Oleh: Yudhistira Ardi Poetra
(Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya)
Pandemi Covid-19 yang sudah mewabah di dunia dalam dua tahun ini seakan belum melihatkan perbaikan yang signifikan. Diumumkannya total kasus covid-19 di Indonesia pada tanggal 21 Juni 2021 yang sudah mencapai 2 juta kasus, ini menyatakan bahwa Indonesia masih belum baik-baik saja. Kasus covid-19 ini juga bisa berimbas pada dunia pendidikan yang sebentar lagi akan memasuki tahun ajaran baru. Ada kemungkinan yang sangat logis bahwa sekolah-sekolah atau kampus-kampus akan melanjutkan sistem belajar secara daring yang selama ini dianggap efektif.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pernah memberi harapan kepada pelajar dan mahasiswa untuk kembali belajar di sekolah atau di kampus. Untuk pelajar SD, SMP, dan SMA, sebagian daerah sudah ada yang menerapkan sistem belajar di sekolah walaupun melalui sistem pembagian waktu. Namun, untuk mahasiswa, mereka belum bisa menikmati indahnya belajar di ruangan kampus. Entah mengapa kebijakan universitas masih berbeda dengan sekolah? Hingga saat ini, perkuliahan di banyak kampus di Indonesia masih menggunakan sistem daring atau perkuliahan jarak jauh.
Bagi sebagian pengamat pendidikan, perkuliahan dengan metode daring merupakan langkah yang tepat digunakan dalam kondisi pandemi ini. Walaupun dengan jarak yang jauh, mahasiswa dan dosen bisa melakukan interaksi kuliah dengan berbagai aplikasi yang memungkinkan untuk bertemu secara virtual. Dalam pertemuan secara virtual, aktivitas kuliah yang tadinya dilaksanakan di kampus dapat terwakilkan.
Jika melihat situasi pandemi yang belum mereda, bahkan malah meningkat dalam beberapa waktu belakangan ini, keputusan untuk melaksanakan perkuliahan secara daring sepertinya langkah yang sangat tepat. Program 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) yang dicanangkan oleh pemerintah dirasa akan berjalan dengan lancar dalam dunia pendidikan. Metode daring tentu mengurangi pertemuan dan mobilitas masyarakat. Namun, tidak berarti metode daring ini membuat mahasiswa atau dosen nyaman dalam melakukan rutinitas yang berkaitan dalam proses perkuliahan.
Kendala jaringan adalah salah satu kendala yang menjadi masalah dalam metode perkuliahan daring. Tidak meratanya jaringan internet membuat mahasiswa yang tinggal di daerah-daerah terpencil sangat terhambat aktivitasnya untuk kuliah. Banyak contoh di media yang menceritakan bagaimana sulitnya mahasiswa yang tinggal di daerah yang minim jaringan internet untuk berkuliah. Bahkan, ada di antara mereka yang harus melakukan perjalanan beberapa kilometer untuk mendapatkan jaringan internet.
Masalah lain yang muncul dalam metode daring ini, yaitu teknologi. Tidak semua mahasiswa memiliki teknologi yang mumpuni untuk berkuliah secara daring. Salah satu teknologi yang digunakan saat kuliah daring adalah smartphone. Meskipun smartphone sudah menjadi kebutuhan primer setiap orang pada era digital ini, tidak semua kalangan yang bisa menyediakan smartphone sebagai kebutuhan kuliahnya, misalnya masalah pada beberapa aplikasi yang sering digunakan dalam kuliah daring, seperti zoom dan google meet. Untuk menggunakan aplikasi ini, dibutuhkan teknologi smartphone yang lumayan canggih. Pada akhirnya, hal ini juga membuat tidak maksimalnya penyerapan ilmu yang diterima mahasiswa selama proses perkuliahan.
Dari sisi yang berbeda, ternyata ada hal yang lain yang menjadi sebuah permasalahan besar di dalam perkuliahan secara daring, yaitu komunikasi. Ada sebuah perbedaan antara komunikasi secara tatap muka dengan komunikasi secara virtual. Dalam komunikasi tatap muka, pelaku komunikasi dapat melihat langsung bagaimana feedback yang mereka dapatkan secara verbal dan nonverbal. Hal tersebut sulit didapatkan dalam komunikasi secara virtual. Pada komunikasi virtual, kita memang bisa berinteraksi secara langsung dan melihat bagaimana feedback lawan bicara. Namun, kita tidak bisa melihat bagaimana emosi lawan bicara saat itu dan tidak bisa melihat pesan nonverbalnya, dan juga tidak bisa melihat apakah pesan bisa langsung diterima dengan baik.
Komunikasi merupakan kunci utama di dalam sebuah proses belajar-mengajar. Dengan komunikasi yang baik, dosen bisa menyampaikan materi kuliah dengan baik pada mahasiswanya. Begitu pun sebaliknya, jika komunikasi yang dilakukan kurang baik, itu bisa mempengaruhi bagaimana materi tersebut bisa sampai kepada mahasiswanya. Pada saat kuliah tatap muka yang dilakukan sebelum pandemi, komunikasi yang dilakukan bisa mengalir dengan baik. Mahasiswa bisa bertanya langsung kepada dosennya atau teman-temannya di kelas. Namun, dalam kuliah secara daring, mahasiswa dan dosen memiliki keterbatasan yang lumayan besar untuk bisa berkomunikasi dengan efektif seperti yang terjadi saat komunikasi lansgung atau tatap muka.
Yang menjadi persoalan lainnya adalah ada di antara dosen yang masih menuntut hal yang sama kepada mahasiswanya dalam kondisi kuliah secara pandemi ini. Para dosen masih berharap mahasiswa bisa melakukan hal yang sama walaupun dengan metode kuliah yang sudah jauh berbeda ini. Padahal, jika diperhatikan lagi dengan lebih rendah hati, tidak sedikit mahasiswa yang mengeluhkan metode kuliah secara daring ini. Keluhan tidak bertemu dengan dosennya, tidak bertemu dengan teman-temannya, dan bahkan ada di antara mereka ada yang belum pernah melihat bentuk kampus secara langsung.
Menerapkan protokol kesehatan secara ketat agar terhindar dari covid-19 memang perlu. Namun, menjaga kondisi hati dan jiwa kita agar tetap bahagia itu juga sangat penting untuk diperhatikan. Ada banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena kondisi pandemi ini. Ada banyak suami istri yang ribut juga karena kondisi pandemi ini. Oleh sebab itu, jangan sampai dalam dunia pendidikan, khususnya universitas, ada mahasiswa yang stres dan sakit karena beban kuliah yang mereka dapatkan. Intinya, tidak semua mahasiswa bisa menerima secara langsung materi yang disampaikan hanya dengan bertemu secara virtual.
Belajar sesuatu yang baru memang tidak bisa dengan cepat dan mudah. Oleh sebab itu, dunia pendidikan harus memiliki cara yang lebih jitu lagi untuk memperbaiki ini semua menjadi lebih baik. Jika memang masih harus menggunakan metode daring, harus ada persiapan yang lebih matang dari kementerian pendidikan, dinas pendidikan, para dosen atau guru, dan juga dari para siswa dan mahasiswa agar problematika ini tidak berlanjut atau bahkan semakin buruk di kemudian hari.
Discussion about this post