Puisi-puisi Riskha Khairani
Guruku, Orangtua Keduaku
Aku memiliki seorang guru
Yang menganggap aku anaknya
Dirinya sebagai ayahanda sendiri
Sentiasa ada segenap waktu
Temani aku tanpa jemu
Dirinya orang yang tinggi
Senyum tawanya begitu manis
Awas tetap ada garangnya
Tidak lokek dalam menegur
Gusar tersilap susun langka
Empunya diri begitu cakap
Sering jua bertanyakan khabar
Bahkan dengan segala masalah
Tanpa sekalipun berdolak dalih
Terus ajukan kata kata semangat
Dirinya kaya akan nasihat
Sering kali tegur dan peduli
Akan setiap ank Dirinya
Agar bisa menerpa kejayaan
Ukirkan Senyum manis kelak
Ungkapan terindah terima kasih
Atas segala yang dilakukan
Harapnya dikau terus sehat
Berbahagia serta dilimpahkan rezeki
Berbahagialah bersama insan tercinta
Mandailing Natal, 2024
Ibu
Ibu kau bagai pelindung terbesar dalam hidupku
Kau wanita yang paling hebat bagiku
Kau menahan rasa sakit untuk menyelamatkan sebutir embun
Ibu
Sujudmu ibarat doa di dunia
Ragamu memang sakit
Tapi doamu selalu memancarkan langit
Kau mengajarkan kuarti kerinduan
Merindukan tanpa bisa di jangkau
Anakmu telah dewasa
Mengenal betapa kerasnya dunia ini
Terluka hingga tak terasa
Mandailing Natal, 2024
Ayah
Manusia paling kuat adalah kau ayah
Tanpa harap balas jasa
Kau beri semua
Untuk melihat senyum di pipiku
Beribu cinta kau beri
Beribu kasih sayang kau beri
Untuk anakmu
Kau ajarkan aku tentang kehidupan
Kau tuntun aku tentang kebaikan
Engkau bimbing aku meraih mimpi
Ayah
Pengorbananmu tiada terhingga
Jasamu tiada terkira
Demi menghantarkan keluarga yang Bahagia
Mandailing Natal, 2024
Tentang Penulis:
Riskha Khairani merupakan seorang siswi SMA 1 Negeri Tambangan yang terletak di Kec. Tambangan, Kab. Mendailing Natal dan saat ini berada di Kelas X, Riska Khairani memiliki motto hidup; belajar menjadi lebih baik 1% setiap harinya jauh lebih bermanfaat daripada berusaha menjadi 100%, dalam hanya sehari saja.
Puisi sebagai Sebuah Ungkapan Terima Kasih
Oleh: Dara Layl
(Penulis dan Pengurus Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sumatera Barat)
Kau ajarkan aku tentang kehidupan
Kau tuntun aku tentang kebaikan
Sastra adalah salah-satu karya seni yang yang bisa menjadi wadah dalam mengekspresikan diri dan salah-satu jenis karya sastra yang paling banyak digunakan dalam mengekspresikan diri adalah puisi. Sugono (2003) mengemukakan bahwa puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat, sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus.
Sementara itu menurut ahli lainnya seperti Abrams, menyampaikan bahwa puisi adalah bentuk tulisan yang fokus pada pengalaman estetik yang dikemas dalam penggunaan bahasa yang ritmis dan penuh makna. Wellek dan Warren mengartikan puisi sebagai karya sastra yang bersifat ekspresif, penuh dengan perasaan, imajinasi, dan bahasa yang tersusun secara padat dan khas. James Reeves menyatakan bahwa puisi adalah bentuk seni yang menggunakan bahasa untuk menciptakan efek emosional, melalui irama, rima, dan penggunaan bahasa yang unik.
Puisi umumnya dikenal sebagai media ekspresi yang menggunakan bahasa yang estetis dan padat untuk menyampaikan emosi, perasaan, dan pemikiran penulisnya. Puisi menjadi salah-satu karya sastra yang tersusun dari kata-kata yang indah, kemudian menghasilkan bunyi yang menggetarkan, sehingga bisa menjadi sarana untuk mengungkapkan banyak rasa, termasuk rasa terima kasih, baik itu kepada orang-orang tersayang, bahkan terima kasih kepada Tuhan.
