Minggu, 01/6/25 | 19:30 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Alasan Berfoto dengan Kamera DSLR Digantung di Leher

Minggu, 05/6/22 | 09:59 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

Saya kira tentu ada yang pernah melihat seseorang yang berfoto dengan gaya menggantungkan kamera DSLR di leher atau mengalaminya sendiri. Uniknya berfoto dengan gaya seperti itu lalu meminta seseorang pula memfotonya dengan menggunakan kamera ponsel. Saya yakin tentu yang melakukan hal itu mempunyai alasan tersendiri atau mungkin lebih enaknya disebut dengan alasan khusus. Atau mungkin juga gaya seperti itu diyakini mempunyai nilai estetika tinggi, tidak menutup kemungkinan juga kan? Gaya berfoto seperti itu setidaknya membuat saya bertanya sendiri dalam hati, biar apa? Adakah filosofinya? Atau itu memang salah satu gaya berfoto yang populer? Beberapa pertanyaan itu sering muncul saat melihat gaya berfoto seperti itu karena gaya foto seperti itu mungkin bagi sebagian pembaca terlihat aneh.

Kadang juga saya bertanya, kenapa tidak berfoto menggunakan kamera DSLR yang ia gantung di leher itu? Tentu hasil gambar yang didapat lebih berkualitas, tetapi itu pertanyaan beberapa waktu yang lalu. Setelah bincang-bincang dengan beberapa orang teman, akhirnya saya bisa memaklumi dan menganggapnya tidak aneh lagi. Baiklah, di sini saya beri tahu kamu beberapa alasannya. Siapa tahu pembaca juga sempat bertanya-tanya dan menganggapnya aneh seperti saya.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Pertama, mungkin saja daya baterai DSLR-nya habis. Alasan ini tentu sangat masuk akal. Kadang, seseorang atau mungkin juga sekelompok orang yang pergi melancong di suatu tempat wisata tanpa adanya baterai cadangan. Atau mungkin juga tidak ada tempat untuk mengisi ulang daya baterai, misalnya saat mau berangkat liburan lupa untuk mengisi daya baterai hingga penuh saat di lokasi objek wisata kamera DSLR-nya sering digunakan untuk mengabadikan semua momen yang dilalui.

Kedua, berfoto bukan menggunakan kamera ponsel, melainkan dengan kamrea DSLR yang lain. Mungkin saja seseorang atau sekelompok wisatawan yang lagi pergi hunting untuk berfoto dengan membawa lebih dari satu kamrea DSLR, misalnya dalam sekelompok wisatawan itu mempunya masing-masing kamera DSLR. Tentu saja kamera yang lainnya menjadi aksesoris untuk berfoto. Atau, bagi yang pergi sendirian dia membawa dua kamera DSLR, berswafoto dengan kamera yang satunya digantung di leher.

Ketiga, momen yang tidak disengaja. Bisa jadi saat pengguna kamera DSLR lagi asyik memfoto objek tertentu, tiba-tiba bertemu teman lama yang sedang membawa kamera DSLR-nya juga. Untuk mengabadikan momen itu tidak ada salahnya juga berswafoto yang salah satu pengguna kamera DSLR-nya digantung di leher. Boleh juga kan?

Keempat, ikut-ikutan gaya orang lain. Alasan keempat ini saya mengira banyak pula yang menggunakannya. Bisa jadi dengan seringnya melihat gaya berfoto seperti itu, muncul rasa keinginan untuk mencoba bergaya seperti itu juga. Mungkin saja gaya seperti itu dianggap sedang tren dan viral. Kelima, alasan ini bersifat promosi dan bisnis, mungkin saja gaya seperti itu lagi endorse sebuah produk kamera. Tentu ini alasan yang saya kira tidak semua pengguna juga yang menyampaikannya.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-Puisi Mhd. Irfan

Berita Sesudah

Puisi-puisi Putri Ningsih dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Terkait

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Cerita dari Balik Busa dan Bilasan

Minggu, 01/6/25 | 16:05 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Ada satu kebiasaan yang tak pernah absen menemani masa-masa kuliah saya dulu, menumpuk cucian....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jam Tangan dan Seni Menjadi Siapa

Minggu, 25/5/25 | 13:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah) Seorang teman pernah berujar tentang urgensi dari jam tangan. Ia menjelaskan tentang benda kecil yang...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Tertinggal Karena Lupa, Tertawa Karena Ingat

Minggu, 18/5/25 | 16:44 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Lupa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dalam keseharian, kita sering kali dibuat repot...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB

Lastry Monika Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah   Dalam tiga minggu terakhir, saya selalu mengangkat tema seputar...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Bila saya membawa teman pulang kampung, ibu hampir selalu...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Sastra Lisan dalam Keseharian

Minggu, 27/4/25 | 18:38 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   “Jangan menangis keras-keras! Nanti kamu dijemput Inyiak Bayeh. Rambutnya...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Putri Ningsih dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi-puisi Putri Ningsih dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Discussion about this post

POPULER

  • Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    Kualitas Aspal Jalan di Kecamatan IV Koto Agam Dipertanyakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Libur Panjang 29 Mei – 1 Juni 2025, Ini Rekomendasi Wisata Seru di Kota Padang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Moral dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Sesalkan RS Rasidin Tolak Pasien Hingga Meninggal : Itu Tidak Manusiawi!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Klarifikasi Wali Nagari Koto Gadang, Lahan Sawit yang Dipinjamkan ke Petani Akan Diremajakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Epigram 60: Perayaan Ulang Tahun Terakhir Joko Pinurbo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024