Metra Wiranda Putra, S.Sos.
(Alumni Manajemen Dakwah UIN Imam Bonjol Padang)
Pemilihan umum (pemilu) sudah lazim dilaksanakan di negara demokrasi. Pemilu merupakan mekanisme dalam mewujudkan tujuan demokrasi, yaitu pemerintah dari, oleh dan untuk rakyat. Hal di atas menggambarkan betapa pentingnya peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pesta demokrasi yang akan dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Penyelenggaraan pemilu merupakan manifestasi dari sila ke-4 Pancasila yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan”. Ini secara gamblang rakyat adalah aktor utama sebagai pemegang kedaulatan demokrasi.
Lebih kurang satu tahun lagi, Indonesia akan melangsungkan Pesta Demokrasi, yaitu Pemilu Serentak 2024. Unik kesannya, beda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, pemilihan Presiden-Wakil Presiden, Legislatif DPR-DPRD dengan pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota digelar ditahun yang sama. Pemilihan Presiden-Wakil Presiden dan calon Legislatif DPR-DPRD akan dihelat awal/pertengahan tahun 2024 dan pemilihan gubernur, bupati, dan wali Kota dilangsungkan pada akhir tahun 2024. Sejarah baru akan tercipta kembali di Indonesia di tahun 2024.
Tantangan dalam penyelenggaraannya tentunya pasti ada sebab ini baru pertama kali digelar di Indonesia. Sangat dibutuhkan ekstra kerja keras dan profesionalitas dari lembaga independen Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara Pemilu dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai lembaga yang mengawasi proses penyelenggaraan pemilu dan pilkada. Terlepas dari itu kesadaran masyarakat untuk datang dan mencoblos di hari pemungutan itu yang sangat penting. Intinya kolaborasi segala lini sektor masyarakat sebagai faktor penentu berjalan dengan suksesnya Pemilu nantinya. Salah satu yang tidak kalah pentingnya adalah partisipasi dari generasi Z. Siapa itu generasi Z? Para pakar sepakat bahwa generasi Z adalah orang-orang yang lahir di generasi internet atau organisasi yang sudah menikmati keajaiban teknologi usai kelahiran internet.
Bagaimana generasi Z di Indonesia? Internet hadir di Indonesia pada tahun 1990. Pada tahun 1994, Indonet hadir sebagai penyelenggara jasa internet komersial perdana di negeri ini. Kita anggap saja, generasi Z di Indonesia adalah mereka lahir di pertengahan 1990-an sampai medio 2000-an. Jadi, kalau dihitung-hitung, sebagian besar generasi Z di tahun 2024 umumnya sudah bisa memilih.
Kekhasan generasi digital ini ialah ketergantungan dengan teknologi, di mana tumbuh kembang kesehariannya tidak lepas dari teknologi. Teknologi bagian dari kehidupannya. Mereka rela tertinggal dompet daripada tertinggal handphone. Begitulah kira-kira saking ketergantungannya.
Hasil sensus penduduk yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2020. Jumlah penduduk Indonesia hasil SP 2020, yaitu 270, 20 juta jiwa. Dilihat dari Komposisinya, Generasi Z pemuncak jumlah jiwa yang hidup di Indonesia dengan persentase 27,94%, disusul Generasi Mileneal 25,87%, Generasi X 21,88%, Baby Boomers 11, 56%, Post Gen-Z 10,88% dan Pre-Boomers 1,87%.
Jika dilihat dari komposisi di atas, bisa dikatakan generasi Z pemegang kunci jawaban Pemilu 2024 nantinya. Kalau boleh berandai-andai, jika setiap generasi mengusulkan satu calon untuk menjadi presiden. Apalagi generasi Z se-Indonesia “Saciok bak ayam, sadanciang bak basi” (satu suara) untuk mendukung satu pasangan calon ditahun 2024 maka tidak mustahil akan menjadi pemenangnya. Generasi Z salah satu pemilik kontributor suara terbanyak nantinya. Ibaratnya generasi Z adalah lahan yang subur. Tidak diragukan suara gen-Z jadi bahan rebutan nantinya oleh pasangan calon yang akan berkontestan di tahun 2024.
Jika diamati peristiwa yang terjadi di lapangan terhadap partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam mengawal proses Pemilu hingga tahap pemungutan suara, partisipasi itu bisa dikatakan masih sangat lemah. Masih ada sebagian masyarakat beranggapan pemilu hanyalah milik orang yang berjouis. Beranggapan ikut atau tidak ikutnya kita mencoblos saat pemilu, yang pemilu tetap lanjut. Setelah itu anggapan kita petani tetap jadi petani walaupun kita ikut atau tidak memilih pada saat pemilu. Kepercayaan masyarakat terhadap para kontestan pemilu/pilkada sudah mulai memudar dikarenakan banyak obralan janji-janji manis dari kontestan tidak terlaksana sehingga gairah sebagian masyarakat enggan hadir untuk datang dihari pemungutan suara karena merasa didustai. Sama-sama kita ketahui, satu menit dibilik suara menentukan arah bangsa Indonesia lima tahun ke depan.
Persoalan seperti ini merupakan penyakit yang akan menggerogoti Pemilu Serentak 2024. Jika ini tidak diobati, hal ini bisa menjadi lumbung masalah sehingga partisipasi masyarakat untuk hadir pada saat pemungutan suara akan melemah. Partisipasi generasi Z bisa jadi “Sitawa Sidingin”di Pemilu Serentak 2024. “Sitawa Sidingin” adalah tumbuhan-tumbuhan untuk pengobatan tradisional orang dahulu. Banyak pemaknaan “Sitawa Sidingin” digunakan oleh orang-orang untuk pemberian manfaat terhadap sesuatu yang berdampak positif.
Generasi Z merupakan generasi yang intelektual terbuka akan keberagaman dan cakap dalam pengaplikasian teknologi. Tinggal bagaimana cara sumber daya manusia generasi Z bisa di manajemen dengan baik . Jika Ini bisa dilakukan, generasi Z menjadi aktor protagonis menjelang pemilu nantinnya. Mereka menjadi corong yang baik penjembatan komunikasi kepada masyarakat, apalagi dengan jumlahnya yang dominan. Satu corong 5 atau sampai 100 orang mampu mendengarnya. Gen-Z mampu bersosialisasi melalui dunia nyata dan dunia maya, seperti di aplikasi Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter dan media lainnya berapa ratusan, bahkan ribuan orang yang akan membaca dan mendengarkan karya-karyanya. Jika konten itu berbaur positif berkaitan dengan keterlibatan masyarakat untuk Pemilu di-share ke setiap media sosialnya, tak terbayangkan berapa ratusan orang yang akan terpengaruh setelah membaca dan mendengarnya. Itu baru satu orang. Bayangkan seratus orang gen-Z membuat seperti itu berapa ribu yang akan terpengaruh olehnya. Tidak salah juga nantinya pemilu serentak 2024 menjadi sejarah partisipasi masyarakat Indonesia tertinggi jika hal ini bisa dicermati dengan baik.
Gadur, Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, 08 September 2022
Discussion about this post