Minggu, 08/6/25 | 16:50 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Tradisi Hoyak Tabuik di Kota Pariaman

Minggu, 23/6/24 | 11:55 WIB

Oleh: Zulfan Adi Putra
(Mahasiswa Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi & Bisnis dan Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia Universitas Andalas)

 

Kota Pariaman adalah Kota kecil yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, indonesia. Kota itu terletak di tepi pantai yang dikelilingi oleh Kabupaten Padang Pariaman dan memiliki segenap keindahan alam. Selain keindahan, Pantai kota Pariaman juga memiliki budaya yang tak kalah indah. Masyarakat Kota Pariaman memiliki budaya dan tradisi yang masih dilaksanakan setiap tahunnya. Budaya tersebut adalah Hoyak Tabuik Piaman. Tabuik merupakan salah satu tradisi unik yang dilaksanakan secara tahunan di Kota Pariaman. Ritual ini bukan hanya sebagai peringatan semata oleh masyarakat di sana, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh-tokoh agama islam, terutama peristiwa kematian atau syahidnya para tokoh.

BACAJUGA

No Content Available

Tabuik memiliki akar sejarah dalam kebudayaan Minangkabau. Tradisi tabuik bermula dari peristiwa syahidnya Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW, yang terbunuh dalam Pertempuran Karbala pada tahun 680 M. Tradisi tabuik di Pariaman sendiri dimulai pada abad ke-19 dan dibawa oleh pendatang Hadhramaut, Yaman.

Setiap tahunnya masyarakat Kota Pariaman mengadakan dan mempersiapkan acara perayaan dengan sangat meriah, masyarakat disana menyebutnya dengan “Festival Hoyak Tabuik Piaman”. Hoyak Tabuik Piaman digelar pada bulan Muharram, tepatnya dalam hari ke-10, yang juga dikenal sebagai Hari Asyura. Dengan pembuatan replika bangunan dan tumpukan tabuik oleh masyarakat setempat yang merupakan lambang dari tiang-tiang di Masjidil Haram di Mekkah.

Awalnya tabuik hanya ada satu yang diberi nama Tabuik Pasa, sekitar tahun 1915 atas permintaan masyarakat disana, dibuat tabuik yang lain dan atas kesepakatan para tetua nagari disana. Tabuik kedua ini diberi nama Tabuik Subarang karna tabuik subarang dibuat di daerah seberang sungai yang ada di Kota Pariaman.

Prosesi tabuik Piaman memakan waktu berhari-hari yang juga membutuhkan dana yang besar dari pemerintah kota Pariaman, Daffa (20) mengatakan ada 7 tahap prosesi tabuik Piaman, yaitu pertama mengambil tanah yang dilaksanakan pada 1 Muharram. Kedua menebang batang pisang dilaksanakan pada hari ke-5 Muharram. Ketiga yaitu Mataam pada hari ke-7. Keempat dilanjutkan dengan mengarak jari-jari pada malam harinya. Kelima pada keesokan harinya dilangsungkan ritual mengarak saroban. Pada tahap keenam di hari puncak dilakukan tahap yang disebut Tabuik Naiak Pangkek pagi hari sebelum matahari terbit. Dan yang terakhir tahap ketujuh dilanjutkan dengan Hoyak Tabuik pada hari yang sama.

Hoyak Tabuik Piaman biasannya dilakukan sore hari setelah Tabuik diangkat ketempat acara puncak di Pantai Gandoriah. Disana nanti Tabuik diletakkan berdampingan dengan diiringi oleh tarian adat dari anak-anak sanggar di Kota Pariaman. Bukan hanya itu saja pemberian kata sambutan dari Wali kota Pariaman,  bahkan Wakil Gubernur Sumatera Barat serta jajaran anggota DPR, turut diundang untuk memeriahkan sekaligus untuk memperkenalkan Budaya Hoyak Tabuik Piaman di kancah nasional dan internasional.

Sebagai ritual penutup Tabuik diangkat Bersama-sama oleh masyarakat, Tabuik diadu dan dihoyak ketika mau mendekati laut  semua orang bersorak bahagia melihat salah satu kebudayaan indah yang masih terjaga. Kota Pariaman seperti dipenuhi oleh lautan manusia, Banyak orang dari berbagai daerah di luar Sumatera maupun diluar pulau Sumatera ingin melihat Budaya Tabuik Piaman.

