Malang
Aku terpaut di sini
Dijebak gelisah keramaian
Aku berlari menyongsong angin
Harapkan hembusan segar di tepi sunyi
Entah apa yang kupuja
Tetap bertahan nikmati tarian badai salju
Hingga kerlip bintang pun tak sedikit tampak cahaya
Menerka-nerka indahnya senja
Aku bertanya pada gelombang surut pulang
Tentang hempasan kuat tak bisa menerjang
Arusnya berlari membentuk tepian
Mengisi pori-pori kegersangan
Hatiku yang malang
Tak pernah kenyang
Ditipu bayang-bayang
Padang, Maret 2021
Waktu Abadi
Kau begitu dekat
Hingga tak terbatas oleh hambatan
Engkau iyakan, tak ada halangan
Tuhan, takdir-Mu, Engkau wujudkan
Teman itu telah pergi
Ia susunkan jemari memeluk ulu hati
Menjemput tawa di pangkuan Ilahi
Mengejar bahagia dalam waktu abadi
Di sini kami menanti
Ketetapan waktu yang telah berdiri
Melihat arah untuk berhenti
Menunggu pasti untuk kembali
Pariaman, Maret 2021
Genap
Kau berlari di sudut malam
Hilir mudik mencari kepastian
Kau lihat asa untuk dapatkan impian
Agar malam dapat terpejam
Kau nyalangkan mata sembunyi kesedihan
Mencoba tegar dari desakan jeritan
Kau telan hingga hilang tak berbekas
Hilang lenyap dalam hirupan napas
Tiba lagi genap menghantui
Tak cukup sekali, kembali datang menghampiri
Saat itu kau hancurkan kehormatan
menjajakan diri di setiap pemberhentian
Padang, Maret 2021
Semu
Apa itu rasa
Sampai aku tidak bisa menerka
Iya atau tidak, semuanya
Begitu fatamorgana
Tarian itu nyata di mata
Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.
Tangannya melambai memanggil harapan
Datanglah padaku, ujarnya
Cepat kaki ini melangkah
Tanpa basa-basi mengejar harapan
Hingga hilang kesadaran dan terhenti
Tidak seperti kenyataan
Hanya sorak dedaunan menggema
Dia bukan untukmu
Tidak juga menginginkanmu
Tenanglah rasa yang semu
Padang, Januari 2021
Biodata Penulis:
Yogi Resya Pratama lahir di Kota Pariaman. Jurnalis dan alumni SMA Negeri 3 Pariaman ini tengah merampungkan studi di Jurusan Bimbingan dan Konseling, IAIN Batusangkar.
Discussion about this post