Puisi Puisi
R.S. Mila
Lentera Kuno
Ia berpaut
pada sebuah tonggak lama
Menopang seluruh harapan
Berharap bisa berguna
Rembulan menerangi kegelapan
Cahaya itu tetap berpacu mengalahkan cahaya bulan
Fajar pun tiba
Kini rembulan sedang beristirahat hingga malam
Angin bertiup menggoyangkan lampu gantung itu
Lentera disebut pelita
Ia selalu terjaga
Mengalahkan waktu
Hingga ia sampai pada titik penghabisan
Teman Khayalan
Ia sedang berlari di tengah padang rumput
Mengenakan pakaian serba hitam
Setelah puas
Kini ia berteriak
Lalu setelah itu ia kembali
sambil tersenyum
Membuatku melihat wajah tenang itu
Aku tahu ia sangat baik
Membuang seluruh amarahnya, rasa sakitnya, rasa kecewa
Lalu kembali kepadaku dengan hati
Dedaunan di Masjid Raya
Lembutnya angin menyapaku
Udara sejuk membuat mengantuk
Daun daun beterbangan
Menandakan musim semi akan datang
Disini aku merasa nyaman
Rasa ini
Ya…
Ini adalah rumah Allah
Lalu aku berlari kecil menuju taman
Melihat disana terdapat banyak pohon
Lalu sehelai daun jatuh,
mengingatkanku tentang akhirat
Tentang penulis:
R.S. Mila, pelajar SMPIT Adzkia, Padang. Suka membaca dan menulis.
Sederhana dan Bermakna Ulasan atas Puisi-puisi R.S. Mila
Oleh : Dara Layl
(Penulis dan Pengurus FLP Wilayah Sumatera Barat)
Puisi adalah salah satu karya sastra. Sejatinya sebuah karya sastra adalah hasil sebuah pemikiran, gagasan, perasaan manusia yang membangkitkan daya imaji yang lebih bebas dan terbuka. Menurut Aminuddin (2018) puisi adalah bagian dari karya sastra yang mengandung kata-kata indah dan syarat akan makna. Sebuah puisi dipengaruhi oleh majas, rima, diksi, dan irama.
Puisi menurut, Pradopo (2002) merupakan salah-satu karya sastra yang mempunyai fungsi estetika paling baik dan dominan. Hal ini membuktikan bahwa puisi memiliki makna dan arti yang begitu indah. Keindahan puisi dapat diperoleh dari aktivitas pemadatan yaitu mengemukakan sesuatu secara garis besarnya, sehingga puisi menjadi ekspresi esensi, kemudian ekspresi yang disampaikan menjadi ekspresi tidak lansung, ketidaklangsungan ekspresi dalam puisi disebabkana oleh penempatan arti, penyimpanan arti dan penciptaan arti.
Pada edisi kali ini Kreatika menampilkan tiga puisi dengan judul “Lentera Kuno”, “Teman Khayalan” dan Dedaunan di Masjid Raya.” Karya R.S Mila seorang pelajar SMPIT Adzkia.
Puisi pertama “Lentera Kuno” memiliki pemadatan makna yang cukup dalam. Puisi ini menggambarkan sebuah lentera kuno yang terpaut pada sebuah tonggak untuk menghadirkan cahaya sampai hari kembali siang, jika dibaca secara sekilas puisi ini terlihat sederhana, namun jika diresapi lagi ada makna tersirat yang terkandung di dalam puisi ini.
/Ia terpaut /pada sebuah tonggak lama/ menopang seluruh harapan/ berharap bisa berguna/
Pada sajak di atas, sejenak bisa membuat kita termenung, tentang bagaimana keinginan dan harapan untuk menjadi seseorang yang berguna bagi sekitar.
/cahaya itu tetap berpacu mengalahkan cahaya bulan/ ia selalu terjaga/ mengalahkan waktu/ hingga ia sampai pada titik penghabisan/
Puisi di atas, penyair seolah ingin menyampaikan kepada kita tentang sebuah usaha, apapun itu, di saat kita berusaha maka akan menghasilkan sesuatu yang begitu berkesan seperti lentera tua yang ingin tetap memberikan cahaya bagi kehidupan.
Puisi kedua, “Teman Khayalan” pada puisi keua ini menceritakan tentang seseorang yang memiliki teman khayalan dan bermain di padang rumput, namun hal yang menarik dalam puisi ini terlihat pada bait sajak;
/aku tau ia sangat baik/ membuang seluruh amrahnya/ rasa sakitnya/ rasa kecewa/ lalu lembali kepadaku dengan hati yang sudah lapang/
Jika ditelisik lebih jauh, puisi ini berhasil membuat bulu kuduk berdiri karena mengisahkan seorang anak yang bermain di tanah lapang pada malam hari bersama teman khayalannya dan anak itu menyadari bahwa temannya itu baik, dan bisa dikatakan teman ini adalah “sosok” yang bukan manusia biasa. Namun hal yang menarik di dalam puisi ini adalah tetap menyelipkan pesan bahwa ketika kita membuang amarah, mengikhlaskan rasa sakit dan kecewa, maka akan menghadiahkan rasa lapang di dalam hidup kita.
Puisi ketiga. “Dedaunan di Masjid Raya” seperti pada puisi sebelumnya, puisi ktiga ini juga terliihat sederhana jika dibaca sekilas, namun jika dibaca lebih pelan pada bagian akhir puisi kita akan terhenyak;
/lalu sehelai daun jatuh/ mengingatkanku akan akhirat/
Puisi ini mengingatkan kita bahwa apapun yang ada di dunia ini bisa membawa kita kepada Tuhan, walaupun hanya sehelai daun.
Secara keseluruhan puisi ini banyak menyimpan arti yang dalam di dalam masing-masing puisi, seperti setiap puisi membawa satu pesan, jika “Lentera Tua” membawa pesan tentag usaha untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain, puisi “Teman Khayalan” menyimpan arti membuang kemarahan, kekcewaan dan kesedihan akan menghadirkan rasa lapang, serta terakhir “Dedaunan di Masjid Raya” membawa pesan kita bisa mengingat Tuhan bahkan lewat hal-hal yang sderhana.
Puisi yang baik adalah puisi yang ditulis dengan sabar, puisi-puisi ini akan lebih baik jika diendapkan terebih dahaulu setelah pertama kali ditulis, kemudian disunting lagi untuk menghadirkan diksi yang lebih beragam dan lebih tepat.
Puisi adalah resapan pengalaman seorang penulis, untuk anak usia sekolah menengah pertama, pengalaman yang dihadirkan alam puisi-puisi di atas sangat menakjubkan.
Tetap semangat belajar menulis, Mila. Ditunggu puisi-puisi menabjubkan lainnya. (*)
CATATAN
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca.
Discussion about this post