Misteri Hutan Diam
Karya: Nafisah Hayatun Nufus
Matahari terbit dari timur menyapa Senja yang sedang berjalan membawa busur dan anak panah. Burung-burung bernyanyi merdu menjadi lagu pengiring langkah Senja di dalam hutan tempatnya mencari perburuan. Tiupan angin dari selatan membuat dahan pohon menari dan bergoyang mengikuti arah angin, menambah ceria suasana hati Senja.
Waktu hampir tengah hari, saat Senja telah mendapat dua ekor rusa kecil dari hasil berburu. Dua ekor rusa itu untuk mengisi persediaan makanan sebelum musim salju datang. Puas mendapatkan hasil berburu, Senja memutuskan untuk kembali ke rumah.
Dalam perjalanan, Senja punya firasat yang aneh. Senja merasa jalan yang dilalui sebelumnya berbeda dengan yang ia jalani sekarang. Namun, Senja tetap berjalan terus berharap tepi hutan segera terlihat.
Waktu terus berjalan hingga matahari berada di atas kepala Senja. Firasat Senja benar. Ia telah berada di hutan yang berbeda. Dari perbedaan dahan pohon-pohon yang sebelumnya suka menari mengikuti arah angin selatan. Namun, dahan pohon yang sekarang tegak, kaku dan tak bergerak. Hawa hutan itu semakin terasa hangat tak menyenangkan. Ah, susah digambarkan rasa tak menyenangkan hutan itu.
“Aku belum pernah melihat hutan yang sangat rimbun di daerah sini,” Senja bergumam pelan. Berhati-hati Senja melihat ke sekeliling. Dia merasa ada seseorang yang memerhatikannya. Tapi entah siapa.
“Oya… Sudah lama tidak ada manusia yang tersesat di hutan diam ini.”
Tanpa Senja sadari, seseorang berbicara dari belakang dengan senyum misterius yang terpampang di wajahnya.
Senja terkejut hingga terjatuh, mendengar suara berat dari sosok yang memakai kamishimo. Dengan cepat dia menoleh ke belakang. Katana yang ada di pinggang kiri laki-laki itu berbalut sarung berwarna hitam. Sosok itu bertambah misterius karena kepalanya ditutup oleh topi jerami dan terlihat seperti seorang samurai yang berkelana ke berbagai daerah. Akan tetapi, ia bukanlah seorang samurai pengelana.
Senja bergegas berdiri mengambil pedang dan membentuk posisi siaga. Senja khawatir jika sosok samurai itu ternyata seorang yang bisa mengancam nyawanya.
“Siapa kamu?” Tanya Senja. Suaranya terdengar gemetar.
“Tenang, aku tidak bermaksud untuk membunuhmu. Nyawamu tidak akan membuatku untung,” jawab sosok samurai dengan tenang.
“Aku hanya ingin menjemput manusia yang telah tersesat di hutan ini dan menugaskan manusia itu untuk menyelesaikan misi,” sosok samurai itu melanjutkan jawabannya.
“Apa itu aku?” Senja bertanya kembali.
“Hahaha… sadar juga,” jawab samurai di depan Senja. “Namaku Matsuda, seorang samurai yang ditugaskan untuk menemani manusia dalam menyelesaikan sebuah misi, contohnya seperti saat ini,” Matsuda memperkenalkan diri.
Matsuda menjelaskan kepada Senja jika ingin keluar dari hutan diam ini, ia harus menyelesaikan misi terlebih dahulu. Misinya adalah berburu monster-monster di berbagai tingkat yang berbeda. Di mulai dari tingkat terendah, yaitu rank C. Lalu tahap rank B, dan yang terakhir adalah tingkat paling tinggi, yaitu rank A.
“Apa yang akan terjadi jika aku menolak misinya?” Senja bertanya dengan hati-hati. Wajah Matsuda awalnya tersenyum, mendadak berubah tiga ratus enam puluh derajat menjadi wajah yang serius.
“Kau akan dimakan oleh segerombolan monster mematikan dan… terjebak di sini selamanya tanpa ada satupun yang menolongmu, termasuk aku.”
Senja menelan ludahnya. Mendengar itu, membuat sekujur tubuhnya merinding. Senja kemudian menghempaskan nafasnya. Lebih baik ia mengambil risiko menerima misi daripada menolak misinya. Setidaknya misi itu dia lakukan bersama Matsuda sebagai rekan berburunya.
“Baiklah, aku setuju,” ucap Senja mantap.
“Aku suka jawabanmu itu,” puji Matsuda.
Matsuda menyuruh Senja untuk mengikutinya dari belakang. Saat sudah sampai di tempat monster rank C berada, suasana hening. Namun tiba-tiba ada monster menyerang dari belakang Senja.
Sing!