Salah satu masyarakat di sana mengatakan setelah Tabuik terbuang dan hancur pun. Masih banyak orang ingin mengambil bagian-bagian dari tubuh Tabuik tersebut. Sebagian masyarakat di sana mempercayai bahwa bagian dari Tabuik tersebut bisa dijadikan pelaris dan ada pula yang menjadikannya sebagai hiasan untuk kedai supaya terlihat lebih menarik. Keadaan lalu lintas di Kota Pariaman biasanya akan macet sampai tengah malam usai Tabuik dibuang ke laut karena banyaknya orang yang ingin melihat festival Hoyak Tabuik Piaman.

Sampai sekarang tradisi Hoyak Tabuik Piaman masih dilaksanakan, bahkan sudah menjadi objek wisata yang khas di Kota Pariaman. Masyarakat setempat mulai dari yang kecil hingga dewasa ikut turut memeriahkan dan melestarikan budaya Hoyak Tabuik Piaman. Itulah kenapa Budaya Tabuik Piaman tidak pernah terlupakan di Kota Pariaman  karena masyarakat setempat sudah menjadikan budaya tersebut sebagai event tahunan yang harus di buat dan dimeriahkan setiap tahunnya.

Secara keseluruhan Tabuik di Kota Pariaman adalah sebuah tradisi yang kaya akan makna dan memiliki nilai historis yang sangat penting bagi masyarakat di Minangkabau terkhususnya masyarakat di Kota Pariaman. Budaya dan cara masyarakat setempat melestarikannya yang patut dicontoh supaya budaya yang ada di berbagai daerah di Indonesia tidak akan hilang ditelan oleh zaman.

Tags: #Zulfan Adi Putra
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Metafora di dalam Puisi “Layang-Layang” karya Sapardi

Berita Sesudah

Lebih dari Kafein: Cerita dari Kopi Pergaulan

Berita Terkait

Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

Minggu, 08/6/25 | 08:17 WIB

Ilustrasi: Meta AI Oleh: Ratu Julia Putri (Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia 32 & Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Andalas)   “Kamu...

Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

Minggu, 01/6/25 | 11:46 WIB

Oleh: Ghina Rufa’uda (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia dan Bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas)   Rekeningku hanya tempat...

Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Minggu, 01/6/25 | 11:18 WIB

Oleh: Sufrika Sari (Mahasiswi Prodi Sejarah dan Bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas) Kesalehan lahiriah bukanlah jaminan seseorang...

Literature Review Artikel “Power in the Discourse of West Sumatra Regional Regulation Number 7 of 2018 concerning Nagari”

Literature Review Artikel “Power in the Discourse of West Sumatra Regional Regulation Number 7 of 2018 concerning Nagari”

Minggu, 25/5/25 | 14:40 WIB

Oleh: Raisa Tanjia Ayesha Noori (Mahasiswa S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Peraturan Daerah (Perda) sering kali dianggap sebagai...

Kekacauan dalam Film “Pengepungan di Bukit Duri”

Kekacauan dalam Film “Pengepungan di Bukit Duri”

Minggu, 25/5/25 | 13:01 WIB

Oleh:  Queendi Kumala (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) GILA! Bukan karena film ini adalah suatu masterpiece, tetapi semua adegan...

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Jumbo, Cermin Estetika Luka Dewasa di Balutan Imaji Anak-Anak

Minggu, 18/5/25 | 07:55 WIB

Oleh: Nayla Aprilia (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Universitas Andalas, Padang)   Salah satu film animasi anak yang sedang naik daun...

Berita Sesudah
Satu Tikungan Lagi

Lebih dari Kafein: Cerita dari Kopi Pergaulan

Discussion about this post

POPULER

  • Puisi-puisi Elfa Edriwati

    Puisi-puisi Elfa Edriwati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Forum Mahasiswa Dharmasraya Soroti Konflik Perusahaan dengan Masyarakat, Desak Bupati Bertindak Tegas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sapi Qurban Bantuan Presiden Jadi Sejarah Baru di Jorong Pasar Lama Dharmasraya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024