Surau Tua
Surau tua itu saksikan kerasnya hantaman peran
Hampirkan hidangan, penjamu seruan
Satu pun suara tidak bertuan
Hiruk-pikuknya pecahkan gema persaudaraan
Surau tua itu merekam skenario perdebatan
Mendengarkan cerita panjang penuh umpatan
Bermacam irama demi irama disuguhkan
Hilangkan jalan meringkus kebenaran
Mereka seolah paham, arti persaudaraan di sela perselisihan
Mengungkap citra Tuhan dalam menyampaikan perisai angan-angan
Namun, semua tetap sama
Musnahkan sengketa, hasilkan permasalahan
Surau tua itu pelan-pelan melulur kepahitan
Lihat palu dan kepentingan menuai panenan
Pariaman, Oktober 2021
Lamunan
Di sudut gubuk dekat pandam kala itu
Kau terbuai kaku meratapi perpisahan
Helaan napas panjang membayangkan kisah-kisah usang
Yang kau harapkan kembali terulang
Matamu merah dibanjiri amarah
Hingga kedip pun tak Kau acuhkan
Hinaan terus kau datangkan
Menebus dosa perjalanan yang tak sudah-sudah
Kau panggil kembali raut muka masam
Menyatu dengan berbagai syair bisikan
Menyalahkan keadaan atau menyesali perbuatan
Ditambah pula irisan kebencian
Di sana, kau nyanyikan nada kesepian
Tanpa kau tahu artinya jalan panjang
Jalan yang tak bertujuan
Panjang yang tak berujung
Kau terhanyut dalam lamunan panjang
Pariaman, Oktober 2021
Duka Bayang-bayang
Aku adalah bayang-bayang mengintai tubuh
Berjalan nyata di ujung jari
Melenggang menguasai hati
Menetap di sudut terang
Mengawang melintasi arah pandang
Aku adalah bayang-bayang mengintai tubuh
Menghilang di awan hitam yang kau hujani
Hingga aku sadar, diriku memang tidak ada
Pariaman, Oktober 2021
Lepas
Daun kering, mati, dan busuk tergelantung kaku
Diriku tertegun di keheningan detak jantung
Tak satu pun bisa kutenangkan
Jauh di lubuk hati, namamu tak tergantikan
Raup seketika irama napas
Saat kau lepaskan ikatan mati perjuangan
Hingga belas kasih angin, membelai di ujung sepi
Meraba hari di hati yang padam
Mengapa kau buka pintu, jika kau tutup tanpa aku?
Kau pinjamkan kunci yang telah kau ubah sandinya
Jangankan terbuka, aku pun ikut terkunci
Terkunci bias harapan yang tak henti kuperjuangkan
Hingga akhirnya, kau pilih lepas
Lepas semua ikatan, lepas semua beban
Ikatan di sebuah pertemuan, beban di ujung penantian
Aku dihempas angan-angan
Pariaman, Oktober 2021
Biodata Penulis:
Yogi Resya Pratama lahir di Pariaman dan mempunyai hobi menulis puisi. Sekarang, ia tengah merampungkan studi di Jurusan Bimbingan dan Konseling STAIN Batusangkar.
Discussion about this post