Untungnya Senja cepat menangkis serangan dari monster tersebut.
“Oya… Baru sampai saja sudah di sambut.” Matsuda tersenyum santai melihat segerombolan monster yang berbentuk serigala zombie telah berkumpul mengelilingi mereka. Bak serigala hidup, mereka juga mempunyai air liur yang berjatuhan karena inginnya mereka memangsa Senja dan Matsuda.
“Kau sudah mahir dalam berburu binatang bukan?” Matsuda bertanya kembali pada Senja yang berada di sampingnya. Walaupun Matsuda sudah tahu Senja adalah pemburu yang handal tapi dia ingin berbasa-basi agar Senja lebih tenang.
“Tentu saja, aku pandai dalam mencari titik lemah mangsa berburuku,” jawab Senja dengan posisi siaga.
Matsuda menganggukkan kepalanya semangat, “Kalau begitu, ayo kita mulai!”
Senja memulai perburuannya dengan bersemangat dan berlari menghampiri monster di depannya, mendahului Matsuda yang sudah tertinggal di belakang. Dengan gesit, Senja memburu monster dengan pedang yang selalu ia bawa. Lalu Senja menebas leher monster tersebut. Dilanjutkan perburuannya dengan monster yang ada di sampingnya.
Begitu juga Matsuda yang tak kalah dalam perburuan. Matsuda menunggu monster-monster itu menyerangnya. Lima monster itu telah berlari mengarah ke Matsuda. Dengan sekali tebasan, Matsuda dapat mematikan semua monster-monster menyeramkan.
“Ini sangat mudah!” Ucap Senja sambil mengusap hidungnya dengan ibu jari tangan kiri.
Setelah mereka melawan monster tingkat terendah, mereka lanjut melawan monster tingkat menengah. Monster di rank B berbentuk singa. Monster singanya tidak sebanyak di rank C. Akan tetapi melawan singa ini sulit. Walaupun hanya dua singa saja, namun kekuatannya lebih kuat dan lincah dibandingkan monster sebelumnya yang mampu membuat Senja kewalahan. Karena bantuan dari Matsuda dengan strategi matangnya, mereka dapat mengalahkan para singa itu.
Hingga akhirnya Senja dan Matsuda bertemu dengan monster tingkat tertinggi, yaitu monster berbadan beruang coklat. Namun, monster ini berukuran tiga kali lebih besar dari ukuran badan beruang normal. Senja hampir kehabisan tenaga. Matsuda nampak kelelahan. Melawan monster beruang membuat energi mereka terkuras.
“Kau lakukan dua potong dengan cepat di lehernya seperti memotong ikan dibelah menjadi dua. Aku akan mengalihkan pandangannya dan akan menebas badan beruang itu dari depan,” ucap Matsuda cepat tanpa berbasa-basi.
“Oke, berhati-hatilah!” balas Senja semangat.
Sesuai rencana, Senja melakukan apa yang Matsuda katakan. Dengan cepat Senja menebas dua potong di lehernya membentuk silang. Beruang itu menjerit kesakitan. Kemudian, Matsuda menyusul dengan kekuatan penuh mengayunkan katananya, membuat monster beruang itu terjatuh dan roboh.
“Yeah…,” suara Senja menggelegar. Dia terduduk memandang Matsuda yang berdiri hampir sempoyongan. Dari katana Matsuda mengalir darah monster beruang yang telah ambruk di depannya.
Dengan dikalahkannya monster beruang, maka Matsuda dan Senja telah menyelesaikan misi perburuan para monster.
Matsuda menyarungkan katananya setelah melakukan perburan tadi, “Terima kasih telah menyelesaikan misi ini. Perburuan ini sungguh keren, senang bisa bekerja sama denganmu, Senja,” Puji Matsuda senang.
“Tentu saja. Belum pernah aku melakukan sesuatu yang sangat seru selain berburu dan bekerja sama melawan monster-monster itu,”
“Ha… ha… kalau begitu mari saya antarkan kau keluar dari hutan ini.”
Senja mengikuti Matsuda untuk sampai keluar dari hutan ini. Tak berselang lama, terlihat satu persatu cahaya mulai masuk dari arah depan. Sesampainya di tepi hutan, Senja berbalik berhenti dan berbalik mengarah ke belakang.
“Terima kasih lagi, Matsu…”
Belum sempat berterima kasih, Matsuda telah hilang dari pandangan Senja. Aura-aura aneh dari dalam hutan kembali seperti semula. Tiba-tiba terdengar suara menggelegar dari dalam hutan.
“Terima kasih telah menemaniku bermain hari ini, Senja,”
Senja berpikir sejenak. Lalu, ia tersenyum. Sesuai firasatnya, Matsuda adalah penghuni hutan misterius itu.
