberikan kesejahteraan finansial, seperti pembuat iklan, MC, presenter, penyiar radio, wartawan, penulis, guru, dosen, politisi, dan lain-lain. Pantun yang digunakan di pesawat adalah salah satu bentuk pemanfaatan potensi bahasa untuk kepentingan bisnis penerbangan.
Pantun-pantun yang diucapkan pramugara di pesawat Citilink tidak hanya menghibur saya, tetapi juga mengingatkan saya pada kampung halaman. Saya sering mendengar pantun-pantun yang diucapkan oleh guru mengaji dan juga sekolah untuk menghibur murid-murid saat belajar dulu. Tradisi berpantun melekat kuat dalam ingatan karena pantun juga digunakan para tetua adat dalam acara tradisi yang ada di kampung, seperti hajatan, baralek (pesta perkawinan), turun mandi, batagak gala datuk, dan lain-lain. Segala bentuk rundingan dan kesepakatan disampaikan dengan pantun yang dikenal dengan petatah petitih.
Pantun merupakan salah satu bentuk sastra lisan, seni berbicara, atau retorika paling tradisional dalam budaya masyarakat Minangkabau ataupun masyarakat Melayu. Pantun di pesawat itu membangkitkan kembali memori orang-orang di era digital pada kebudayaan lisan yang pernah ada pada masa lalu. Sebuah tradisi lisan yang jarang diperdengarkan di ruang-ruang publik saat ini. Pantun adalah puisi yang bercirikan dan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi (Purwandari, 2015: 167). Lebih dari definisi di atas, pantun adalah keterampilan seseorang dalam memaksimalkan potensi kata-kata atau bahasa dalam berbicara yang dapat menghibur pendengar atau pembaca jika pantun tersebut dituliskan.
Pantun sudah digunakan oleh masyarakat sejak zaman dahulu kala. Wahyuni (2014:140) menyatakan bahwa sejarah perkembangan pantun sudah dimulai pada zaman dahulu ketika masyarakat Melayu senang sekali berpantun. Pantun lama banyak digunakan di setiap acara. Pantun lama semakin luas perkembangannya pada saat digunakan oleh pemuda-pemudi yang saling berkenalan. Wahyuni (2014: 152-172) membagi jenis pantun atas pantun teka-teki, pantun nasihat, pantun kasih sayang, pantun semangat, pantun adat, pantun agama, pantun jenaka, pantun kiasan, pantun percintaan, dan pantun peribahasa. Setiap pantun yang dicipta mempunyai fungsi atau kegunaannya masing-masing. Pantun yang digunakan dalam pesawat yang saya tumpangi termasuk jenis pantun nasihat, pantun jenaka, dan juga pantun yang bersifat menyampaikan informasi. Alangkah baiknya budaya berpantun menjadi kebiasaan yang Kembali dapat dilakukan orang-orang hari ini dalam dunia kerja.
Dalam beberapa acara seminar dan acara resmi lainnya di perguruan tinggi, pantun mulai sering digunakan. Pantun-pantun tersebut dapat membuat peserta seminar menjadi terhibur dan suasana yang serius menjadi lebih santai. Budaya berpantun juga dapat dilakukan dosen atau guru ketika mengajar di kelas agar peserta didik betah mendengarkan pemaparan materi atau ilmu pengetahuan yang disampaikan. Dengan demikian, potensi bahasa yang luar biasa dapat dimaksimalkan melalui tradisi pantun.