Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)
Saya kira tentu ada yang pernah melihat seseorang yang berfoto dengan gaya menggantungkan kamera DSLR di leher atau mengalaminya sendiri. Uniknya berfoto dengan gaya seperti itu lalu meminta seseorang pula memfotonya dengan menggunakan kamera ponsel. Saya yakin tentu yang melakukan hal itu mempunyai alasan tersendiri atau mungkin lebih enaknya disebut dengan alasan khusus. Atau mungkin juga gaya seperti itu diyakini mempunyai nilai estetika tinggi, tidak menutup kemungkinan juga kan? Gaya berfoto seperti itu setidaknya membuat saya bertanya sendiri dalam hati, biar apa? Adakah filosofinya? Atau itu memang salah satu gaya berfoto yang populer? Beberapa pertanyaan itu sering muncul saat melihat gaya berfoto seperti itu karena gaya foto seperti itu mungkin bagi sebagian pembaca terlihat aneh.
Kadang juga saya bertanya, kenapa tidak berfoto menggunakan kamera DSLR yang ia gantung di leher itu? Tentu hasil gambar yang didapat lebih berkualitas, tetapi itu pertanyaan beberapa waktu yang lalu. Setelah bincang-bincang dengan beberapa orang teman, akhirnya saya bisa memaklumi dan menganggapnya tidak aneh lagi. Baiklah, di sini saya beri tahu kamu beberapa alasannya. Siapa tahu pembaca juga sempat bertanya-tanya dan menganggapnya aneh seperti saya.
Pertama, mungkin saja daya baterai DSLR-nya habis. Alasan ini tentu sangat masuk akal. Kadang, seseorang atau mungkin juga sekelompok orang yang pergi melancong di suatu tempat wisata tanpa adanya baterai cadangan. Atau mungkin juga tidak ada tempat untuk mengisi ulang daya baterai, misalnya saat mau berangkat liburan lupa untuk mengisi daya baterai hingga penuh saat di lokasi objek wisata kamera DSLR-nya sering digunakan untuk mengabadikan semua momen yang dilalui.
Kedua, berfoto bukan menggunakan kamera ponsel, melainkan dengan kamrea DSLR yang lain. Mungkin saja seseorang atau sekelompok wisatawan yang lagi pergi hunting untuk berfoto dengan membawa lebih dari satu kamrea DSLR, misalnya dalam sekelompok wisatawan itu mempunya masing-masing kamera DSLR. Tentu saja kamera yang lainnya menjadi aksesoris untuk berfoto. Atau, bagi yang pergi sendirian dia membawa dua kamera DSLR, berswafoto dengan kamera yang satunya digantung di leher.
Ketiga, momen yang tidak disengaja. Bisa jadi saat pengguna kamera DSLR lagi asyik memfoto objek tertentu, tiba-tiba bertemu teman lama yang sedang membawa kamera DSLR-nya juga. Untuk mengabadikan momen itu tidak ada salahnya juga berswafoto yang salah satu pengguna kamera DSLR-nya digantung di leher. Boleh juga kan?
Keempat, ikut-ikutan gaya orang lain. Alasan keempat ini saya mengira banyak pula yang menggunakannya. Bisa jadi dengan seringnya melihat gaya berfoto seperti itu, muncul rasa keinginan untuk mencoba bergaya seperti itu juga. Mungkin saja gaya seperti itu dianggap sedang tren dan viral. Kelima, alasan ini bersifat promosi dan bisnis, mungkin saja gaya seperti itu lagi endorse sebuah produk kamera. Tentu ini alasan yang saya kira tidak semua pengguna juga yang menyampaikannya.