Oleh: Alex Darmawan
(Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Beberapa tahun di belakang, media televisi pernah memberitakan gosip mengenai hubungan salah satu selebritas tanah air, sekaligus penyanyi dangdut, yakni Zaskia Gotik dengan mantan tunangannya, Vicky Prasetyo. Berita ini dulu menyedot perhatian banyak kalangan, mulai dari ibu-ibu, remaja, sampai kepada pemerhati gosip. Perihalnya, Zaskia yang dikenal dengan goyang itiknya dikabarkan akan menikah dengan seorang yang identitasnya masih dirahasiakan.
Dalam pemberitaannya tunangan Zaskia adalah seorang pengusaha besar dan memiliki pendidikan tinggi. Nyatanya, semua identitas yang melekat pada Vicky (tunangan Zaskia) diragukan kebenarannya. Pada satu kesempatan wawancara dengan salah satu media infotainment swasta, Vicky memberikan pernyataan yang sangat kontroversial dan tidak bisa dimengerti apa maksud pembicaraannya.
Setiap pertanyaan reporter televisi dijawab dengan pernyataan yang berbeda oleh Vicky. Kosakata/dan diksi yang digunakan saat berbicara tampak seperti orang intelektual, seperti kudeta hati, standarisasi kemakmuran, labil ekonomi, dan lain sebagainya. Namun, pada dasarnya penggunaan kata-kata tersebut tidak sesuai dengan konteksnya. Hal itulah yang membuat semua tabir mengenai diri Vicky terbuka luas di depan publik tentang siapa dia sebenarnya. Pernyataan Vicky menjadi fenomenal di kalangan masyarakat yang dikenal dengan istilah vickynisasi.
Pada saat ini, pandangan masyarakat dipukau dengan orasi seseorang yang kerap tampil di telivisi, yakni Rocky Gerung. Beliau dikenal sebagai sosok yang cerdas sehingga disebut seorang profesor. Kemampuan berbahasa beliau pun dianggap mampu menggelitik logika para pendengarnya karena narasi yang dibuat. Deretan publik figur yang menjadi buah bibir karena kemampuan berbahasa mulai dari Vicky Prasetyo, Rocky Gerung, Verrell Bramasta, sampai kepada Fajar Sadboy. Mereka dianggap orang yang pintar dan cerdas sejati. Muncul pertanyaan besar, apakah benar pemakaian bahasa merefleksikan kecerdasan seseorang? Penggunaan bahasa yang bagaimana mampu yang mampu menunjukkan kecerdasan seseorang?
Beberapa ahli membuat defenisi tentang inteligensi atau kecerdasan. Defenisi yang diberikan para ahli sebagian terkait dengan fungsi mental otak manusia karena perkembangan mental dan otak akan memberikan pengaruh terhadap kecerdasan seseorang. Mental otak manusia yang buruk akan menghambat perkembangan manusia, terutama kecerdasannya. Sebaliknya, mental dan otak manusia yang baik fungsinya akan berimplikasi kepada tingkat kecerdasan manusia yang bersangkutan. Berbicara mengenai kecerdasan, perlu juga melibatkan kematangan kognisi karena tingkat kecerdasan terkait dengan kematangan mental (kognisi). Selanjutnya, kematangan kognisi terkait juga dengan pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
Inteligensi sering didefenisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman sendiri (Dalyono, 1996:183). Penyesuaian diri dan belajar dari pengalaman akan memberikan kontribusi bagi kehidupan seseorang. Defenisi lainnya dari Garet (1946:372) yang menjelaskan bahwa inteligensi paling tidak mencakup kemampuan yang diperlukan dalam pemecahan masalah yang umumnya memerlukan pemahaman dan penggunaan simbol tertentu. Kemampuan seseorang memecahkan masalah yang dihadapinya merupakan ciri bahwa dia memiliki kecerdasan yang memadai. Jadi, secara umum kecerdasan itu adalah kemampuan memanfaatkan potensi, pengalaman, pengetahuan, dan situasi sehingga menghasilkan kreativitas baru yang menguntungkan dirinya dan orang lain/ masyarakat.
