Sabtu, 12/7/25 | 19:13 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Memaknai Ulang Istilah ‘Kampung Halaman’ dalam Novel Apfelkuchen und Baklava

Minggu, 28/4/24 | 10:49 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa
(Dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

 

Kampung halaman dalam KBBI VI diartikan sebagai daerah atau desa tempat kelahiran. Istilah kampung halaman kerap diidentikkan dengan tempat atau daerah asal-usul seseorang. Namun, bagaimana jadinya jika seseorang terpaksa harus meninggalkan kampung halamannya? Inilah yang terjadi pada tokoh Leila dan Getrud dalam novel sastra anak Jerman, Apfelkuchen und Baklava (2016) karya Kathrin Rohmann.

BACAJUGA

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB
Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Pembentukan Identitas Hibrid Tokoh Imigran dalam Dua Cerpen karya Vladimir Kaminer

Minggu, 13/4/25 | 09:35 WIB

Narasi novel Apfelkuchen und Baklava dituturkan melalui sudut pandang dua tokoh utama, Max dan Leila; dan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Max adalah anak laki-laki Jerman berusia sebelas tahun. Ia berteman Leila, gadis asal Suriah yang merupakan murid baru di sekolahnya. Leila menyimpan sebuah biji kenari yang ia petik dari kebun neneknya. Ia selalu membawa biji itu kemanapun ia pergi. Benda itu mengingatkannya akan neneknya yang masih berada di Suriah. Suatu hari, ia kehilangan benda berharganya itu.

Novel Apfelkuchen und Baklava tergolong dalam karya sastra anak Jerman yang mengangkat kehidupan tokoh migran. Dalam kesusasteraan Jerman dikenal istilah sastra migran atau Migrationliteratur. Sastra migran ialah karya yang ditulis oleh tokoh yang memiliki latar belakang seorang migran, serta menceritakan kehidupan tokoh yang melakukan imigrasi. Sastra migran juga mengisahkan berbagai permasalahan yang dihadapi tokoh sebagai imigran, mulai dari kesulitan beradaptasi, kerinduan terhadap kampung halaman, stereotipe, rasisme, hingga bagaimana akhirnya tokoh dapat berintegrasi dengan negara baru hingga menemukan solusi dari permasalahannya.

Mengkaji sastra migran tidak dapat dilepaskan dari hal-hal yang mempengaruhi proses kreatif penulisan sebuah karya, di antaranya latar pengarang dan penyebab mengapa tokoh melakukan imigrasi. Novel Apfelkuchen und Baklava ditulis penulis bernama Kathrin Rohmann. Rohmann lahir dan besar di sebuah kota kecil di provinsi Hanover.  Kota ini dijadikannya latar tempat utama dari novel sastra anak pertamanya itu. Masa kecil Rohmann dihabiskannya dengan beternak hewan menjadi inspirasi dari latar belakang tokoh Getrud, nenek Max, yang juga digambarkan memiliki beberapa hewan ternak. Selain itu, diketahui pula bahwa kakek nenek Rohmann berasal dari Suriah.

Selanjutnya, penggambaran mengapa tokoh melakukan migrasi. Migrasi adalah perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari perlindungan. Selain migration, dalam bahasa Jerman dikenal pula istilah Flucht (pelarian diri). Flucht artinya meninggalkan negara secara tidak atau sukarela dari situasi kehidupan yang dianggap tidak menyenangkan atau berbahaya. Orang yang melakukan Flucht disebut Fluchtlinge atau pengungsi. Para pengungsi terpaksa harus meninggalkan kampung halaman mereka dan mencari negara suaka, misalnya karena situasi berbahaya seperti perang. Seperti itulah yang terjadi pada tokoh Leila dan Getrud, perang menyebabkan mereka harus melarikan diri dari kampung halaman mereka dan bermigrasi ke Jerman. Mengapa Jerman? Karena Jerman adalah salah satu negara Eropa yang ramah terhadap para pencari suaka. Dengan kemajuan teknologi dan kestabilan ekonomi, Jerman menawarkan kenyamanan, keamanan, dan perlindungan bagi para pengungsi.

Halaman 1 dari 3
123Next
Tags: #Andina Meutia Hawa
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Perbedaan Awalan ber- dan me-

Berita Sesudah

Obrolan Perempuan Tidak Selalu Merumpi

Berita Terkait

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Minggu, 06/7/25 | 11:11 WIB

Oleh: Aldi Ferdiansyah (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Karya sastra adalah hasil proses kreatif yang...

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Minggu, 06/7/25 | 10:56 WIB

Oleh: Nikicha Myomi Chairanti (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Cerita pendek "Seekor Beras dan Sebutir Anjing" karya Eka Arief...

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Berita Sesudah
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Obrolan Perempuan Tidak Selalu Merumpi

Discussion about this post

POPULER

  • Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir saat menyerahkan Dana Operasional Triwulan II tahun 2025 ketua RT/RW, Guru TPQ/TQA dan MDTA/MDTW. [foto : ist]

    100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Angka Penyalahgunaan Narkoba di Sumbar Sempat Tempati Posisi Tertinggi, Kapolda : Kita Bakal All Out

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terduga Pelaku Pelecehan Seksual terhadap Santri di Ponpes Miftahul Huda Dharmasraya Belum Diketahui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024