Selasa, 15/7/25 | 03:20 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Alasan Berfoto dengan Kamera DSLR Digantung di Leher

Minggu, 05/6/22 | 09:59 WIB

Lastry Monika
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

Saya kira tentu ada yang pernah melihat seseorang yang berfoto dengan gaya menggantungkan kamera DSLR di leher atau mengalaminya sendiri. Uniknya berfoto dengan gaya seperti itu lalu meminta seseorang pula memfotonya dengan menggunakan kamera ponsel. Saya yakin tentu yang melakukan hal itu mempunyai alasan tersendiri atau mungkin lebih enaknya disebut dengan alasan khusus. Atau mungkin juga gaya seperti itu diyakini mempunyai nilai estetika tinggi, tidak menutup kemungkinan juga kan? Gaya berfoto seperti itu setidaknya membuat saya bertanya sendiri dalam hati, biar apa? Adakah filosofinya? Atau itu memang salah satu gaya berfoto yang populer? Beberapa pertanyaan itu sering muncul saat melihat gaya berfoto seperti itu karena gaya foto seperti itu mungkin bagi sebagian pembaca terlihat aneh.

Kadang juga saya bertanya, kenapa tidak berfoto menggunakan kamera DSLR yang ia gantung di leher itu? Tentu hasil gambar yang didapat lebih berkualitas, tetapi itu pertanyaan beberapa waktu yang lalu. Setelah bincang-bincang dengan beberapa orang teman, akhirnya saya bisa memaklumi dan menganggapnya tidak aneh lagi. Baiklah, di sini saya beri tahu kamu beberapa alasannya. Siapa tahu pembaca juga sempat bertanya-tanya dan menganggapnya aneh seperti saya.

BACAJUGA

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB
Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Pertama, mungkin saja daya baterai DSLR-nya habis. Alasan ini tentu sangat masuk akal. Kadang, seseorang atau mungkin juga sekelompok orang yang pergi melancong di suatu tempat wisata tanpa adanya baterai cadangan. Atau mungkin juga tidak ada tempat untuk mengisi ulang daya baterai, misalnya saat mau berangkat liburan lupa untuk mengisi daya baterai hingga penuh saat di lokasi objek wisata kamera DSLR-nya sering digunakan untuk mengabadikan semua momen yang dilalui.

Kedua, berfoto bukan menggunakan kamera ponsel, melainkan dengan kamrea DSLR yang lain. Mungkin saja seseorang atau sekelompok wisatawan yang lagi pergi hunting untuk berfoto dengan membawa lebih dari satu kamrea DSLR, misalnya dalam sekelompok wisatawan itu mempunya masing-masing kamera DSLR. Tentu saja kamera yang lainnya menjadi aksesoris untuk berfoto. Atau, bagi yang pergi sendirian dia membawa dua kamera DSLR, berswafoto dengan kamera yang satunya digantung di leher.

Ketiga, momen yang tidak disengaja. Bisa jadi saat pengguna kamera DSLR lagi asyik memfoto objek tertentu, tiba-tiba bertemu teman lama yang sedang membawa kamera DSLR-nya juga. Untuk mengabadikan momen itu tidak ada salahnya juga berswafoto yang salah satu pengguna kamera DSLR-nya digantung di leher. Boleh juga kan?

Keempat, ikut-ikutan gaya orang lain. Alasan keempat ini saya mengira banyak pula yang menggunakannya. Bisa jadi dengan seringnya melihat gaya berfoto seperti itu, muncul rasa keinginan untuk mencoba bergaya seperti itu juga. Mungkin saja gaya seperti itu dianggap sedang tren dan viral. Kelima, alasan ini bersifat promosi dan bisnis, mungkin saja gaya seperti itu lagi endorse sebuah produk kamera. Tentu ini alasan yang saya kira tidak semua pengguna juga yang menyampaikannya.

Tags: #Lastry Monica
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-Puisi Mhd. Irfan

Berita Sesudah

Puisi-puisi Putri Ningsih dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Terkait

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Crack! Sebuah Denting Kecil

Minggu, 13/7/25 | 18:39 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Akhir tahun lalu, saya pernah menulis tentang raket nyamuk di rubrik “Renyah” ini. Tulisan...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Pesan yang Tak Pernah Usai

Minggu, 06/7/25 | 16:34 WIB

  Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Pekan lalu, tepatnya Minggu, 29 Juni 2025, saya menuliskan kembali kenangan tentang masa...

Satu Tikungan Lagi

Yang Tersembunyi di Balik Ramalan

Minggu, 29/6/25 | 19:13 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Semasa sekolah menengah, saya dan banyak teman sebaya gemar mengakses ramalan, dari situs mistis...

Belajar dari Menunggu

Minggu, 22/6/25 | 18:32 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Menunggu ujian bukan hanya soal duduk diam di luar ruang kelas dengan segelas air...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jalan Pagi atau Jajan Pagi

Minggu, 15/6/25 | 17:57 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Beberapa minggu terkahir ini, di akhir pekannya saya suka jalan-jalan pagi. Niat awalnya olah...

Satu Tikungan Lagi

Masih Tentang Busa dan Bilasan

Minggu, 08/6/25 | 17:51 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, di rubrik Renyah, saya menulis tentang pengalaman mencuci pakaian—aktivitas sederhana yang diam-diam...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Putri Ningsih dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi-puisi Putri Ningsih dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Discussion about this post

POPULER

  • Sekitar 150 warga Jorong Kampuang Surau, Nagari Gunung Selasih, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, menggelar aksi unik dengan mengarak TOA (pengeras suara) keliling kampung pada Minggu malam (13/7/2025).

    Warga Kampuang Surau Arak TOA Keliling Kampung, Tuntut Pengembalian 20 Persen Lahan dari PT BPSJ

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perayaan HUT Koperasi ke-78 di Bukittinggi, Bung Hatta Kembali Jadi Inspirasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yusri Latif: Koperasi Harus Jadi Kunci Kebangkitan UMKM dan Potensi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024