Puisi-puisi Defi Wulan Rohmadona
Harapan
Rintik hujan basahi jemari
Menyentuh lembut, seakan berbisik
Bertahanlah
Genggam erat harapan yang tersisa
Dalam hembusan angin yang dingin
Aku berdiri teguh di sini
Menatap langit yang kelabu
Setiap tetesan air hujan yang mengalir
ada cerita, rindu dan asa
Langkahku terus maju
Mengabaikan rasa ragu yang menghantui
Karna dalam gelap, aku tahu
Ada terang menungguku di ujung sana
Teruslah melangkah
Menggapai mimpi yang kuimpikan
Padang, Januari 2025
Senandung Rindu
Mataku sendu menatap album itu
Waktu yang dulu terasa lambat
Kini terbang cepat tak terjangkau
Dalam diam, aku merenungi, setiap detik yang terlewati
Kenangan dalam setiap lembarnya Kembali menyapa
Menghidupkan lagi masa yang samar
Tawa, tangis, dan segala rasa
Semua menyatu dalam rindu
Album itu, saksi bisu perjalanan
Dari setiap kisah yang kutulis
Kini hanya membeku, membawa kenangan pilu
Yang takkan pernah Kembali
Padang, Januari 2025
Perjuangan
Dalam gelap yang sunyi
Aku berjalan mencari terang
Meski langkahku terasa berat
Aku takkan menyerah
Dalam setiap jejak yang penuh beban dan pilu
Ada harapan yang menanti
Ada doa yang selalu terucap
Ada pelajaran yang bisa aku bawa
Dengan keberanian yang tak pernah mati ini
Membawa semangat dan tekad yang kuat
Kulewati rintangan tanpa keraguan
Aku percaya, semua akan terlewati dengan indah.
Padang, Januari 2025
Tentang Penulis
Defi Wulan Rohmadona merupakan seorang penulis. Saat ini menempuh pendidikan pada Program Studi Psikologi Islam, Universitas Islam Negeri Iman Bonjol Padang.
Puisi Bukan Hanya Sekadar Kata-Kata Indah
Oleh: Dara Layl
Karya sastra adalah salah-satu media yang digunakan untuk menyambung hidup—dalam artian untuk menambah pemahaman dan pengetahuan terkait berbagai macam permasalahan, mulai dari permasalahan pribadi sampai masalah sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Sekaligus sebagai jembatan untuk membagikan berbagai sudut pandang bagi banyak pembaca.
Salah-satu karya sastra yang paling fenomenal adalah puisi karena puisi bukan hanya sekedar kata-kata yang indah, puisi juga bisa menjadi rekleksi paling pas dalam berbagai fenomena kehidupan.
Puisi adalah bentuk seni yang digunakan untuk mengekpresikan emosi dan perasaan (Tizhoosh dkk., 2018) hal ini juga dikuatkan dengan pendapat yang mengungkapkan bahwa keterikatan pengarang, lingkungan dan masyarakat tidak dapat dipisahkan dalam elemen puisi. Emosi, kreativitas, pemikiran, inspirasi, suara, ritme, sensasi sensorik, lapisan frasa, kata kiasan, kepadatan dan perasaan campur aduk semuanya merupakan komponen puisi (Pradopo, 2010).
Pada edisi kali ini, Kreatika menampilkan tiga puisi dengan judul; “Harapan”, “Senandung Rindu” dan “Perjuangan” Karya Defi Wulan Rohmadona seorang Mahasiswi Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Iman Bonjol Padang.
Puisi pertama, “Harapan” sesuai dengan judulnya “harapan” dalam KBBI berarti sesuatu yang (dapat) diharapkan; keinginna supaya menjadi kenyataan, kemungkinan tetap hidup dan kemungkinan dapat hidup lebih lama. Sama seperti makna judulnya puisi ini menggambarkan tentang sebuah tekad dan keteguhan untuk mengapai hal yang dicita-citakan, meskipun dalam keadaan yang tidak mudah. Kita bisa melihat di dalam sajak;
/Rintik hujan basahi jemari/ /Menyentuh lembut/ /Bertahanlah/ /Genggam erat harapan yang tersisa/
Pada sajak pertama ini, penyair seolah ingin menggambarkan tentang pengenalan situasi dengan menggunakan kata “hujan” diamana hujan identik dengan sesuatu yang basah, lembab, dingin dan bagi sebagian orang bukan hal yang disukai.
