Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)
Mondar-mandir di Twitter membuat saya seringkali menjumpai hal yang perlu dan seru untuk dibahas lebih lanjut. Kemarin, saya berjumpa sebuah tweet yang dikirim lewat menfess. Seorang perempuan merasa ketakutan karena di suatu malam ia merasa ada yang bergerak-gerak di vaginanya. Gerakan itu menimbulkan birahi. Ia merasa takut lalu sesegera mungkin bangun dari posisi yang semula telentang lalu mengucap istigfar berkali-kali. Si pengirim juga mengaku bahwa kejadian itu sudah sering terjadi secara berulang.
Si pengirim tidak mengerti tentang yang sedang terjadi dengan dirinya. Ia pun bertanya lewat menfess itu, apa yang terjadi pada dirinya? Di dalam pesan itu, ia mengutarakan bahwa ia merasa malu dan takut. Ia juga mengaku ketika hal itu terjadi ia juga tidak sedang bermimpi yang aneh-aneh.
Lalu, apa respons yang ia dapat? Sungguh menjengkelkan. Terdapat respons yang bahkan menganjurkan si pengirim untuk segera dirukiah. Menurutnya, yang dialami perempuan itu sejenis ketempelan jin, ketindihan, dan gangguan gaib. Namun, ada respons yang lebih mengerikan. Respons itu ialah ada yang berkomentar bahwa kejadian yang dialami si pengirim itu pertanda sedang diperkosa jin atau genderuwo. Luar biasa sekali, ngawurnya!
Meskipun respons didominasi oleh komentar-komentar yang bikin geleng-geleng kepala dan mengurut-urut dada. Untunglah ada juga respons yang masuk akal dan meluruskan kesalahpahaman. Peristiwa yang dialami perempuan itu adalah hal biasa yang dialami perempuan karena terjadinya perubahan hormonal. Benar-benar sesimpel itu. Namun, yang membuatnya rumit ialah kesalahkaprahan yang entah sejak kapan mulai disebarluaskan dan masih dipercaya hingga sekarang.
Lebih jelasnya, perempuan itu tengah mengami mimpi basah. Perempuan yang telah melewati masa pubertas juga bisa mengalami mimpi basah maka sebetulnya adalah hal yang keliru bila ada yang mengatakan bahwa mimpi basah hanya dialami oleh laki-laki. Namun, mimpi basah kadung diidentikkan hanya sebagai kondisi biologis yang dialami oleh laki-laki.
Hal itu dikarenakan adanya bias ketika membicarakan persoalan reproduksi di antara keduanya. Pada perempuan, pembicaraan seksualitas sering dianggap sebagai hal yang tabu. Bila ingin membicarakannya, perlu memperhatikan lingkungan sekitar terlebih dahulu, misalnya hanya dibicarakan oleh sesama perempuan. Itu pun sambil sembunyi dan berbisik-bisik. Ada ketakutan dianggap lancang atau dilabeli ‘tidak benar’ ketika membicarakan perkara seksualitas.
Ketika tidur, baik laki-laki maupun perempuan mengalami aliran darah yang meningkat ke area panggul. Hal inilah yang menyebabkan bisa terjadinya rangsangan seksual yang dapat berujung orgasme. Pada perempuan, kondisi mimpi basah seperti ini cenderung tidak disadari. Cairan yang dikeluarkan biasanya lebih sedikit dan terkadang berbaur dengan keputihan.
Kondisi biologis pada perempuan seperti di atas juga terjadi secara natural. Hal itu tidak memiliki kaitan dengan aktivitas seksual seseorang. Mimpi basah pada perempuan bukan berarti seseorang sering melihat konten porno, berhubungan seksual, atau masturbasi. Oleh sebab itu, perempuan tidak perlu merasa malu dan risih apabila ingin membahasnya.