Pada edisi kali ini, Kreatika memilih tiga puisi karya Riska Khairanni, seorang siswi Sekolah Menegah Atas dengan judul “Guruku, Orang Tua Keduaku”, “Ibu” dan “Ayah” ketiga puisi ini memiliki satu benang merah yaitu ungkapan terima kasih bagi orang-orang yang ada di dalam kehidupan penyair, seperti ungkapan terima kasih bagi guru, ibu dan ayah.
Puisi pertama, “Guruku, Orang Tua Keduaku” bercerita tentang murid yang menggambarkan rasa terima kasih akan kehadiran seorang guru yang sudah seperti orang tua kedua bagi dirinya. Di dalam puisi ini juga dijelaskan bagimana perawakan gurunya yaitu dengan perawakan tinggi dan senyum manis, seperti yang terlihat pada bait sajak;
/Dirinya orang yang tinggi/
/Senyum tawanya begitu manis/
Di dalam puisi ini juga dijelaskan secara gamblang bagaimana guru yang seperti sosok ayah ini mengajarkannya, seperti yang tergambar dalam sajak;
/Dirinya kaya akan nasihat/
/Sering kali tegur dan peduli/
/Akan setiap anak Dirinya/
/Agar bisa menerpa kejayaan/
/Ukirkan Senyum manis kelak/
Terakhir, puisi ini ditutup dengan manis dengan ucapan terima kasih dan harapan sebagai do`a-doa terbaik bagi sang guru;
/Ungkapan terindah terima kasih/
/Atas segala yang dilakukan/
Puisi kedua, “Ibu” puisi kedua ini menceritakan tentang sosok seorang ibu yang rela bekorban untuk anak-anaknya. Hal ini tergambar di dalam sajak;
/Ibu kau bagai pelindung terbesar dalam hidupku/
/Kau wanita yang paling hebat bagiku/
Puisi dengan tema ibu banyak diangkat oleh penyair karena ibu adalah seorang yang sangat berjasa di dalam hidup kita.
Puisi ketiga, “Ayah”. Sama seperti puisi kedua puisi ketiga ini juga menggambarkan seorang ayah yang sangat berjasa bagi anak-anaknya. Terlihat dalam sajak;
/Pengorbananmu tiada terhingga/
/Jasamu tiada terkira/
Puisi kedua dan ketiga adalah puisi dengan tema yang banyak sekali diangkat oleh penyair di Indonesia sebagai salah-satu bentuk tanda terima kasih dan penggambaran jasa dari kedua orang tua. Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Herman J Waluyo (Waluyo, 1987) bahwa arti dari sebuah puisi adalah bentuk karya sastra yang mengutarakan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.
Di dalam puisi kedua dan ketiga ini jelas sekali bagaimana penyair sangat menghargai dan menyayangi kedua orangtuanya, jika melihat dari puisi ini, kita akan tersentuh karena di zaman sekarang ini banyak anak-anak yang lupa akan jasa dan perjuangan kedua orang tua, banyak dari kita yang sibuk dengan teman-teman, cita-cita, cinta dan diri sendiri, tidak sedikit bahkan dari kita yang sengaja mengabaikan dan mengeluarkan kata-kata dan perbuatan yang menyakiti hati kedua orang tua.
Secara keseluruhan, puisi ini sangat manis dan magis dalam waktu bersamaan, sederhana namun dalam. Selain itu, akan lebih jika penulis memilih diksi yang maknanya tidak langsung diketahui, karena puisi adalah rangkaian kata-kata indah dengan makna yang tersirat dan juga diharapkan penyair bisa memperhatikan lagi tanda baca dalam penulisan karyanya. Semangat terus dalam menulis Riska Khairannu, senang bisa membaca karya-karyanya. (*)
Tentang Kreatika
Kolom ini diasuh oleh FLP Sumatera Barat bekerja sama dengan Scientia.id. Kolom ini diperuntukkan untuk pemula agar semakin mencintai dunia sastra (cerpen dan puisi). Adapun kritik dalam kolom ini tidak mutlak merepresentasikan semua pembaca. Kirimkan cerpen atau puisimu ke karyaflpsumbar@gmail.com.