Pada sajak selanjutnya;
/Dalam hembusan angin yang dingin/ / Aku berdiri teguh di sini/ /Menatap langit yang kelabu/ /Setiap tetesan hujan yang mengalir/ /Ada cerita rindu dan asa/
Pada sajak ini, terlihat sebagai penguat dari suasana hujan sebelumnya yang dingin dan ditambah “awan kelabu” untuk menguatkan suasana yang tidak terlalu bagus.
Dan dibagian penutup puisi berbunyi sajak;
/Langkahku terus melaju/ /Mengabaikan rasa ragu yang menghantui / /Karena dalam gelap aku tau/ /Ada terang menunggu di ujung sana/ /Teruslah meangkah/ /Menggapai mimpi yang kuinginkan/
Di dalam sajak ini seperti sebuah penegasan bahwa walauun berada di situasi yang tidak mudah, mimpi harus tetap diperjuangkan, karena cahaya paling membekas biasanya berasal dari gelap dan dnigin yang menakutkan, hal ini terlihat dalam diksi yang dimasukkan di dalam puisi yang bermakna optimisme, seperti; “bertahanlah”, “teguh”, “asa”,“terang”, “mimpi”, “melaju”.
Puisi kedua, “Senandung Rindu”, sama seperti puisi pertama, puisi kedua ini juga merupakan interpretasi dari judulnya, dimana puisi kedua ini mengandung makna tentang kerinduan pada hal-hal yang telah berlalu, di dalam puisi ini hal-hal yang telah berlalu menggunakan “album” sebagai medianya. Hal ini tergambar jelas dalam sajak;
/Album itu, saksi bisu perjalanan/ /Dari setiap kisah yang kutulis/ /Kini hanya membeku, membawa kenangan pilu/ /Yang takkan pernah kembali/
Puisi ketiga, “Perjuangan” sama seperti puisi yang pertama, puisi ketiga ini juga terasa kental akan sebuah harapan bahwa didalam setiap kesulitan pasti didiringi dengan kemudahan, di setiap kegelapan ada cahaya dan disetiap kesunyian ada yang yang membuat hati bergetar dengan banyak rasa syukur. Hal ini tergambar di dalam sajak;
/Dalam setiap jejak yang penuh dengan beban dan pilu/ /Ada harapan yang menanti/ /Ada doa yang selalu terucap/ /Ada pelajaran yang bisa aku bawa/
Secara keseluruhan ketiga puisi ini sangat kuat akan pesan-pesan untuk terus berjuang dalam setaip kondisi terutama di masa paling gelap sekalipun. Pengambilan tema di dalam puisi ini juga bagus karena kuat dengan semangat untuk tidak menyerah dan cocok dibaca oleh kalangan orang-orang yang baru memasuki usia awal yang sedang merintis masa depan.
Kekurangan di dalam puisi ini adalah dalam pemilihan diksi atau susunan katanya, puisi ini secara transparan menyebutkan makna yang terkandung, belum banyak menggunakan majas dan metafora yang membuat puisi lebih hidup.
Hal ini sejalan dengan pengertian bahwa puisi adalah ungkapan perasaan penyair terhadap dinamika kehidupan yang dialami maupun yang orang lain alami dengan menggunakan kata-kata puitis. (Tjahjono, 1998). Kata puitis yang dimaksud adalah bukan-kata yang sulit, rumit, melainkan kata-kata yang pas untuk menggambarkan makna yang ingin disampaikan dengan cara yang indah, menarik dan tidak mudah ditebak.
Puisi bukan hanya susunan kata yang puitis, tetapi keterhubungan setiap kata, bunyi, dan makna membuat puisi menjadi lebih optimal. Selain itu, yang membedakan puisi dengan sastra lainnya adalah puisi merupakan sebuah karya yang mengkristal, sehingga makna-makna yang sebenarnya tidak langsung dituliskan. Salah-satu contohny adalah “AKU” karya Chairil Anwar, dengan kutipan puisi;
/Aku ini binatang jalang/ /Dari kumpulannya terbuang/ /Biar peluru menembus kulitku/ /aku tetap meradang menerjang/
Puisi aku ini memiliki keberania dalam berjuang mesipun banyak resiko yang dihadapi. Maksudnya adalah melalui puisi ini kita bisa melihat semangat untuk berjuang, emosi yang kuat bisa digambarkan tanpa menuliskannya secara transparan.
Terimakasih Wulan untuk kiriman puisinya, senang sekali bisa membaca puisi ini, ditunggu karya-karya lainnya, semangat terus menulis puisi. (*)
Tentang Kreatika
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.