Tentang Penulis
Nafisah Hayatun Nufus, lahir di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2008. Saat ini dia tercatat sebagai siswi MAN 2 Deli Serdang Sumatera Utara. Dia bercita-cita menjadi seorang komikus.
Cerpen Fantasi “Misteri Hutan Diam” Karya Nafisah Hayatun Nufus
Oleh: Azwar
(Dewan Penasihat Pengurus Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Barat)
Syafi’i dan Zuhro (2022) mengutip pendapat Cantini yang mengatakan bahwa genre fantasi dalam karya sastra adalah karya sastra yang berfokus mengenai hal yang tidak bisa terwujud di dunia nyata. Fiksi fantasi biasanya dibedakan dari fiksi ilmiah. Karya fantasi merupakan hasil imajinasi pengarang yang tidak merujuk pada realitas di dunia nyata. Beberapa cerpen fantasi di Indonesia diantaranya adalah karya-karya Seno Gumira Ajidarma. Seperti cerpen yang berjudul “Di Negeri Antah Berantah” dan “Sepotong Senja untuk Pacarku.”
Kreatika edisi ini menayangkan cerpen berjudul “Misteri Hutan Diam” karya Nafisah Hayatun Nufus. Cerpen ini menceritakan seorang pemburu muda bernama Senja. Senja memasuki hutan untuk berburu sebelum musim salju datang. Namun, ia tiba-tiba tersesat di bagian hutan yang asing dan penuh misteri, di mana dahan pohon tampak kaku dan suasana berubah menjadi tak menyenangkan. Di tengah kebingungannya, ia bertemu Matsuda, seorang samurai misterius yang menyuruhnya menyelesaikan misi berburu monster untuk bisa keluar dari hutan tersebut.
Dengan bimbingan Matsuda, Senja menghadapi serangkaian perburuan melawan monster dari tingkat rendah hingga tingkat tertinggi, termasuk beruang raksasa yang hampir membuat mereka kelelahan. Berkat kerja sama dan strategi, mereka berhasil menyelesaikan misi. Matsuda pun mengantar Senja keluar dari hutan, tetapi menghilang secara misterius sebelum ia sempat berterima kasih. Senja akhirnya menyadari bahwa Matsuda adalah bagian dari misteri hutan itu, sekaligus teman yang membantunya melewati petualangan penuh tantangan.
Cerpen ini menggambarkan keberanian, kerja sama, dan pentingnya menghadapi ketakutan dalam perjalanan menuju kebebasan.Tema utama dari cerpen ini adalah petualangan fantasi yang dipadukan dengan elemen keberanian dan kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan. Senja, sebagai tokoh utama, harus melewati serangkaian ujian dalam hutan misterius untuk bisa keluar dari sana, yang mencerminkan perjuangan manusia melawan ketidakpastian.
Latar cerita memberikan nuansa fantasi yang kuat. Waktu cerita terjadi pada siang hari, dimulai dari pagi hingga sore, menggambarkan perjalanan Senja yang panjang. Tempat kejadian cerita adalah Hutan misterius menjadi pusat latar, penuh dengan elemen imajinatif seperti pohon-pohon yang kaku, suasana tak menyenangkan, hingga keberadaan monster. Suasana yang terbangun dalam cerpen menciptakan suasana tegang, misterius, dan sedikit mengancam, terutama saat Senja bertemu Matsuda dan menghadapi monster-monster.
Cerita pendek “Misteri Hutan Diam” menceritakan kisah Senja, seorang pemburu yang berani, cerdas, tetapi juga manusiawi dengan rasa takut dan kebingungannya. Dia berkembang menjadi lebih percaya diri setelah menyelesaikan misi. Selain itu juga ada Matsuda seorang Samurai misterius, seorang mentor yang membimbing Senja melalui ujian. Karakternya memadukan kehangatan (dalam memberi pujian) dan otoritas (dalam memberikan instruksi). Selain itu dalam cerita bergenre fantasi ini juga muncul Monster yang merupakan elemen antagonis yang memperkuat dinamika konflik dan tantangan cerita.
Cerpen ini memiliki alur maju yang mengikuti tahapan klasik. Dimulai dengan pengenalan yaitu Senja diperkenalkan sebagai pemburu yang memasuki hutan untuk berburu. Kemudian beranjak pada konflik, disaat Senja tersesat dan bertemu Matsuda, yang memberikan misi berburu monster untuk bisa keluar dari hutan. Kemudian klimaks cerita terjadi pada pertarungan melawan monster tingkat tertinggi, yaitu beruang raksasa, yang hampir membuat Senja dan Matsuda kehabisan tenaga. Penyelesaian cerita adalah ketika Senja dan Matsuda menyelesaikan misi, lalu Matsuda mengantarkan Senja keluar dari hutan sebelum menghilang secara misterius.
