Selasa, 11/11/25 | 08:07 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Makna Dibalik Puisi “Harapan” Karya Sapardi Tinjauan Semiotika

Minggu, 12/10/25 | 11:30 WIB

Oleh: Muhammad Zakwan Rizaldi
(Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas dan Anggota UKMF Labor Penulisan Kreatif)

         

Perjalanan yang harus ditempuh seseorang untuk menggapai cita-cita dan impian tidak mudah. Banyak dari mereka yang berhenti di tengah jalan karena merasa gagal dan tidak kuat dalam menghadapi cobaan dan rintangan dalam prosesnya. Karena itu, peran orang terdekat sangat penting dalam mendukung untuk mencapai cita-cita dan impian. Dukungan itu tidak harus secara langsung namun bisa juga melalui doa dari jarak yang jauh. Topik ini kemudian di teliti oleh Mehdi Hassan dan rekan-rekannya yang diterbitkan di jurnal Bmc Psychology pada tahun 2023.

BACAJUGA

Cita-cita dan Impian dalam Puisi “Layang-Layang”  Karya Sapardi Djoko Damono

“Sajak Tafsir”, Jeritan Anak di Bawah Bayangan Orang tua

Minggu, 14/9/25 | 17:19 WIB
Cita-cita dan Impian dalam Puisi “Layang-Layang”  Karya Sapardi Djoko Damono

Cita-cita dan Impian dalam Puisi “Layang-Layang” Karya Sapardi Djoko Damono

Minggu, 31/8/25 | 12:47 WIB

Penelitian tersebut menyatakan bahwa mahasiswa yang mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya mendapatkan hasil akademik yang baik. Selain itu, modal psikologis seperti harapan dan optimis juga mendukung mahasiswa untuk mendapatkan hasil akademik yang memuaskan. Hubungan antara modal psikologis dan dukungan sosial dalam keberhasilan seseorang ini dibahas oleh Sapardi Djoko Darmono dalam puisinya “Harapan”.

Sapardi Djoko Darmono adalah penyair Indonesia yang terkenal akan puisi-puisinya yang banyak digemari oleh orang-orang (Kurniawan, D., 2025). Salah satu faktor banyak orang menyukai puisi-puisi Sapardi adalah luasnya makna. Tidak seperti kebanyakan puisi yang maknanya sempit, puisi-puisi Sapardi memiliki makna yang luas tergantung interpretasi pembaca. Bahkan, interpretasi antara pembaca  yang satu dan yang lainnya bisa sangat berbeda. Luasnya imaji  puisi-puisi Sapardi cocok jika dianalisis menggunakan teori semiotika sastra yang membahas pemaknaan  dalam karya sastra (Pirmansyah, P., Anjani, C., & Firmansyah, D, 2018).

Hanya suara burung yang kaudengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana.

Bait pertama menggambarkan seseorang yang mendengar suara burung, namun tidak melihat keberadaan burung itu. Meskipun begitu, bisa merasakan burung itu ada di sana. Burung dalam puisi ini memiliki makna harapan. Burung adalah hewan yang selalu bepergian jauh melintasi langit yang selalu berkicau meskipun kita tidak melihatnya. Hal ini seperti harapan orang-orang terdekat kita yang menembus langit meskipun terpisah oleh jarak. Harapan itu bisa juga dalam bentuk suara hati orang-orang yang selalu mendukung kita.

Dalam menjalani hidup, terkadang kita merasa jatuh dan kehilangan semangat dalam menghadapi berbagai cobaan yang dihadapi. Meskipun begitu, ingatlah orang-orang terdekat dan kesayangan yang menaruh harapan kepada kita agar bisa berhasil. Harapan-harapan itu menjadi pendorong untuk mengingat tujuan awal sehingga kita bisa bangkit dari keterpurukan.

Hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu.

Bait kedua menggambarkan seseorang yang merasakan desir angin meskipun tidak bisa melihatnya. Namun, ia percaya kalau angin itu ada di sekitarnya. Angin itu menggambarkan semangat yang ada dalam diri. Semangat timbul dalam diri bisa dirasakan meskipun kita tidak bisa melihatnya. Semangat muncul setelah kita mengingat tujuan awal dalam menjalani hidup ini.

Semangat timbul dari harapan orang-orang terdekat yang masuk ke dalam diri.  Harapan-harapan kemudian meinbulkan semangat dalam diri kita. Jika harapan digambarkan sebagai bahan bakar, semangat itu merupakan mesin yang menggerakkan tubuh untuk tetap berjuang dalam mencapai cita-cita dan impian.

Hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu

Bait terakhir menggambarkan doa-doa yang dipanjatkan malam itu sampai kepada seseorang, meskipun tidak tahu siapa yang mendoakannya. Namun, ia akan selalu ada dalam diri. Orang yang menyampaikan doa menggambarkan orang-orang yang pernah kita tolong. Dalam hidup ini, terkadang kita perlu membantu orang-orang yang sedang kesusahan, entah itu di tepi jalan, di toko, dan di tempat-tempat lainnya meskipun terkadang kita tidak mengenal orang-orang itu.

Orang-orang kita tolong selalu mendoakan yang terbaik bagi karena telah menolongnya. Oleh karena itu, dalam menjalani hidup ini, kita  pasti pernah merasa jatuh dalam keterpurukan, percaya bahwa tidak ada seorang pun yang membantu kita. Namun, yakinlah pasti ada orang-orang yang selalu mendoakan kita kapan pun dan dimana pun.

Tokoh “Kau” dalam puisi ini menggambarkan kita yang sedang berjuang menggapai cita-cita dan mimpi. Di dalam puisi ini, tokoh “kau” digambarkan sedang dalam perjalanan. Dalam perjalanan itu, ia mendengar suara burung, merasakan desir angin dan doa seseorang yang ada dalam dirinya yang selalu menyertainya meskipun dia tidak bisa melihatnya.

Burung, angin, dan doa yang menyertai tokoh “Kau” itu menggambarkan harapan, semangat dan doa yang selalu menyertai diri kita dalam menggapai cita-cita dan impian. Puisi ini mengajarkan pesan kehidupan yang berharga. Sapardi mengajarkan bahwa  meskipun dalam kehidupan yang penuh dengan cobaan dan rintangan, merasakan keterpurukan, namun percayalah akan selalu ada harapan, semangat, dan doa dari orang-orang terdekat yang akan selalu menyertai kita dalam mencapai cita-cita dan impian.

Tags: #Muhammad Zakwan Rizaldi
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Kenangan bersama Pak Yos: Dari Kolega Menjadi Sahabat

Berita Sesudah

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Berita Terkait

Identitas Lokal dalam Buku Puisi “Hantu Padang” Karya Esha Tegar

Konflik Sosial dan Politik pada Naskah “Penjual Bendera” Karya Wisran Hadi

Minggu, 02/11/25 | 17:12 WIB

  Pada pukul 10:00 pagi, 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Berkat desakan dari golongan muda,...

Aia Bangih Bukan Air Bangis

Apa Pentingnya Makna?

Minggu, 02/11/25 | 16:43 WIB

Oleh: Ahmad Hamidi (Dosen Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)    Apa pentingnya makna? Sejauh mana ia menggambarkan...

Lari Pagi atau Sore, Mana yang Lebih Efektif ?

Lari Pagi atau Sore, Mana yang Lebih Efektif ?

Minggu, 26/10/25 | 11:27 WIB

Oleh: Muhammad Afif  (Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia dan Mahasiswa Departemen Teknik Sipil Universitas Andalas)   Beberapa tahun terakhir, olahraga lari...

Puisi-puisi M. Subarkah

Ketika Bahasa Daerah Mulai Sunyi, Siapa yang Menjaga?

Minggu, 26/10/25 | 10:29 WIB

Oleh: M.Subarkah (Mahasiswa Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas)   Bahasa daerah adalah warisan yang tidak hanya layak dikenang, tetapi harus...

Perlawanan terhadap Lupa dalam Novel “Laut Bercerita”

Perlawanan terhadap Lupa dalam Novel “Laut Bercerita”

Minggu, 26/10/25 | 10:17 WIB

Oleh: Ghina Rufa’uda (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Dan yang paling berat bagi semua orang...

Perbedaan Tren Skena dan Kalcer

Perbedaan Tren Skena dan Kalcer

Minggu, 19/10/25 | 23:58 WIB

Oleh: Aprinalia Pratiwi (Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia dan S1 Teknik Lingkungan Universitas Andalas)   Dalam derasnya arus perkembangan zaman, manusia...

Berita Sesudah
Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tergugat Tak Hadir, Sidang Gugatan PMH H. Ismail Ibrahim terhadap Mantan Bupati Dharmasraya Ditunda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kolaborasi Penyelamatan Naskah Kuno di Surau Pondok Ketek

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Maskulinitas Toksik dan Kekerasan Gender dalam Novel Lelaki Harimau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kata Penghubung dan, serta, dan Tanda Baca Koma (,)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024