Menurut Howard Gardner (dalam Suparno, 2004:17), seorang peneliti kecerdasan menyimpulkan bahwa kecerdasan ada sembilan macam, yaitu: (1) kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan menggunakan bahasa. (2) kecerdasan logis-matematis, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti yang dimiliki oleh seorang akuntan, programer, teknik, ilmuan sain, dan lain sebagainya. (3) kecerdasan ruang-visual, yaitu kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat termasuk kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarkan sesuatu hal atau benda dalam pikiran dan sesungguhnya menjadi sesuatu yang nyata serta mengungkap data dalam suatu grafik, seperti artis, navigator, dan dekorator. (4) kecerdasan musikal, merupakan kemampuan untuk mengembangkan, mengungkapkan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, misalnya kepekaan terhadap melodi, intonasi, memainkan alat musik, kemampuan bernyanyi, menikmati lagu, dan menciptakan lagu. (5) kecerdasan kinestetik-tubuh, yaitu kemampuan menggunakan tubuh atau gerak untuk mengekspresikan gagasan atau perasaan, termasuk keterampilan mengordinasikan gerakkan dan kelenturan tubuh. (6) kecerdasan interpersonal (sosial), adalah kemampuan untuk memahami dan peka terhadap perasaan, maksud, motivasi, watak/karakter, ekspresi wajah, suara, isyarat, dan temperamen orang lain. Kemampuan lain untuk menjalin hubungan atau komunikasi dengan berbagai orang. (7) kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan untuk mengenal diri sendiri, mengendalikan perasaan dan emosi, serta bertindak secara adaptif berdasarkan hasil renungan atau pengenalan diri. (8) kecerdasan natural, merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, memahami dan menikmati alam, serta merasa memiliki alam. (9) kecerdasan eksistensial, menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan tentang keberadaan atau eksistensi manusia.
Salah satu kecerdasan manusia yang disebutkan oleh Gardner di atas yaitu, kecerdasan bahasa (language intelligence). Kecerdasan bahasa merupakan kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis seperti yang dimiliki oleh para editor, jurnalis, sastrawan, penerjemah, orator, dan lain sebagainya. Kecerdasan bahasa berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum, baik bahasa lisan maupun tulis.
Kecerdasan berbahasa sebenarnya terkait dengan menggunakan sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan dan kemampuan menggunkan ragam bahasa secara tepat sehingga menghasilkan kreativitas baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan. Dalam kajian bahasa, indikator kecerdasan seseorang dapat diamati pada, pertama; peningkatan kemampuan menyusun berbagai analisis, deskripsi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Kedua, peningkatan kemampuan menggunakan unsur-unsur kalimat dan membuat kalimat efektif. Ketiga, peningkatan menyusun karangan ilmiah secara logis dan sistematis. Keempat, peningkatan kemampuan membaca kritis, analisis, sintesis dan sinergis sehingga menciptakan kreativitas baru. Singkatnya, kemampuan berbahasa yang efektif, logis, sistematis, lugas, jelas dan mudah dipahami merupakan refleksi kecerdasan. Kekurangan kemampuan berbahasa mencerminkan tingkat kecerdasan seseorang. Ketidakmampuan dalam berbahasa yang baik berakibat ketidakjelasan dan kelambanan berekspresi dalam memahami konsep informasi dari orang lain. Lebih lanjut, kemampuan ini bertampak pada penilaian karakter seseorang.
Dengan kecerdasan berbahasa, seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan dan potensi diri serta mampu memahami orang lain dalam bentuk sederhana, misalnya menyatakan rasa lapar, menyatakan simpati, kecewa kepada orang lain, kemampuan memenangkan negosiasi, menyerap konsep yang ditulis oleh orang lain, dan menjadikan potensi baru dalam mengembangkan karakter serta kecerdasan. Hal ini disebabkan oleh kecerdasan berbahasa yang memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih baik. Apalagi kecerdasan bahasa didukung oleh kecerdasan lainnya secara sinergis maka seseorang akan memiliki kecerdasan ganda (kecerdasan majemuk).
Untuk persoalaan vickynisasi di atas, mungkin Vicky sosok yang cerdas, mampu meyakinkan orang lain. Hal ini terbukti dari banyak relasi dan rekan bisnisnya, terlepas dari persoalan yang menimpanya. Akan tetapi, kecerdasan Vicky tidak disinergikan dengan kecerdasan berbahasa sehingga tidak membangun karakter diri yang baik. Wauallahualam bis Shawab.