Gaya bahasa cerpen ini adalah penulis menggunakan deskripsi yang detail untuk menciptakan suasana misterius, seperti Personifikasi yang terlihat pada “Dahan pohon menari dan bergoyang mengikuti arah angin.” Selain itu juga ada dialog yang menjelaskan interaksi antara Senja dan Matsuda membantu membangun dinamika cerita sekaligus mengungkap kepribadian tokoh. Gaya bahasa juga diperkuat dengan penggambaran visual dimana monster-monster dijelaskan dengan detail sehingga pembaca bisa membayangkan suasananya dengan jelas.
Pesan moral dalam cerpen ini mengajarkan tentang keberanian untuk menghadapi tantangan, bahkan dalam situasi yang tak terduga. Selain itu juga kerja sama dan strategi sebagai kunci untuk menyelesaikan masalah. Terakhir cerpen ini juga menyampaikan bahwa tidak semua yang terlihat menakutkan adalah ancaman (seperti Matsuda, yang awalnya tampak menyeramkan tetapi ternyata membantu).
Kelebihan cerpen ini adalah alur yang menarik dengan kombinasi petualangan dan misteri Cerpen ini mengangkat konsep petualangan di hutan misterius dengan elemen fantasi seperti monster, samurai, dan misi berbahaya. Elemen ini jarang ditemukan dalam cerpen Indonesia sehingga memberikan daya tarik tersendiri. Penulis berhasil menggambarkan suasana hutan misterius dengan detail, seperti dahan pohon yang kaku dan hawa hutan yang tidak menyenangkan. Hal ini membuat pembaca dapat membayangkan dengan jelas dunia yang diciptakan. Selain itu deskripsi visual yang kuat membuat pembaca mudah membayangkan latar dan suasana cerita dan kelebihan lain adalah karakter Matsuda yang misterius menambah daya tarik cerita.
Kelebihan cerpen ini juga terlihat pada pembangunan ketegangan yang baik. Kehadiran Matsuda sebagai tokoh misterius dan tantangan berburu monster di berbagai tingkatan menciptakan alur cerita yang menarik dan penuh ketegangan. Cerpen ini juga memiliki pesan moral yang kuat. Cerpen ini menyampaikan pesan tentang keberanian, kerja sama, dan pentingnya menyelesaikan tantangan meskipun terasa sulit.
Kekurangan cerpen ini adalah terlihat pada pengembangan konflik yang kurang mendalam.
Meskipun cerpen ini memiliki konflik menarik, seperti perburuan monster, penyelesaiannya terasa terlalu cepat dan sederhana. Hal ini membuat ketegangan di puncak cerita, terutama saat melawan monster tingkat tertinggi, kurang terasa menggigit. Beberapa adegan bisa dikembangkan lebih mendalam, seperti hubungan emosional antara Senja dan Matsuda agar pembaca lebih terhubung dengan tokoh. Konflik utama terkesan terselesaikan dengan mudah, terutama pada bagian melawan monster tingkat tertinggi, yang bisa dibuat lebih menegangkan.
Minimnya Pengembangan Karakter juga menjadi masalah dalam cerpen ini. Karakter Matsuda menarik, tetapi latar belakangnya tidak dijelaskan dengan rinci. Begitu pula dengan Senja, yang hanya dikenal sebagai pemburu tanpa pengembangan karakter yang lebih dalam, seperti motivasi atau emosi pribadinya.
Kekurangan lain adalah dialog yang kurang variatif. Dialog antara Senja dan Matsuda kadang terasa datar dan kurang menggambarkan emosi mendalam, sehingga hubungan di antara mereka terasa kurang erat. Kekurangan lain adalah tidak ada kejutan besar di akhir cerita. Meskipun Matsuda menghilang secara misterius, hal ini sudah dapat diprediksi sejak awal karena sifat magis hutan dan karakternya. Elemen twist yang lebih mengejutkan akan membuat cerita terasa lebih berkesan.
Misteri Hutan Diam adalah cerpen dengan daya tarik fantasi yang kuat dan alur cerita yang menghibur. Meski terdapat beberapa ruang untuk pengembangan, cerpen ini berhasil menyampaikan pesan keberanian dan kerja sama melalui narasi yang hidup dan penuh imajinasi. Cerpen ini menonjol dari segi ide dan suasana fantasi yang diciptakan, tetapi bisa lebih kuat jika konflik lebih digarap mendalam, karakter lebih kompleks, dan akhir cerita menghadirkan elemen kejutan yang memikat. Meski demikian, Misteri Hutan Diam adalah karya yang layak diapresiasi, terutama karena mampu menghadirkan dunia fantasi yang segar. (*)
Tentang Kreatika
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.