Suatu ketika pada masa-masa awal perkuliahan S1, saya teringat kata-kata dosen yang memberikan tugas untuk melakukan parafrase terhadap sebuah kalimat. Saat itu, saya bingung dan tidak bisa melakukannya karena belum terlalu paham dengan parafrase. Saya pernah beberapa kali mendengar kata parafrase dari dosen-dosen dan guru bahasa Indonesia di SMA. tapi saat itu saya belum benar-benar paham apa yang dimaksud dengan parafrase.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai membaca pengertian parafrase. Saya juga mendengar dosen memberi penjelasan tentang materi parafrase, bahkan juga dilatih memparafrasekan kalimat menjadi paragraf. Lalu apa sebenarnya pengertian parafrase?
Kridalaksana (2008:172) mendefinisikan parafrase (pharaphrase) sebagai pengungkapan kembali konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama tanpa mengubah maknanya dengan memberi kemungkinan penekanan yang agak berlainan. Keraf (2008: 134) menyebut parafrase dengan perifrasis dan memasukkannya ke dalam salah satu gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme. Keraf menyebut perifrasis dengan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata lebih banyak dari yang diperlukan, contohnya:
1) Kata mati atau meninggal dapat diparafrase menjadi kalimat: Ia telah beristirahat dengan damai.
2) Kata ditolak dapat diparafrase menjadi kalimat: Jawaban bagi permintaan saudara adalah tidak.
Parafrase juga dapat dilakukan terhadap kutipan pendapat ahli atau pemikiran orang lain yang digunakan untuk mendukung pendapat atau ide kita dalam sebuah karya tulis, misalnya kita membutuhkan pengertian kajian stilistika untuk mendukung pemikiran dalam sebuah artikel. Kita dapat mengutip pendapat ahli dengan kutipan langsung seperti contoh berikut.
“Kajian stilistika adalah kajian kebahasaan plus penjelasan fungsi keindahannya”. (Nurgiyantoro, 2017:118)
Kutipan di atas merupakan kutipan langsung dari buku berjudul Stilistika yang ditulis oleh Burhan Nurgiyantoro terbitan tahun 2017. Nah, untuk menghindari kemiripan yang berujung pada plagiarisme, bagian yang dikutip dapat diparafrase menjadi kutipan tidak langsung dengan contoh-contoh berikut:
- Nurgiyantoro (2017:118) mendefinisikan stilistika sebagai kajian kebahasaan ditambah penjelasan fungsi keindahannya.
- Stilistika dijelaskan Nurgiyantoro (2017:118) sebagai kajian kebahasaan dan penjelasan fungsi keindahannya.
- Nurgiyantoro (2017:118) menyatakan bahwa kajian stilistika merupakan kajian kebahasaan ditambah penjelasan fungsi keindahannya.
Contoh-contoh di atas menunjukkan beberapa teknik dalam melakukan parafrase. Parafrase dapat dilakukan dengan cara mengubah redaksi kalimat yang dikutip dan menambahkan kata-kata atau frase berikut: menurut pendapat, menyatakan, mendefinisikan, mengungkapkan, memberikan pandangan, memandang, dan sebagainya untuk menggantikan kata adalah dan merupakan dalam sebuah definisi atau pengertian pada kutipan. Teknik mengubah redaksi kalimat dalam parafrase tidak boleh mengubah isi dan makna atau maksud dari kalimat yang dikutip. Untuk mengubah redaksi kalimat dengan benar agar tidak mengubah isi dan makna, seorang penulis harus memiliki banyak perbendaraan kata agar dapat mengganti-ganti redaksi kalimat menjadi lebih beragam atau bervariasi tanpa mengubah makna. Caranya adalah memperkarya diri dengan bacaan-bacaan dan diskusi-diskusi yang dapat menambah kosakata.
Dalam penulisan karya ilmiah, seperti skripsi, tesis, disertasi, dan artikel ilmiah lainnnya, parafrase bertujuan untuk menghindari similarity atau kemiripan dan plagiarisme terhadap karya orang lain. Keaslian atau orisinalitas merupakan penilaian penting terhadap sebuah karya tulis, baik dalam karya tulis ilmiah maupun dalam karya tulis kreatif. Untuk mengecek keaslian karya tulis yang bebas dari unsur plagiarisme, biasanya dilakukan cek turnitin. Hasil cek turnitin dapat menentukan tingkat persentase similarity atau kemiripan sebuah karya tulis dengan karya orang lain. Karya tulis yang baik memenuhi standar orisinalitas atau memiliki similarity rata-rata di bawah angka 20 %. Tingkat persentase similarity ini bisa berbeda-beda untuk masing-masing instansi atau lembaga yang memberikan penilaian. Jumlahnya tergantung pada angka yang disepakati instansi atau lembaga tersebut. Ada yang menetapkan angka similarity di bawah 25 %, ada juga di bawah 20 %, dan ada yang di bawah 15 %. Parafrase adalah jalan keluar atau solusi untuk menghindari tingkat similarity di bawah persentase yang ditetapkan. Parafrase dapat dilakukan terhadap karya ilmiah seperti yang sudah disebutkan sebelumnya maupun karya kreatif, seperti novel, cerpen, puisi, dan lain-lain.
Parafrase penting bagi seorang penulis untuk menghindari plagiarisme. Seorang pegawai negeri, dosen, guru, atau karyawan bisa tidak lulus naik pangkat jika ditemukan plagiarisme dalam karyanya. Seorang mahasiswa bisa batal meraih gelar sarjana jika ditemukan plagiarisme dalam skripsinya, atau seorang peserta lomba menulis kreatif (puisi, cerpen, novel, dan sejenisnya) tidak bisa menang lomba jika ditemukan unsur plagiarisme dalam karyanya. Demikian pentingnya parafrase untuk meminimalisasi tingkat similarity atau kemiripan yang berujung pada cap plagiarisme terhadap sebuah karya tulis.
Sesungguhnya, ide dalam sebuah karya tulis selalu berulang dan memiliki kemungkinan untuk mirip antara satu sama lain, tetapi kemampuan parafrase seorang penulis membuat ide menjadi berbeda atau tidak mirip dengan karya tulis orang lain.