Selasa, 13/5/25 | 04:16 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI PUISI

Puisi-puisi Reno Wulan Sari

Minggu, 20/3/22 | 07:00 WIB

Nyanyian Kita

dan tingkah berulang nama
aku menjadi Malin terlapuk hujan
lembab bersekat
pada renda sarung Bapak
ketika magrib, cabiklah!
maafkan rantau nan sebatang
seteguk pun kita tak cukup
memang bukan puan yang bertradisi

kurindu tanah itu
saat gundu tersangkut usia
masih begitu panas
dan kau menyuruhku mandi
relakan rantau nan sebilang
pada penantian
tetaplah penunggu rumah
terbalut peradaban

Ingatkah ibu tentang lantun?
sampiran penyesak hati
dan kita bergantung nasib
tentang nyanyian negeri orang
ada ikhlas,
tempat berlagak diri

(Bandung, 2010)

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Makna Kata “Cukup” yang Tak Secukupnya

Minggu, 27/4/25 | 09:02 WIB

 

Fan

“Mendekaplah di pangkuanku, sayang
Kita akan bercerita tentang hari esok”
Ingatkah,
semalam kita bercumbu di ruang tak berlampu
namun kau mendongeng begitu lantang
tentang mata dewa
dan roh-roh di surga

Masihkah ada detak yang serupa?
dengan lekuk tubuhmu yang tak bertukar
dan cangkir kopimu yang berukir naga

Ajaib!
Aku telah lupa jalan ke muara, Sayangku

(Busan, Januari 2022)

 

Sebuah Puisi

Kau, hidup di dalam puisi
dalam debaran alfabetku yang terkumpul berantakan
Kau, abadi di dalam sebuah puisi
bersama getaran syair yang menyayat aliran darah
Kau, lekang dalam sebuah puisi
dalam heningku yang menyusun pecahan-pecahan harimu
kemudian kukabarkan untuk angin musim semi yang akan datang
pada suatu masa, sebelum banyak kapal berlabuh di negeriku

Pada suatu masa pula, ratusan cahaya silam
Kau, mengirimiku sebuah puisi tak berlarik
Katamu, “Tulis saja apa yang ingin kau tulis,
aku percaya hatimu,
seperti kau percaya bahwa musim akan terus berganti sepanjang tahun”
Kau, membungkus puisi dalam kicau pagi dan petang
Di gerbang itu, tempat kita biasa menerjemahkan arah angin
Kau berkata pada suatu hari, “Aku telah menetap di dalam puisimu,
maka tinggal jugalah di sini, dalam puisiku.
Waktumu telah tiba sebab sajaknya membutuhkan dimensimu”

(Busan, Februari 2022)

 

Biodata Penulis:

Reno Wulan SariReno Wulan Sari merupakan Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan. Buku kumpulan cerpen tunggalnya yang telah terbit berjudul Catatan Pertama pada tahun 2018. Selain seorang sutradara teater, ia juga aktif meneliti dan menulis di media massa.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Parafrase dan Orisinalitas Karya Tulis

Berita Sesudah

Pembalap dan Pebalap

Berita Terkait

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

Minggu, 11/5/25 | 11:29 WIB

Ilustrasi: Meta AI Mahasiswa Fakultas Timbangan Keadilan Oleh: Afny Dwi Sahira Kau datang pada sebuah pertemuan Tak ada yang mengundangmu...

Puisi-puisi Eliza Nuzul Fitria

Puisi-puisi Eliza Nuzul Fitria

Minggu, 04/5/25 | 07:45 WIB

Ilustrasi: Meta AI Melanjutkan Episode Oleh: Eliza Nuzul Fitria Bukan nyanyian, melainkan tangisan Tanyalah pada mereka yang menanggung beban Setetes,...

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Minggu, 27/4/25 | 09:56 WIB

Ilustrasi: Meta AI Panggilan Demi Hari Oleh: Maryatul Kuptiah Per kepala merayap, badan bungkuk Mencium lantai, puji pada sang-Tuhan. Tunaikan...

Puisi-puisi Salwa Ratri Wahyuni

Puisi-puisi Salwa Ratri Wahyuni

Minggu, 20/4/25 | 10:51 WIB

Gambar Pendukung: Meta AI Menuju Tak Terbatas dan Melampauinya Oleh: Salwa Ratri Wahyuni Sore itu, burung-burung manyar berbisik bahwasanya ketiadaanmu...

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Puisi-puisi Maryatul Kuptiah

Minggu, 23/3/25 | 08:40 WIB

Ujung Resah Oleh: Maryatul Kuptiah Ujung hari pulih tertata rapi sekian abad sesuka hati Beralih ribuan detik per sekian detik...

Puisi-puisi Nada Aura Syakilla

Puisi-puisi Nada Aura Syakilla

Minggu, 16/3/25 | 11:35 WIB

Negeri Pertiwi Oleh: Nada Aura Syakilla Di laut biru dan tanah yang subur Negeri pertiwi berdiri teguh Di bawah langit...

Berita Sesudah
Jelajah Kata: Ramadhan atau Ramadan?

Pembalap dan Pebalap

Discussion about this post

POPULER

  • Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Firdaus Apresiasi Semangat Gotong Royong Masyarakat Wujudkan Festival Juadah Tanpa APBD

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Malam Puncak Festival Juadah di Pasar Cubadak Berakhir Meriah dengan Lelang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengurus DPW PKDP Sumbar Dilantik, Firdaus : Siap Berbuat untuk Kampung Halaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024