Minggu, 01/6/25 | 21:29 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home Unes

When Marnie Was There: Pertemuan dan Penerimaan

Minggu, 18/2/24 | 13:24 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah)

 

When Marnie Was There dapat dikatakan agak berbeda dari film-film besutan Ghibli lainnya yang kental akan kisah fantasi. Film ini lebih mengedepankan unsur melodrama psikologis yang diangkat dari novel berjudul sama karya Joan G. Robinson. Film yang disutradarai oleh Hiromasa Yonebashi ini terasa lebih tenang dan melankolis meskipun tetap dibubuhi unsur spiritual dan mistis.

Film yang dirilis pada 19 Juli 2014 ini bercerita seputar protagonis Anna Sasaki, seoarang anak adobsi yang selalu mempertanyakan tentang keberadaan dirinya. Ingatan masa kecilnya terbatas pada orang-orang yang saling berbisik dan berdebat untuk menitipkannya ke panti asuhan dan diadobsi oleh keluarga Sasaki. Keluarga yang dalam prasangkanya hanya mengadobsinya untuk sebuah tunjangan adobsi dari pemerintah.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Merasa terabaikan dan terisolasi dari lingkungan di sekitarnya adalah perasaan yang mendominasi Anna. Hal ini mulai ditampilkan sedari awal film. Di sebuah taman bermain, ia tampak cukup senang dan tersipu malu ketika Pak Guru hendak melihat tugas menggambarnya. Namun, di waktu bersamaan, seorang bocah lelaki menangis karena terjatuh ketika bermain. Orang-orang di sekitar, termasuk Pak Guru, mengalihkan perhatian dan berbondong-bondong menenangkan bocah lelaki tersebut. Entah karena diselubungi rasa kecewa, terkejut, dan diabaikan, penyakit asma yang diderita Anna pun kambuh hingga ia tersungkur sembari berkata, “Aku membenci diriku sendiri!”

Yoriko Sasaki (ibu angkat Anna) mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi Anna kepada dokter yang mengobatinya. Yoriko juga merasa bersalah dan lalai atas memburuknya penyakit yang diderita Anna. Dokter menyarankan Anna untuk sementara menghabiskan waktu di tempat dengan kualitas udara yang lebih baik. Hal inilah yang membuat Anna mengunjungi desa Kushiro yang terletak di dekat pantai dan tinggal bersama bibinya Kiyomasa Oiwa.

Selama tinggal bersama bibinya, Anna lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyendiri sembari menggambar. Suatu hari, untuk menghindari bersosialisasi dengan gadis sebayanya, tanpa sengaja ia menemukan sebuah rumah tua klasik dan melihat seorang gadis berambut pirang yang tampak sendu di salah satu jendela. Sejak saat itu, Anna selalu penasaran dengan rumah tersebut, terlebih ia penasaran dengan gadis berambut pirang yang tinggal di dalamnya.

Inilah awal mula pertemuan Anna dengan Marnie. Sosok misterius yang akhirnya membuat Anna lebih terbuka, melihat masa lalunya dengan lebih terang, dan yang lebih penting dari itu ialah menerima dirinya dengan perasaan yang lebih damai. Pertemuan misterius Anna dengan Marnie adalah kisah manis untuk menerima masa lalu dan proses untuk menerima dan nyaman dengan diri sendiri.

Sebagaimana kedominanan film Ghibli lainnya, pertukaran latar antara yang nyata dengan yang imajiner berdampak pada penyembuhan emosional atas diri yang mengalami krisis identitas. Anna adalah gadis muda yang pemurung, pengidap asma, dan depresi dengan keberadaan dirinya. Barangkali pikiran yang menyelubunginya ialah ia gadis yang jelek, bodoh, penyakitan, dan pemurung. Pikiran inilah yang membuat ia membenci diri sendiri.

Di sisi lain, Marnie dapat dikatakan berkebalikan dari dirinya. Ia adalah sosok yang ceria, pemberani, dan menyukai tantangan. Meski begitu, Marnie pun sebetulnya tak terlepas dari hal-hal yang menyedihkan. Ia sering ditinggal oleh orang tuanya yang sibuk bekerja dan tinggal bersama nenek pengasuh dan dua pembantu yang sering mengasarinya.

Pertemuan Anna dengan Marnie bukan tanpa alasan. Keduanya saling terhubung satu sama lain seperti masa lalu dan masa kini. Marnie adalah jawaban bagi Anna atas pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan dirinya. Menyaksikan film ini menghadirkan rasa tenang dan nyaman sebagaimana Anna pada akhirnya juga merasakan perasaan yang sama.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Penyandingan Kata “Mirip” dan “Jodoh”

Berita Sesudah

Terjadi di Dharmasraya, Ketua Bamus Nagari Diduga Ikut Jadi Saksi Caleg

Berita Terkait

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Cerita dari Balik Busa dan Bilasan

Minggu, 01/6/25 | 16:05 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Ada satu kebiasaan yang tak pernah absen menemani masa-masa kuliah saya dulu, menumpuk cucian....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jam Tangan dan Seni Menjadi Siapa

Minggu, 25/5/25 | 13:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah) Seorang teman pernah berujar tentang urgensi dari jam tangan. Ia menjelaskan tentang benda kecil yang...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Tertinggal Karena Lupa, Tertawa Karena Ingat

Minggu, 18/5/25 | 16:44 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Lupa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dalam keseharian, kita sering kali dibuat repot...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB

Lastry Monika Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah   Dalam tiga minggu terakhir, saya selalu mengangkat tema seputar...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Bila saya membawa teman pulang kampung, ibu hampir selalu...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Sastra Lisan dalam Keseharian

Minggu, 27/4/25 | 18:38 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   “Jangan menangis keras-keras! Nanti kamu dijemput Inyiak Bayeh. Rambutnya...

Berita Sesudah

Terjadi di Dharmasraya, Ketua Bamus Nagari Diduga Ikut Jadi Saksi Caleg

Discussion about this post

POPULER

  • Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Libur Panjang 29 Mei – 1 Juni 2025, Ini Rekomendasi Wisata Seru di Kota Padang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Sesalkan RS Rasidin Tolak Pasien Hingga Meninggal : Itu Tidak Manusiawi!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Klarifikasi Wali Nagari Koto Gadang, Lahan Sawit yang Dipinjamkan ke Petani Akan Diremajakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024