
Untuk Cinta
Oleh: Yogi Resya Pratama
Untuk cinta kukira bersamamu aku bahagia,
Tapi ternyata tanpamu aku jauh lebih bahagia,
Hanya saja waktu itu aku lupa,
Kalau aku sumber bahagia itu
Hampir saja aku tertidur selamanya,
Terbiasa dalam kira – kira,
Untung saja Tuhan sayang padaku,
Jika tidak, aku akan berduka selamanya
Berjumpa denganmu adalah ketidaksengajaan,
Dan mengenalmu adalah kebinasaan,
Ampuni aku Tuhan atas segala rasa untuknya,
Ampuni aku juga atas segala ketidaksadaran.
Untuk cinta
Selamat tinggal kisah semu
Selamat datang babak baru
Padang, Mei 2025
Puisi Terakhir
Oleh: Yogi Resya Pratama
Di ujung senja kala itu, kata-kata meredup
Seperti mentari yang takut tenggelam
Tak ada lagi tinta yang mengalir deras
Hanya raungan sunyi di ruang hampa
Dalam puisi terakhir, kusampaikan pesan
Bukan tentang perpisahan, tetapi tentang perjalanan
Menuju keabadian
Tentang jiwa yang lelah mencari pelabuhan
Di antara badai yang tak pernah padam
Kutuliskan kenangan dalam bait-bait bisu
Tentang cinta dan luka, yang pernah kuramu
Tentang mimpi dan harapan yang kini membeku
Di dalam dinginnya waktu yang terus berlalu
Biarlah puisi ini menjadi saksi rindu
Tentang sebuah akhir yang tak penah kutahu
Puisi terakhirku, sebuah persembahan
Untuk hati yang rapuh dalam keangkuhan
Pariaman, April 2025
Menantang Sunyi
Oleh: Yogi Resya Pratama
Keramaian mulai sendiri, menepi
Menantang angkuhnya sunyi
Mengusir rakusnya sepi
Membinasakan ruang-ruang hati
Cerita pun berangsur usai
Sembunyikan dalamnya damai
Redupkan pekatnya belai
Lumpuhkan setiap detik yang baru mulai
Kini
Merah sudah jadi hitam
Gelap dan terpendam
Padang, Mei 2025
Biodata Penulis:
Yogi Resya Pratama lahir di Kota Pariaman. Kegiatan sehari-hari sebagai jurnalis dan pengurus KNPI Kota Pariaman. Alumni SMA Negeri 3 Pariaman dan alumni Program Studi Jurusan Bimbingan dan Konseling, IAIN Batusangkar dan senang menulis puisi.