
Menuju Tak Terbatas dan Melampauinya
Oleh: Salwa Ratri Wahyuni
Sore itu, burung-burung manyar berbisik
bahwasanya ketiadaanmu akan membawaku
jauh ke tahun-tahun pithecanthropus erectus
Pulang ke rahim purba yang samar dan asing
Meraba-raba hampa udara tanpa bersua matahari selamanya
Menjadi kuno dan gelap
Bagian pemuja kapak perimbas yang setia
Memang manusia tidak pernah selamanya
Segala ketiadaan adalah niscaya
Dan barangkali memang kabar burung
Belum cukup berbahaya untuk menjadi absah
Yang terlintas malam itu,
cukuplah kapal pinisiku yang gagah ini
berlagak menjangkau galaksimu yang jauh sekali
Namun, demikianlah pelayaran ini hanya
kuasa berlabuh sampai tanah aborigin saja
Kali ini demi teripang
Tidak untuk menjangkau rentang jarakmu
yang seluas kecepatan cahaya
Kau, jauh sekali
Aku harus berperang untuk menjangkaumu,
sampai mau gila rasanya
Rengat 7 Agustus, 2024
Rusak
Oleh: Salwa Ratri Wahyuni
Mawar putih di pekarangan rumahmu telah lama rusak
Kenanga tidak lagi wangi, dan asoka tengah binal-binalnya
Sunyi dalam rumahmu kini berbiak-biak menjelma kutuk
Tiap detik tiang-tiangnya mewujud kecil, asing, dan tidak berarti
Dalam tidurku yang panjang, telah kusadar
Kepulangan tidak pernah ada
Rumahku telah lama mendekam dalam tanah merah
Bercucur kembang tujuh rupa di atasnya,
dengan doa-doa yang bergantungan di udara
Rengat, 11 Agustus 2024
Kapal Ini Terseret Badai
Oleh: Salwa Ratri Wahyuni
Aku menahan muntah dan kantuk
dalam kapal penumpang senin menuju rabu.
Di dalamnya ramai sekali manusia,
berdesak-desakan, dan berlarian semaunya.
Suatu kali kapal terombang badai,
perutku makin mual kala mendengar penjelasan nakhoda.
Katanya segala hal menuntut pengklasifikasian dan pendefinisian.
Tidak perlu dihapal, tapi mampu dijabarkan, diterapkan, dan di presentasikan.
Sejak saat itu waktu rasanya berlari.
Tidurku memang tidak pernah kurang,
tapi kantukku terus saja bertambah.
Padang, 28 Agustus 2024
Seni Bertahan Hidup
Oleh: Salwa Ratri Wahyuni
dan rupanya,
setiap hari kita tengah belajar menjadi manusia
di bangku-bangku sunyi maupun berisik, tempat pembuangan akhir,
di lorong busuk, jalanan liar, pasar loak, atau rumah suci.
nanti,
pada akhirnya kita akan menjadi pelaku seni bertahan hidup selamanya
buta ke larut menjadi bagian mengeja kata
entah perjalanan mengais ego atau menyentil validasi
nanti pun kita akan sadar bahwasanya dahulu,
ujian matematika tidak lebih berat daripada ujian hidup
upacara tiap senin tidak lebih melelahkan daripada masalah hidup
serta bangun pagi tiap hari tidak lebih berat daripada beban hidup
dan rupanya
pada akhirnya sejauh apapun kulari maupun melarikan diri
aku sadar, Sal.
aku selalu berpulang ke “aku”
menapak perjalanan maha asik di lubuk sendiri
maka, biarlah perjalanan ini bernama, “perjalanan mencari aku”
Padang, 10 November 2024
Biodata:
Salwa Ratri Wahyuni, lahir di Rengat 14 Juni 2005, saat ini merupakan mahasiswa SastraIndonesia dan bergiat di Labor Penulisan Kreatif FIB Universitas Andalas. Penulis dapat disapa melalui akun Instagram @waa.tashi